Temui Jokowi, Putin: Rusia Kirim Ahli, Buat Stadion dan RS di RI

ANTARA FOTO/BPMI-Laily Rachev/rwa.
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022).
Penulis: Desy Setyowati
2/7/2022, 18.08 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (30/6). Pemimpin Rusia itu menyampaikan hal-hal yang dilakukan oleh negaranya untuk Indonesia.

“Kami sangat senang menyambut Presiden Republik Indonesia di Kremlin. Ini adalah kunjungan pertama Jokowi ke Moskow sebagai presiden. Kami senang Anda ada di sini,” kata Putin di Istana Kremlin, Rusia pada Kamis (30/6), dikutip dari situs resmi Kremlin, Jumat (1/7).

Ia menekankan bahwa Indonesia merupakan salah satu mitra utama Rusia di Asia-Pasifik. “Hubungan Rusia-Indonesia bersifat konstruktif, saling menguntungkan dan terus berkembang atas dasar tradisi persahabatan dan bantuan timbal balik yang telah berlangsung lama,” katanya.

Putin pun mengingatkan bahwa Rusia membantu Indonesia membangun kenegaraan dan memperkuat posisi di kancah internasional.

Caranya, dengan mengirimkan para ahli dan insinyur. Selain itu, berpartisipasi dalam pembangunan fasilitas infrastruktur transportasi dan industri besar, stadion, rumah sakit, dan institusi penting lainnya di Indonesia.

“Banyak di antaranya beroperasi hingga hari ini,” ujar Putin.

“Pembicaraan hari ini dengan Bapak Joko Widodo dilakukan secara bisnis dan cukup substantif,” tambah dia.

Rusia pun berfokus membahas kerja sama perdagangan dan ekonomi dengan Indonesia. Pada tahun lalu misalnya, perdagangan bilateral tumbuh lebih dari 40%. Pertumbuhannya lebih dari 65% dalam lima bulan pertama tahun ini.

“Dalam konteks ini, kedua belah pihak menyatakan minat untuk meningkatkan kerja Komisi Bersama Rusia-Indonesia untuk Kerja Sama Perdagangan, Ekonomi dan Teknik,” kata Putin.

Menurutnya, ada peluang baru dalam membangun kemitraan ekonomi yang saling menguntungkan antara kedua negara.

Pada kesempatan itu, ia juga mengungkapkan tentang pentingnya menciptakan zona perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Ekonomi Eurasia. “Kami berharap pembicaraan tentang rancangan perjanjian yang sesuai, akan diadakan sebelum akhir tahun dan membuahkan hasil,” ujar dia.

Banyak perusahaan Rusia, termasuk di sektor energi, beroperasi di Indonesia. Ada juga yang tertarik mengembangkan industri tenaga nuklir nasional.

“Dengan pengalaman unik, kompetensi dan teknologi yang tak tertandingi, Rosatom State Corporation bersedia mengambil bagian dalam proyek bersama, termasuk yang terkait dengan penggunaan teknologi nuklir non-energi misalnya, di bidang kedokteran dan pertanian,” katanya.

Ia menyampaikan bahwa Rusia memiliki banyak potensi kerja sama bisnis dalam pengembangan infrastruktur transportasi dan logistik. Misalnya, Russian Railways dapat mengambil bagian dalam mengimplementasikan inisiatif skala besar Indonesia untuk memindahkan ibu kota negara ke pulau Kalimantan.

Selama berbincang dengan Jokowi, Putin menyampaikan bahwa pihaknya berfokus pada bidang kerja sama yang penting seperti kemanusiaan, budaya, wisata, dan pendidikan.

“Pelonggaran pembatasan terkait Covid-19 untuk turis, dan aturan bebas visa saat ini akan berkontribusi pada hal ini. Kami mendiskusikan kemungkinan melanjutkan layanan penerbangan langsung antara Moskow dan pulau resor Bali,” ujarnya.

Bidang lain yang menjanjikan yakni memperluas dialog antar-wilayah dan antar-agama. Ini dengan pertimbangan bahwa Indonesia merupakan negara berpenduduk Islam terbesar di dunia.

“Saya ingin menyebutkan bahwa baru-baru ini delegasi dari wilayah Muslim Rusia mengunjungi Jakarta untuk pertama kalinya dalam sejarah,” ujar dia.

Putin juga menyampaikan, dia membahas isu-isu menarik bagi seluruh dunia bersama Jokowi. Beberapa di antaranya terkait pengiriman makanan dan produk pertanian lainnya, termasuk pupuk mineral, ke pasar dunia.

“Kami menekankan lebih dari sekali bahwa ketidakseimbangan pasar pangan dunia adalah konsekuensi langsung dari kebijakan ekonomi makro yang tidak bertanggung jawab dari beberapa negara, penerbitan yang tidak terkendali dan akumulasi utang tanpa jaminan,” kata dia.

“Pandemi corona semakin memperburuk situasi,” tambah dia.

Menurut Putin, negara-negara itu tidak mengakui bahwa kebijakan ekonomi mereka salah arah. “Negara-negara Barat semakin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pada pasokan pupuk Rusia dan Belarusia,” ujarnya.

Selain itu, “menghambat ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, dan memperumit asuransi kapal dengan biji-bijian dan pembayaran bank berdasarkan kontrak perdagangan,” tambahnya.

Ia menekankan bahwa Rusia telah dan tetap menjadi salah satu produsen dan eksportir makanan utama dunia. Negara ini memasok produk pertanian ke 161 negara.

Tahun lalu, Rusia mengekspor lebih dari 43 juta ton biji-bijian, termasuk 33 juta ton gandum. Tahun ini, negara itu memperkirakan panen biji-bijian yang baik memungkinkan mereka meningkatkan pasokan ke pasar eksternal hingga 50 juta ton.

“Kami siap sepenuhnya memenuhi permintaan produsen pertanian di Indonesia dan negara-negara sahabat lainnya untuk pupuk nitrogen, fosfor dan kalium serta bahan baku untuk produksi mereka,” ujar dia.

“Pangsa pupuk mineral Rusia di pasar dunia mencapai 11% dan melebihi 20% dalam beberapa varietas. Tahun lalu, kami mengirim 37 juta ton produk ini ke luar negeri,” kata Putin.

Rusia bermaksud untuk terus memenuhi pasokan makanan, pupuk, sumber daya energi, dan barang-barang penting lainnya. Dalam konteks ini, Putin menganggap penting untuk memulihkan rantai pasokan yang terganggu, akibat sanksi yang mereka terima.