69 Anak di Gambia Meninggal, India Tutup Pabrik Obat Batuk Sirup
Sebanyak 69 anak di Gambia, Afrika meninggal dunia setelah mengkonsumsi obat batuk dan pilek sirup buatan Maiden Pharmaceuticals. Pemerintah India telah menghentikan produksi perusahaan farmasi yang berbasis di New Delhi.
Otoritas kesehatan India menghentikan semua produksi Maiden Pharmaceuticals setelah laporan menerima laporan WHO. Obat batuk dan pilek sirup itu diimpor dari India oleh Atlantic Pharmaceuticals yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat.
Selama ini, India memasok 45% dari semua obat generik ke Afrika. Nilai ekspor industri farmasi India mencapai US$ 24,5 miliar dalam dua tahun terakhir.
"Mengingat keseriusan pelanggaran yang diamati selama penyelidikan dan potensi risikonya terhadap kualitas, keamanan, dan kemanjuran obat yang diproduksi, semua kegiatan manufaktur perusahaan dihentikan dengan segera," kata perintah federal dan regulator obat negara bagian Haryana, dikutip dari Reuters, Kamis (13/10).
Hasil analisis WHO menunjukkan empat produk Maiden yakni Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup - memiliki jumlah dietilen glikol dan etilen glikol yang "tidak dapat diterima", sehingga menjadi racun dan timbal yang menyebabkan ginjal akut.
Dietilen glikol dan etilena glikol digunakan sebagai alternatif yang lebih murah dalam beberapa produk farmasi untuk gliserin, pelarut atau zat pengental dalam banyak sirup obat batuk.
Obat batuk dan pilek sirup itu diimpor dari India oleh Atlantic Pharmaceuticals yang berbasis di Atlanta, Amerika Serikat.
Pejabat WHO mengatakan, obat tersebut kemungkinan juga dijual melalui pasar informal ke negara lain. Indonesia mengatakan akan menyelidiki kasus cedera ginjal akut yang telah menyebabkan kematian lebih dari 20 anak di ibukotanya Jakarta tahun ini, tetapi tidak ada hubungannya dengan kasus di Gambia.
Obat-obatan yang diekspor ke Gambia dibuat oleh Maiden dalam satu batch pada Desember tahun lalu di pabrik utamanya di distrik Sonipat Haryana, dengan tanggal kedaluwarsa November 2024.
Pemerintah India membentuk komite yang terdiri dari empat ahli yang akan menyarankan tindakan lebih lanjut setelah "memeriksa dan menganalisis laporan efek samping, hubungan sebab akibat, dan semua detail yang direkomendasikan WHO.
Asisten Direktur Jenderal WHO Mariângela Simão mengatakan pada konferensi pers virtual bahwa pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang India untuk menyelidiki obat batuk dan pilek Maiden.
WHO menyimpolkan obat Maiden menimbulkan kematian berdasarkan analisis beberapa sampel obat-obatan yang digunakan oleh anak-anak yang dirawat di rumah sakit.
Berdasarkan informasi dari situs web, kapasitas produksi Maiden dalam setahun mencapai 2,2 juta botol sirup, 600 juta kapsul, 18 juta suntikan, 300.000 tabung salep dan 1,2 miliar tablet di pabrik Haryana.