Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menyebut para delegasi G20 tidak perlu menjalani karantina khusus.
Gubernur Bali Wayan Koster menilai sistem bubble yang sudah diterapkan selama kegiatan G20 beberapa pekan ini sudah aman. Dengan sistem ini, mobilitas peserta G20 dibatasi hanya di tempat-tempat tertentu. Mereka tidak diperkenankan keluar dari lokasi atau 'bubble' yang sudah disiapkan.,
Selain itu, Wayan juga menilai para delegasi yang merupakan pejabat negara bukan sembarang orang yang lalai terhadap kesehatan. Para delegasi dinilai merupakan sosok yang disiplin sehingga gelaran G20 di Bali dinilai sangat aman.
"Saran saya tetep bubble. Memantapkan prinsip bubble ini tidak perlu karantina karena mereka udah sendiri-sendiri," ujar Wayan dalam forum daring pada Senin (13/12).
Kepala Biro Komunikasi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Andreas Dipi Patria yakin penerapan protokol kesehatan selama G20 di Bali sangat baik. Daerah yang dipilih sebagai lokasi pada G20 disebut sudah memenuhi standar sesuai dengan protokol kesehatan.
Lebih lanjut, Andreas mengatakan jika lokasi yang dipilih tidak siap dan tidak memenuhi standar maka lokasi tersebut tidak akan direkomendasi menjadi tempat atau venue G20. Pemerintah nantinya akan mengalihkan lokasi ke tempat yang lebih terkendali dan mampu diantisipasi dengan baik.
"Memang konsep bubble travel bisa diterapkan disana. Itu lah yang membuat kita yakin sebenernya bahwa setiap proses dari kegiatan G20 ini mampu kita kendalikan atau kita kontrol dengan baik," ujar Andreas.
Saat ini pemerintah masih menetapkan masa karantina selama tujuh hari. Ini berarti tidak ada delegasi yang bisa keluar masuk sembarangan selama bubble berlangsung.
Metode bubble mulai diterapkan saat memulai pelaksanaan pertemuan jalur finansial G20 pada Jumat (10/12) lalu yang dilakukan oleh pihak Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Pertemuan para pejabat otoritas fiskal dan moneter G20 tersebut digelar di Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung, Bali.
Protokol ini telah berjalan sejak di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Dari Soetta, delegasi dibagi menjadi dua, mereka yang mengikuti pertemuan jalur Sherpa akan langsung menuju Jakarta dengan kendaraan khusus. Sedangkan mereka yang mengikuti pertemuan jalur finansial di Bali diarahkan menuju ruang tunggu (lounge) untuk selanjutnya berangkat ke Pulau Dewata dengan pesawat khusus.
Tiba di Bali, delegasi diarahkan menuju Nusa Dua dengan kendaraan khusus. Mereka lalu menginap di hotel yang telah disediakan yakni Westin dan Sofitel. Para delegasi juga tak bisa menikmati dunia luar kecuali hotel dan BNDCC selama masa gelembung karantina yakni tujuh hari. Praktis mereka tak bisa keluar dari gelembung hotel-BNDCC sepanjang acara berlangsung.
Wayan memberi contoh pada gelaran BWF World Tour Finals 2021 yang digelar di The Westin Resort, Bali International Convention Center (BICC), Kabupaten Badung pada 2 Desember lalu. Acara tersebut dihadiri oleh 38 negara dengan 26 negara menghadirkan pemain dan 12 negara menghadirkan wasit sehingga terdapat total 667 peserta.
Selama acara tersebut berlangsung tidak ada kasus baru. Selain itu, pemprov Bali juga memberi fasilitas berupa tes PCR gratis.
Wayan menilai pada gelaran G20 akan lebih tertib karena pesertanya merupakan pejabat negara. Menurut pengalaman Wayan, semua yang ikut dalam pertemuan berada di wilayah yang tidak menjadi interaksi dengan masyarakat luar.
"Yang lain menurut saya engga ada yang perlu dikhawatirkan karena semuanya sudah berjalan dengan sangat baik protokol kesehatannya," ujar Wayan.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.