WHO Catat Lebih dari 6.000 Kasus Cacar Monyet Dunia, 80% Ada di Eropa

ANTARA FOTO/REUTERS/Brian W.J. Mahy/CDC/Handout /RWA/dj
Telapak tangan pasien kasus cacar monyet dari Lodja, sebuah kota berlokasi di dalam Zona Kesehatan Katako-Kombe, terlihat selama penyelidikan kesehatan di Republik Demokratik Kongo pada 1997.
Penulis: Happy Fajrian
6/7/2022, 21.54 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan saat ini tercatat lebih dari 6.000 kasus cacar monyet yang dilaporkan di 58 negara di dunia. Menurut Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus 80% dari kasus tersebut dilaporkan di Eropa.

Badan PBB ini akan kembali mengadakan pertemuan komite yang akan merekomendasikan wabah tersebut sebagai darurat kesehatan global, yang merupakan tingkat kewaspadaan tertinggi WHO, pada pertemuan 18 Juli mendatang atau lebih cepat.

Pada pertemuan sebelumnya, komite WHO memutuskan bahwa wabah ini belum menjadi darurat kesehatan, Meski penyebaran penyakit itu sudah keluar dari negara endemiknya di benua Afrika.

“Saya semakin khawatir dengan skala penyebaran virus ini di seluruh dunia. Kurangnya pengujian berarti kemungkinan ada lebih banyak kasus yang tak dilaporkan,” kata Tedros seperti dikutip Reuters, Rabu (6/7).

Cacar monyet merupakan infeksi virus ringan yang menyebabkan gejala mirip flu dan lesi kulit. Wabah ini telah menyebar ke seluruh dunia sejak awal Mei 2022. Tingkat kematian dalam wabah sebelumnya dari strain virus yang saat ini menyebar adalah sekitar 1%.

Cacar monyet adalah endemik di sembilan negara di Afrika. Namun, dalam sebulan terakhir, penyakit ini dilaporkan di Eropa, seperti Inggris, Spanyol, dan Portugal. Gejala awal penyakit itu yakni demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening, dan munculnya ruam seperti cacar air.

Penyebaran utama cacar monyet yaitu kontak erat. WHO juga masih mengkaji adanya kemungkinan risiko penularan melalui udara. Simak databoks berikut:

“Orang dengan gejala cacar monyet harus mengisolasi diri di rumah dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan. Sedangkan orang yang ada di rumah yang sama harus menghindari kontak dengan pengidap,” ujar Tedros dalam konferensi pers di Jenewa, awal Juni silam, Kamis (9/6).

Tedros menjelaskan bahwa vaksinasi bisa dipertimbangkan bila ada kontak jarak dekat dengan pengidap monkeypox. Idealnya, vaksin diberikan kepada seseorang empat hari setelah terpapar dari anggota keluarga atau pasangan.

“Sejauh ini, tidak ada kematian yang dilaporkan di negara-negara ini. Kebanyakan kasus cacar air ditemukan pada pria yang berhubungan seks dengan pria, tetapi juga bisa yang lain,” ujarnya.

Kehadiran penyakit itu secara tiba-tiba dan tak terduga di luar negara endemik menunjukkan ada kemungkinan penularan yang tidak terdeteksi dalam beberapa waktu. Padahal, virus ini menyebar di Afrika dalam beberapa dekade dengan lebih dari 1.400 kasus suspek dan 66 kematian tahun ini.

Oleh karena itu, Tedros menyatakan bahwa satu kasus cacar monyet di negara non-endemik bisa dianggap sebagai wabah. “Sangat disayangkan cerminan dunia tempat kita hidup saat ini. Masyarakat internasional baru memperhatikan cacar monyet karena muncul di negara berpenghasilan tinggi,” kata Tedros.

Di sisi lain, WHO mencoba untuk menentukan jumlah dosis vaksinasi cacar yang tersedia saat ini. Selain itu, mencari tahu kapasitas produksi dan distribusi dari produsen vaksin.