Cina sebentar lagi akan mulai memasarkan secara komersial pesawat jet berbadan sempit (narrow body) C919. Saat ini, pesawat yang dirancang untuk menyaingi Boeing 737 MAX dan Airbus 320neo itu tengah menunggu proses sertifikasi.
Proyek pesawat C919 telah melewati jalan yang panjang sejak diluncurkan 2008. Pesawat diproduksi oleh Badan usaha Milik Negara Cina yaitu Commercial Aircraft Corp of China (COMAC) dan direncanakan akan siap berkompetisi dengan Boeing dan Airbus pada 2020.
Awalnya proyek tersebut berjalan lancar. Comac telah mengajukan permohonan sertifikat tipe untuk pesawat dari Otoritas Penerbangan Sipil Cina pada 28 Oktober 2010. Pada tanggal 24 November 2011, Comac mengumumkan penyelesaian fase definisi bersama, menandai akhir dari fase desain awal untuk C919. Penyelesaian fase desain rinci diperkirakan selesai pada 2012.
Produksi prototipe C919 pertama dimulai pada 9 Desember 2011. Aerodinamika C919 dirancang dengan bantuan superkomputer Tianhe-2. Comac mulai berkolaborasi dengan Canada's Bombardier Aerospace pada Maret 2012 untuk memenuhi layanan rantai pasokan, sistem kelistrikan, perangkat lunak human interface, kokpit, pelatihan penerbangan, dukungan uji terbang, penjualan, dan pemasaran.
Comac kemudian meluncurkan pesawat C919 pertamanya pada November 2015. Namun demikian, proses sertfikasi sempat tertunda karena adanya masalah rantai pasok.
Diganjal Regulasi AS
Dirakit di Cina, pesawat itu ternyata sangat bergantung pada komponen negara barat, termasuk mesin dan avionik. Program tersebut sempat menghadapi berbagai masalah teknis dan kesulitan pasokan akibat kontrol ekspor Amerika Serikat yang lebih ketat.
Comac sempat kesulitan memperoleh pasokan barang tepat waktu dan telah kehabisan beberapa suku cadang. Hal itu diakibatkan kebijakan Amerika Serikat yang mewajibkan lisensi khusus untuk ekspor suku cadang dan bantuan teknologi ke perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer Cina.
Kondisi tersebut akhirnya memperlambat sertifikasi pesawat hingga berbulan-bulan. Meskipun akhirnya pemasok bisa mendapatkan lisensi, namun hambatan tersebut telah mempengaruhi jadwal produksi perdana C919.
"Salah satu rintangan terbesar adalah rantai pasokan, terutama sekarang dengan inflasi, ketersediaan material, dan perubahan pemasok," kata pakar rantai pasokan kedirgantaraan Alex Krutz dari konsultan kedirgantaraan Patriot Industrial Partners yang berbasis di AS, seperti dikutip dari Reuters, Senin (25/7).
Proses sertifikasi yang lambat membuat rencana pemasaran C919 molor dua tahun dari yang direncanakan. Namun demikian, proyek ini terus berjalan hingga akhirnya Comac menyatakan bahwa pesawat siap menerima sertfikasi seletelah menyelesaikan seluruh proses uji coba.
Maskapai China Eastern Airlines dikabarkan telah memesan lima jet C919 pada Maret 2021. Changjiang Daily, sebuah surat kabar milik pemerintah daerah Wuhan, mengatakan dalam sebuah laporan bahwa maskapai tersebut dijadwalkan menerima pengiriman pertama pada Agustus.
Sebanyak 822 pesawat dikirim dari para produsen ke maskapai penerbangan sepanjang 2020. Airbus menguasai pasar pengiriman tersebut, yakni 550 unit atau 66,9%. Selanjutnya, Boeing dengan 152 unit (18,5%) dan Embraer 44 unit (5,4%).
Sementara itu, produsen pesawat lainnya berbagi pangsa pasar di kisaran 1-2%. Mereka adalah COMAC sebanyak 20 unit, Bombardier 17 unit, Sukhoi 16 unit, ATR 15 unit, dan De Havilland Canada 8 unit.