Rusia Peringatkan Intervensi NATO di Crimea Bisa Picu Perang Dunia III

ANTARA FOTO/RUTERS/Alexander Ermochenko/aww/sad.
Anggota layanan pasukan pro-Rusia berjalan di sepanjang jalan di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina, Selasa (17/5/2022).
Penulis: Happy Fajrian
28/6/2022, 10.06 WIB

Pemerintahan Vladimir Putin memperingatkan pakta pertahanan Atlantik Utara (NATO) agar tidak mengintervensi Rusia di semenanjung Krimea. Setiap gangguan NATO di Krimea berpotensi memicu perang dunia ketiga.

Hal tersebut disampaikan oleh mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang kini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia. “Bagi kami Krimea adalah bagian dari Rusia, dan itu berarti selamanya,” ujarnya seperti dikutip Reuters, Selasa (28/6).

Dia menambahkan bahwa setiap upaya untuk melanggar batas Krimea adalah deklarasi perang terhadap Rusia. “Dan jika ini dilakukan oleh negara anggota NATO, ini berarti konflik dengan seluruh aliansi itu, Perang Dunia Ketiga, sebuah bencana total,” kata Medvedev.

Medvedev juga mengatakan bahwa jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO, Rusia akan memperkuat perbatasannya dan akan siap untuk apa yang ia sebut sebagai langkah-langkah pembalasan. Itu termasuk memasang rudal hipersonik Iskander.

Sebagai informasi, Krimea menjadi salah satu penyebab perang di Ukraina saat ini. Pada Februari dan Maret 2014, Rusia menginvasi dan meng-aneksasi peninsula Krimea dari Ukraina.

Dalam sebuah referendum, warga Krimea ternyata memilih bergabung dengan Rusia. Namun pengadilan Ukraina menyatakan bahwa referendum ini ilegal. Putin kemudian menjelaskan perlunya perlindungan dan hak-hak warga negara Rusia, serta penutur bahasa Rusia di Krimea dan Ukraina tenggara.

Krisis ini menyebabkan perpecahan etnis dan memicu gerakan separatis yang mendukung Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk di timur Ukraina. Gerakan separatis ini kemudian mendeklarasikan kemerdekaannya dari Ukraina yang kemudian diakui oleh Rusia.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga memperingatkan negara-negara Barat bahwa keterlibatan mereka di konflik Ukraina berpotensi memicu Perang Dunia III.

Pada sebuah siaran di televisi pemerintah Rusia, Lavrov ditanya terkait pentingnya upaya menghindari Perang Dunia III dan apakah ketegangan Amerika-Rusia dapat dibandingkan dengan krisis rudal Kuba pada 1962.

“Saya tidak ingin meningkatkan risiko itu secara artifisial. Banyak yang menyukai itu. Bahayanya serius, nyata, dan kita tidak boleh meremehkannya,” jawab Lavrov seperti dikutip Reuters.

Pada saat yang sama, menurut laporan BBC, Lavrov juga menuduh NATO pada dasarnya terlibat dalam perang dengan Rusia dengan memasok senjata berat ke Ukraina.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba tampaknya mengabaikan komentar Lavrov dan hanya menganggapnya sebagai gertakan. Dia mengatakan melalui akun Twitternya @dmytrokuleba, bahwa ancaman tersebut dimaksudkan untuk “menakut-nakuti dunia agar tidak mendukung Ukraina.”

“Jadi pembicaraan tentang bahaya 'nyata' dari Perang Dunia III. Ini hanya berarti Moskow merasakan kekalahan di Ukraina,” tulis Kuleba.