Tak Hanya Indonesia, Beberapa Negara Ini Punya Tradisi Mudik Tahunan

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/nz
Sejumlah penumpang berjalan setibanya di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Kamis (5/5/2022). PT KAI mencatat pada H+2 Ramadhan sebanyak 14.700 pemudik kembali ke Jakarta melalui Stasiun Pasar Senen, sementara 14.900 lainnya kembali melalui Stasiun Gambir.
6/5/2022, 13.23 WIB

Perayaan Idulfitri di Indonesia kerap dikaitkan dengan momentum mudik. Jelang perayaan umat muslim tersebut, sebagian besar masyarakat yang tinggal di ibu kota akan bersiap kembali ke kampung halaman untuk bertemu keluarga.

Besarnya antusias masyarakat untuk kembali ke kampung kelahiran tersebut juga tak lepas dari pengawasan pemerintah. Beragam aturan lalu lintas disiapkan untuk mempermudah sekaligus memperlancar arus mudik masyarakat. Selain itu, beragam fasilitas juga diberikan, mulai dari layanan kesehatan, patroli di jalur mudik, hingga mudik gratis.

Aktivitas mudik memiliki tujuan utama menjalin silaturahmi, dengan berkumpul bersama keluarga. Di sisi lain, tradisi mudik juga mampu mendorong pemerataan ekonomi daerah. Itu didukung arus perputaran uang dan konsumsi yang meningkat, yang dilakukan masyarakat kota saat pulang kampung ke daerah. 

Menurut survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan alias Balitbang Kemenhub, diperkirakan ada 85,5 juta orang yang akan melakukan perjalanan mudik Lebaran tahun ini.

Jumlah pemudik terbanyak diperkirakan berasal dari Jawa Timur, yakni 14,6 juta orang. Angka itu setara dengan 17,1% dari total jumlah pemudik pada Lebaran tahun ini.

Jabodetabek menempati peringkat kedua dengan perkiraan jumlah pemudik 14 juta orang atau sekitar 16,4% dari total pemudik.

Kemudian sebanyak 12,1 juta orang pemudik diprediksi berasal dari Jawa Tengah, 9,2 juta pemudik dari Jawa Barat, dan 4 juta pemudik dari Sumatera Utara.

Menariknya, tradisi pulang kampung alias mudik tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara di dunia juga memiliki tradisi mudik besar-besaran yang dilakukan minimal setahun sekali. Merangkum berbagai sumber, berikut tradisi mudik yang terjadi di beberapa negara.

Malaysia

HEALTH-CORONAVIRUS/MALAYSIA (ANTARA FOTO/REUTERS/Lim Huey Teng/rwa/cf)

Negeri jiran satu ini memiliki kemiripan dengan Indonesia, di mana banyak penduduk Malaysia juga memeluk agama Islam. Alhasil, saat Idulfitri banyak warga melayu yang melakukan aktivitas mudik, atau lebih dikenal dengan istilah “Balik Kampung”.

Umumnya, aktivitas mudik dilakukan warga jiran yang tinggal di Kuala Lumpur. Sebaran mudik terjadi ke sejumlah wilayah utara ataupun selatan Semenanjung Malaysia.

Euforia mudik di Malaysia juga mirip dengan Indonesia, di mana arus mudik di jalanan dilakukan menggunakan kendaraan pribadi seperti, mobil hingga motor.

Cina

Cina (Pixabay)

Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, aktivitas mudik di Negeri Tirai Bambu terjadi saat pergantian tahun Cina atau Imlek. Pergantian tahun tersebut sekaligus menjadi perayaan terbesar yang terjadi di Cina.

Meskipun bukan perayaan hari keagamaan, namun aktivitas mudik yang terjadi jelang perayaan Imlek tak kalah ramai layaknya mudik Lebaran di Tanah Air. Kebanyakan masyarakat Cina yang merantau ke ibu kota akan bergegas pulang kampung dan menghabiskan waktu pergantian tahun Cina bersama keluarga.

Selain mudik, perayaan Imlek juga kerap diwarnai dengan acara makan bersama keluarga, berbagi angpau, hingga bermain kembang api dan pertunjukkan barongsai. Adapun salah satu makanan khas Imlek yang bisa ditemui saat perayaan di Indonesia adalah kue keranjang.

Korea Selatan

HEALTH-CORONAVIRUS/SOUTHKOREA-FASHION (ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-Ji/WSJ/cf)

Aktivitas mudik juga dilakukan masyarakat Negeri Ginseng, Korea Selatan pada perayaan Chuseok atau festival musim panas. Perayaan tersebut digelar saat pertengahan musim gugur. Untuk tahun ini, momentum Chuseok bakal berlangsung pada pertengahan September.

Chuseok juga dikenal sebagai festival panen dan pemerintah akan menerapkan libur nasional selama tiga hari. Alhasil, banyak warga Korea Selatan mudik untuk bertemu dan merayakan hari panen bersama keluarga di kampung halaman.

Selain itu, perayaan Chuseok juga dimanfaatkan masyarakat untuk mengunjungi makam leluhur di kampung. Hal itu dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap arwah leluhur, termasuk membersihkan dan merapikan area sekitar makam.

Hasil panen juga ikut dipersembahkan kepada arwah leluhur, berikut makanan lainnya khas Chuseok seperti kue songpyeon yang terbuat dari tepung beras dan berisikan kacang atau wijen.