NASA Luncurkan Teleskop Canggih untuk Pelajari Sejarah Awal Bumi

ANTARA FOTO/NASA/NASA TV/Handout via REUTERS/WSJ/djo
Roket Ariane 5 Arianespace, yang membawa Teleskop Luar Angkasa James Webb NASA, diluncurkan dari Spaceport Eropa, Pusat Antariksa Guyana di Kourou, Guyana Prancis, Sabtu (25/12/2021). Gambar adalah tangkapan layar video.
Penulis: Maesaroh
26/12/2021, 15.11 WIB

 Lembaga antariksa Amerika Serikat (AS) NASA meluncurkan teleskop luar angkasa James Webb pada Sabtu (25/12). Teleskop canggih yang sudah dirancang selama 32 tahun tersebut diluncurkan untuk meneliti pembentukan bumi di galaksi pada awal semesta.

Dilansir dari BBC, teleskop luar angkasa James Webb diluncurkan dengan roket dari lepas pantai French Guiana, Amerika Latin.

Teleskop yang dirancang dengan biaya US$10 miliar (Rp 142 triliun) tersebut akan berada di luar angkasa selama dua minggu dan  akan mencapai titiknya di orbit matahari berjarak 1,5 juta km dari bumi.

Selain memajukan sains tentang fisika alam semesta, keberadaan teleskop James Webb diharapkan bisa memberikan manfaat untuk kebutuhan keseharian manusia.

 Termasuk di dalamnya adalah untuk teknologi komunikasi hingga pengembangan teknologi material yang terbaik untuk dipakai dalam keperluan dunia modern.

Ribuan orang dari seluruh dunia telah bekerja untuk mensukseskan proyek teleskop James Webb.

Teleskop Webb akan berada di jalur yang akan sejalan dengan bumi sehingga akan berbarengan dengan bumi mengitari matahari.

Peluncuran teleskop Webb hanya lah awal dari serangkaian aktivitas yang akan dimulai dalam enam bulan ke depan.

Teleskop James Webb diharapkan bisa mengirim gambar pertamanya pada musim panas tahun depan.

"Kita harus menyadari ada begitu banyak hal tak terhitung yang harus bekerja secara sempurna. Namun, kita juga tahu akan ada imbalan besar di balik risiko besar. Itulah mengapa kita harus mengeksplor," tutur Bill Nelson, administrator NASA, seperti dikutip BBC.

 Teleskop James Webb bisa menampilkan sekilas bagian bumi yang belum bisa terlihat sebelumnya setelah ledakan Big Bang, yang terjadi terjadi 13,8 miliar tahun yang lalu.

Teleskop Webb diharapkan bisa mendeteksi cahaya dari bintang-bintang pertama yang bersinar di alam semesta sekitar 13,5 miliar tahun lalu.

"Prospek yang paling menarik dari teleskop ini adalah gagasan bahwa dia bisa memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang selama ini bahkan masih belum terpikiran oleh kami," kata Dr Amber Nicole Straughn, seorang astrofisikawan di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA, sekaligus deputi dari proyek ini, dikutip dari BBC Indonesia.

Menurut BBC Indonesia, target utama adalah zaman bintang pionir yang mengakhiri kegelapan yang disebut telah mencengkeram kosmos tak lama setelah Ledakan Besar (Big Bang) lebih dari 13,5 miliar tahun yang lalu.

 Reaksi nuklir pada objek-objek inilah yang akan membentuk atom-atom berat pertama yang esensial bagi kehidupan - karbon, nitrogen, oksigen, fosfor, dan belerang.

Tujuan Webb lainnya adalah menyelidiki atmosfer planet yang jauh. Ini akan membantu para peneliti meneliti apakah planet-planet tersebut layak huni.

Teleskop James Webb bisa menampilkan bagian bumi sekitar 100 juta tahun lalu setelah ledakan Big Bang. Pendahulunya, teleskop Hubble bisa mencapai 400 juta tahun setelah Big Bang.

Periode diperkirakan menjadi periode pertama tidak lama setelah galaksi terbentuk. Saat itu, gugusan bintang dan gas baru diperkirakan baru terbentuk.

 Nama Webb sendiri diambil dari James Webb yang merupakan salah satu arsitek pendaratatan Apollo Moon. Teleskop ini akan menggantikan Hubble yang diluncurkan pada 1990 dan masih beroperasi hingga sekarang.

Selama puluhan tahun sejak diorbitkan, Hubble telah membawa banyak manfaat kepada umat manusia. Teleskop tersebut tidak hanya membuka mata para ilmuwan dan manusia mengenai keindahan alam semesta yang indah dan luas.

Teleskop Hubble juga berjasa dalam memberikan data berupa foto galaksi, planet, dan nebula yang memicu ribuan karya ilmiah.

 Baca Juga