Kota metropolitan Chengdu di barat daya Cina mengumumkan pembatasan wilayah (lockdown) terhadap 21,2 juta penduduk. Penguncian dilakukan saat otoritas akan menggelar tes Covid-19 secara massal selama empat hari.
Mengutip dari Reuters pada Jumat (2/9), penduduk Chengdu diperintahkan untuk tinggal di rumah mulai Kamis (1/9) pukul 6 sore. Namun, belum jelas apakah lockdown akan dicabut setelah pengujian massal berakhir pada Minggu.
"Rumah tangga diizinkan mengirim satu orang per hari untuk berbelanja kebutuhan," kata pemerintah kota dalam sebuah pernyataan.
Chengdu melaporkan 157 infeksi menular di dalam negeri pada Rabu (31/8). Chengdu pun menjadi kota terbesar di Cina yang dikunci setelah Shanghai.
Kota-kota besar lainnya, seperti Shenzhen di selatan dan Dalian di timur laut juga meningkatkan pembatasan aktivitas pada minggu ini. Pembatasan diatur melalui persyaratan kerja dari rumah hingga penutupan bisnis hiburan di beberapa distrik.
Langkah tersebut membatasi aktivitas puluhan juta orang. Hal ini akan menjadi tantangan bagi Cina untuk mengurangi dampak buruk pada pertumbuhan ekonomi.
Imbas kebijakan itu, kepanikan warga mulai terjadi terjadi. Mereka khawatir kesulitan akses makanan segar jika penguncian diperpanjang. "Saya menunggu antrean yang sangat panjang untuk mendapatkan bahan makanan," kata insinyur berusia 28 tahun, Kya Zhang.
Adapun, Chengdu merupakan salah satu kota terpadat di Cina. Ibu kota Provinsi Sichuan ini memiliki peran penting untuk ekonomi di negara itu.
Sementara, Cina merupakan negara yang menerapkan kebijakan nol Covid-19 dengan melakukan penutupan secara cepat, pengujian massal, dan karantina panjang. Hal ini membuat sebagian besar perbatasan Cina tutup bagi pengunjung internasional.