Pesawat jet berbadan sempit (narrow body) C919 telah berhasil menyelesaikan tes penerbangan. Pesawat produksi Commercial Aircraft Corp of China (COMAC), sebuah perusahaan milik pemerintah Cina yang didirikan pada 11 Mei 2008, akan menjadi pesawat jet komersil pertama yang dikembangkan sendiri oleh Cina, dengan kapasitas 158-174 kursi dan jangkauan terbang sekitar 4.075-5.555 kilometer.
Uji coba pesawat jet ini telah berlangsung selama lima tahun, sejak C919 melakukan penerbangan perdananya pada 2017. Menyitir Xinhua, COMAC telah menerima 815 pesanan pesawat C919 dari 28 perusahaan di seluruh dunia.
Maskapai China Eastern Airlines dikabarkan telah memesan lima jet C919 pada Maret 2021. Changjiang Daily, sebuah surat kabar milik pemerintah daerah Wuhan, mengatakan dalam sebuah laporan bahwa maskapai tersebut dijadwalkan menerima pengiriman pertama pada Agustus.
C919 memang dirancang untuk menyaingi Boeing dan Airbus, dua perusahaan raksasa di industri dirgantara. Rancangan C919 memang sengaja dibuat mirip dengan Boeing 737 dan Airbus A320, sebagai pesawat dengan lorong tunggal, bermesin ganda, serta bersayap rendah.
Meski seluruh badan pesawat dibuat di Cina, menyitir laporan Financial Times, komponen pesawat C919 ini tak sepenuhnya 'made in' Cina. Pesawat ini juga mengandung beragam komponen yang dibuat perusahaan Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Prancis.
Pembagian produksi komponen pesawat:
- Aluminium pada kerangka dan badan pesawat dibuat Acronic TITAL, perusahaan AS.
- Sistem navigasi dan komunikasi produksi Rockwell Collins, perusahaan AS.
- Flight data recorder dari General Electric (GE), perusahaan AS.
- Ban dan rem dari Honeywell, perusahaan AS.
- Sistem pendaratan dibuat Liebherr Aerospace, perusahaan Jerman.
- Mesin dikembangkan CFM International, perusahaan kongsi antara GE (AS) dan Safran (Prancis).
- Sayap dan ekor dibuat AVIC, perusahaan Cina.
Dimensi Pesawat Jet C919
Berdasarkan penelusuran Katadata.co.id, secara rancangan dimensi C919 lebih mirip dengan Airbus A320, karena badan pesawatnya memiliki lebar rentang sayap mencapai 35,8 meter, panjang badan 38,9 meter.
Pesawat ini akan terbang menggunakan mesin ACAE CJ-1000AX. Penggunaan mesin ini pertama kali terungkap dalam pameran dirgantara Zhuhai Airshow. Meski begitu, Cina sedang mengembangkan mesin untuk pesawat ini sehingga menjadi buatan lokal.
Proyek pesawat C919 telah melewati jalan panjang sejak proyek ini diluncurkan pada 2008, dan pesawat pertama selesai dirakit 2 November 2015. Akibat pesawat ini sangat bergantung pada komponen negara barat, sehingga sempat menghadapi berbagai masalah teknis, termasuk kesulitan pasokan akibat kontrol ekspor AS yang lebih ketat.
Comac akhirnya kesulitan memperoleh pasokan barang tepat waktu dan kehabisan beberapa suku cadang.
Hal itu diakibatkan kebijakan AS yang mewajibkan lisensi khusus untuk ekspor suku cadang serta bantuan teknologi ke perusahaan yang memiliki hubungan dengan militer Cina. Kondisi tersebut akhirnya menunda proses sertifikasi pesawat hingga berbulan-bulan.
Meskipun akhirnya pemasok bisa mendapatkan lisensi, namun hambatan tersebut telah mempengaruhi jadwal produksi perdana C919.
"Salah satu rintangan terbesar adalah rantai pasokan, terutama sekarang dengan inflasi, ketersediaan material, dan perubahan pemasok," kata pakar rantai pasokan kedirgantaraan Alex Krutz dari konsultan kedirgantaraan Patriot Industrial Partners yang berbasis di AS, seperti dikutip dari Reuters, Senin (25/7).
Proses sertifikasi yang lambat membuat rencana pemasaran C919 molor dua tahun dari yang direncanakan. Namun demikian, proyek ini terus berjalan hingga akhirnya Comac menyatakan bahwa pesawat siap menerima sertfikasi seletelah menyelesaikan seluruh proses uji coba.
Mengutip situs resminya, COMAC yang memiliki kantor pusat di Shanghai, merupakan perusahaan hasil investasi bersama Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Milik Negara (SASAC) Dewan Negara, Shanghai Guo Sheng (Group), Aviation Industry Corporation China (AVIC), Aluminium Corporation of China Limited (CHALCO), China Baowu Steel Group Corporation Limited, dan Sinochem Corporation.
Pada akhir 2018, unit pemegang saham baru termasuk China National Building Materials Group (CNBM), China Electronics Technology Group Corporation (CETC), dan China Reform Holdings Corporation Ltd. bergabung. Perusahaan ini dipimpin Tuan He Dongfeng, dengan Tuan Zhao Yuerang menjabat sebagai Presiden Perusahaan.
Jalan COMAC untuk menyaingi Boeing dan Airbus masih panjang. Setidaknya jika melihat data pengiriman pesawat sepanjang 2020, dari 822 pesawat yang dikirimkan produsen ke maskapai penerbangan, Comac hanya mencatat 20 pesawat. Sementara Airbus dan Boeing masih memimpin industri.