Rusia menyatakan berhentinya pasokan gas ke Eropa disebabkan sanksi Barat setelah invasi Moscow ke Ukraina. Kremlin mendorong sanksi tersebut dicabut sehingga pipa Nord Stream 1 (NS1) yang mengalirkan gas ke Eropa dapat kembali mengalir.
Juru bicara Rusia Dmitry Peskov mengatakan alasan di balik keputusan menutup pipa Nord Stream karena sanksi yang diberikan kepada Moscow.
"Masalah pemompaan [Gas] muncul karena sanksi yang dijatuhkan terhadap negara kami dan perusahaan oleh negara-negara Barat, termasuk Jerman dan Inggris," kata Peskov seperti dikutip oleh kantor berita Interfax, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (6/9).
Pada Jumat pekan lalu, Rusia menyatakan berhentinya aliran gas melalui pipa Nord Stream 1 karena ada kerusakan yang membutuhkan perbaikan. Perusahaan gas milik negara Rusia, Gazprom, menemukan kerusakan baru yang membutuhkan perbaikan tanpa menyebut sampai kapan aliran akan dihentikan.
Peskov mengatakan tidak ada alasan lain yang bisa menyebabkan masalah aliran pipa ini. “Sanksi yang mencegah unit-unit tersebut diservis, yang mencegah mereka dipindahkan tanpa jaminan hukum yang sesuai. Sanksi-sanksi inilah yang dikenakan oleh negara-negara Barat yang telah membawa situasi seperti yang kita lihat sekarang,” ujar Peskov.
Komentar Peskov muncul di tengah krisis energi yang semakin dalam di seluruh Eropa. Pipa Nord Stream 1 yang beroperasi sejak 2011, merupakan pipa gas tunggal terbesar yang membawa gas antara Rusia dan Eropa Barat.
Uni Eropa membalas langkah Moskow. Juru bicara Komisi Eropa mengatakan bahwa penghentian total aliran gas dilakukan dengan "dalih yang salah". Pejabat Uni Eropa telah berulang kali menuduh Rusia sengaja membendung atau mengurangi arus sebagai pembalasan atas sanksi Barat dan dukungan Ukraina.
Amerika Serikat juga menuduh Rusia menggunakan energi sebagai senjata. AS yakin Eropa akan memiliki cukup gas untuk menghadapi bulan-bulan musim dingin.
“AS dan Eropa telah berkolaborasi untuk memastikan pasokan yang cukup tersedia. Sebagai hasil dari upaya ini, penyimpanan gas Eropa akan penuh pada musim pemanasan musim dingin yang kritis. Kami memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," kata seorang pejabat Gedung Putih kepada kantor berita Reuters.
Harga gas acuan Eropa, TTF Belanda, untuk kontrak pengiriman Oktober naik hingga 30% atau € 62 menjadi € 272 per megawatt jam (MWh), atau lebih dari US$ 450 per barel jika dikonversi menjadi harga minyak. Sedangkan di Inggris, harga kontrak untuk pengiriman gas bulan depan melonjak 35%.
Sebelumnya Rusia telah memangkas aliran gas melalui jalur Nord Stream 1 ke Jerman hingga hanya 20% dari total kapasitas. Ini membuat negara-negara Eropa berebut pasokan untuk menyimpan gas sebanyak mungkin untuk menghadapi musim dingin, dan mencari pasokan alternatif.
Ancaman kekurangan gas juga memperdalam kekhawatiran atas risiko resesi di negara-negara yang bergantung pada bahan bakar untuk industri dan pembangkit listrik, termasuk Inggris dan Uni Eropa.
Kondisi ini menyebabkan mata uang mereka melemah karena investor mencari keamanan dalam dolar AS dan mengurangi paparan ke ekonomi yang mungkin harus memangkas produksi industri. Euro merosot ke level terendah 20 tahun terhadap dolar AS, jatuh ke level US$ 0,9879 pada awal perdagangan Senin.