Dendam Terhadap Gereja Unifikasi di Balik Pembunuhan Shinzo Abe

ANTARA FOTO/REUTERSATTENTION EDITORS - THIS IMAGE WAS PROVIDED BY A THIRD PARTY. MANDATORY CREDIT. JAPAN OUT. NO COMMERCIAL OR EDITORIAL SALES IN JAPAN./hp.
Tetsuya Yamagami, tersangka pembunuh mantan PM Jelang Shinzo Abe.
Penulis: Yuliawati
12/7/2022, 12.15 WIB

Polisi berusaha mengurai modus pembunuhan terhadap mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Tetsuya Yamagami, pelaku pembunuhan Abe, mengatakan menyimpan dendam terhadap kelompok agama Gereja Unifikasi dan dia menganggap Abe telah mempromosikan kelompok itu.

Kepada polisi, Yamagami, 41, mengatakan ibunya bangkrut setelah memberikan sumbangan besar kepada Gereja Unifikasi atau Family Federation for World Peace and Unification.

Polisi Prefektur Nara mengatakan tersangka menyalahkan masalah keuangan ibunya pada kelompok agama tersebut. Dia mengira Abe berafiliasi dengan Gereja Unifikasi.

"Mencoba memahami bagaimana kebencian seperti itu dan menyebabkan pembunuhan itu benar-benar membingungkan," kata kepala Gereja Unifikasi, Tomihiro Tanaka, kepada wartawan di Tokyo, dikutip dari DW, Selasa (12/7).

Tanaka mengkonfirmasi bahwa ibu Yamagami adalah salah satu anggotanya. Ibu Yamagami itu menjadi anggota gereja pada 1998 sebelum bangkrut pada 2002.

Dia berhenti menghadiri kegiatan gereja dari 2009 hingga 2017 tetapi terhubung kembali dengan anggota gereja lain sekitar dua hingga tiga tahun yang lalu. Menurut Tanaka, ibu Yamagami menghadiri pertemuan dan acara gereja sekitar sebulan sekali selama enam bulan terakhir.

Tanaka enggan memberikan keterangan berapa banyak yang disumbangkan ibu tersangka. Dia juga membantah memaksa pengikut untuk menyumbangkan uang.

Tanaka juga menjelaskan gerejanya tak memiliki hubungan langsung dengan Abe. Namun, Abe memang memberikan dukungan untuk gerakan perdamaian global Gereja Unifikasi.

Abe sebelumnya pernah berpidato di sebuah acara yang diselenggarakan oleh organisasi yang berafiliasi dengan Gereja Unifikasi pada September tahun lalu. Politisi dari negara lain, termasuk dari AS, juga dilaporkan terlibat dalam acara tersebut.

Abe menyampaikan pujian kepada organisasi tersebut karena “fokus dan penekanannya pada nilai-nilai keluarga.”

Abe, 67, meninggal dunia pada Jumat (8/7) setelah ditembak saat berkampanye untuk pemilihan parlemen. Abe meninggal dunia di RS Nara Medical University pada pukul 17.03 waktu setempat setelah menjalani operasi darurat.

Abe ditembak di depan Stasiun Yamato Saidaiji pada pukul 11:30 waktu setempat. Ketika itu dia sedang berpidato dalam kampanye pemilihan parlemen di wilayah bagian barat dari kota Nara.

Abe tertembak tiga kali di dada dan leher dari arah belakang. Abe tidak sadarkan diri ketika dia dilarikan ke rumah sakit dan mengalami pendarahan dari dada. Petugas mengangkutnya menggunakan helikopter medis ke Universitas Kedokteran Nara di kota Kashihara, selatan Nara tengah.

Yamagami menggunakan senjata api hasil rakitannya. Beberapa senjata rakitan disita dari apartemen. Di antaranya ditemukan senjata rakitan berlaras ganda yang berukuran panjang sekitar 16 inci dan lebar 7 inci.

Pada Senin, polisi Nara juga menemukan lubang peluru di sebuah fasilitas yang dikelola oleh gereja. Yamagami mengaku latihan menembak sehari sebelum menembak Abe.