Antisipasi Omicron, WHO Mutakhirkan Strategi Pemberian Vaksin Covid-19

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.
Warga mendapat suntikan vaksin COVID-19 di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, Rabu (13/7/2022).
23/7/2022, 22.59 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) menerbitkan pembaruan Strategi Vaksinasi Global Covid-19, untuk merespons penyebaran subvarian Omicron.

Menurut WHO, pada tahun pertama peluncurannya, vaksin Covid-19 diperkirakan menyelamatkan lebih dari 19,8 juta jiwa. Melalui distribusi secara besar-besaran dan cepat, dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia, lebih dari 12 miliar dosis telah menyebar secara global. Vaksin pun telah ada di hampir setiap negara dengan rata-rata mencapai 60% dari populasi mereka.

Meski begitu, hanya 28% dari populasi orang tua, dan 37% dari petugas kesehatan di negara-negara berpenghasilan rendah telah divaksinasi. Bahkan, terdapat 27 negara anggota WHO yang belum memulai program booster atau dosis tambahan, dengan 11 di antaranya adalah negara berpenghasilan rendah.

Strategi baru ini bertujuan untuk menggunakan dosis primer dan booster untuk mengurangi kematian dan penyakit parah, untuk melindungi sistem kesehatan, masyarakat, dan ekonomi.

Dalam perjalanan untuk mencapai target vaksinasi 70%, negara-negara harus memprioritaskan pencapaian target yang mendasari vaksinasi 100% kepada petugas kesehatan, dan 100% dari kelompok paling rentan. Hal ini mengacu kepada populasi warga lebih tua, yaitu mereka yang berusia di atas 60 tahun. Selain itu, masyarakat immunocompromised, yaitu mereka yang memiliki masalah dengan vaksin, serta kelompok masyarakat yang memiliki penyakit bawaan. 

“Bahkan di mana cakupan vaksinasi 70% tercapai, jika sejumlah besar petugas kesehatan, orang tua dan kelompok berisiko lainnya tetap tidak divaksinasi, kematian akan terus berlanjut, sistem kesehatan akan tetap di bawah tekanan dan pemulihan global akan berisiko,” kata ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dalam keterangan resmi yang dikutip Sabtu (23/7).

“Vaksinasi semua yang paling berisiko adalah satu-satunya cara terbaik untuk menyelamatkan nyawa, melindungi sistem kesehatan dan menjaga masyarakat dan ekonomi tetap terbuka,” katanya melanjutkan.

Untuk memastikan vaksin mencapai kelompok prioritas tertinggi, strategi ini menekankan perlunya mengukur kemajuan dalam memvaksinasi kelompok-kelompok ini, dan mengembangkan pendekatan dengan tujuan untuk menjangkau mereka.

Pendekatan ini termasuk menggunakan data lokal dan melibatkan masyarakat untuk mempertahankan permintaan vaksin, membangun sistem untuk memvaksinasi orang dewasa, dan menjangkau lebih banyak orang terlantar melalui respons kemanusiaan.

Strategi ini juga memiliki tujuan untuk mempercepat pengembangan dan memastikan akses yang adil ke vaksin yang lebih baik, untuk mengurangi penularan sebagai prioritas utama, tetapi juga mencapai kekebalan protektif yang luas dan tahan lama.

Vaksin dirancang untuk mencegah penyakit, tetapi mereka tidak secara substansial mengurangi transmisi. Ketika virus terus beredar luas, varian baru dan berbahaya akan bermunculan, termasuk beberapa yang mengurangi kemanjuran vaksin.

Tedros pun menekankan pentingnya terus berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan, untuk membuat vaksin yang lebih efektif dan mudah diberikan kepada publik.

Berdasarkan data Pemerintah Indonesia, jumlah penerima vaksinasi Covid-19 menunjukkan pertumbuhan pesat, terutama untuk dosis ketiga atau booster, sehingga jumlah penerima vaksin kian mendekati target vaksinasi nasional yang ditetapkan mencapai 208 juta.

Hingga Sabtu (23/7), dengan penambahan 444.903 warga yang mendapatkan vaksin dosis ketiga, secara kumulatif sekitar 54 juta warga di Indonesia telah mendapatkan suntikan booster. Sementara untuk dosis pertama, terdapat tambahan 59.709, sehingga totalnya mencapai 202 juta. Untuk dosis kedua, ada tambahan mencapai 63.732, dan secara kumulatif mencapai 169,8 juta.