Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menuding organisasi negara-negara pengekspor minyak atau OPEC telah mendukung Rusia dengan memangkas rencana produksi minyak November hingga sebesar 2 juta barel per hari (bph).
Pasalnya pemangkasan produksi tersebut bertujuan untuk menopang harga minyak yang merosot dalam tiga bulan terakhir. Dengan begiu secara tidak langsung Rusia dapat terus menjual minyaknya pada harga yang cukup tinggi meski telah memberikan diskon.
Pemerintahan Joe Biden menyebut keputusan itu sebagai keputusan yang mengejutkan dan picik karena dirasa menambah seret suplai minyak di saat pasokan di pasar sudah ketat.
"Presiden kecewa dengan keputusan picik OPEC+ yang memangkas kuota produksi sementara ekonomi global menghadapi dampak negatif lanjutan dari invasi Putin ke Ukraina," tulis pernyataan Gedung Putih, seperti dikutip Reuters, Kamis (6/10).
Gedung Putih juga mengatakan bahwa Presiden Joe Biden akan terus mempertimbangkan apakah akan melepas persedian minyak untuk menurunkan harga.
Para pejabat AS mengatakan, alasan Washington menginginkan harga minyak yang lebih rendah adalah untuk menghilangkan pendapatan minyak Moskow yang dapat digunakan untuk membiayai perang di Ukraina.
Biden melakukan perjalanan ke Riyadh tahun ini tetapi gagal mendapatkan komitmen kerja sama yang kuat tentang energi. Hubungan semakin tegang karena Arab Saudi tak mengecam tindakan Moskow di Ukraina.
Pengurangan pasokan minyak yang diputuskan di Wina pada hari Rabu bisa memacu pemulihan harga minyak yang telah turun menjadi sekitar US$ 90 dari US$ 120 pada tiga bulan lalu di tengah kekhawatiran resesi ekonomi global, kenaikan suku bunga AS dan nilai tukar dolar yang menguat.
Pemimpin de facto OPEC, Arab Saudi, mengatakan pemangkasan produksi 2 juta barel per hari (bph) setara dengan 2% dari pasokan global. Sikap ini diambil untuk menanggapi kenaikan suku bunga di Barat dan ekonomi global yang lebih lemah.