WHO Kutip Penelitian BPOM, Ungkap Bahaya 8 Obat Terpapar Etilen Glikol

ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/foc.
Sejumlah pedagang menutup dengan kain lemari yang menyimpan obat sirup di apotek usai inspeksi mendadak (sidak) di Bekasi, Jawa Barat, Senin (24/10/2022).
5/11/2022, 13.01 WIB

World Health Organization (WHO) atau Lembaga Kesehatan Dunia, turut mengumumkan bahaya 8 produk obat di bawah standar, yang mengandung etilen glikol atau dietilen glikol. Peringatan ini disampaikan terkait dengan penyebaran gagal ginjal akut yang menyerang anak-anak.

Produk tersebut adalah Termorex sirup (hanya batch AUG22A06), Flurin DMP sirup, Unibebi sirup batuk, Unibebi Demam Paracetamol Drops, Unibebi Demam Paracetamol Sirup, Paracetamol Drops (Produksi PT Afi Farma), Paracetamol Sirup (mint) (Produksi PT Afi Farma) and Vipcol Sirup.

Pengumuman ini mengacu kepada hasil penelitian laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).

WHO menyebutkan 8 produk tersebut mengandung etileg glicol dan/atau dietilen glikol dalam kadar berlebihan.

"Produk medis di bawah standar adalah produk yang gagal memenuhi standar kualitas atau spesifikasinya," demikian bunyi keterangan dalam situs resmi WHO dikutip Sabtu (5/11).

Menurut WHO, produk-produk tersebut teridentifikasi beredar di Indonesia. Namun WHO mengingatkan adanya potensi produk tersebut memiliki izin pemasaran di negara lain.

"Produk-produk ini mungkin telah didistribusikan, melalui pasar informal, ke negara atau wilayah lain," lanjut keterangan tersebut.

Etilen Glikol dan Dietilen Glikol Beracun untuk Manusia

WHO juga menjelaskan efek toksik dari paparan etilen glikol pada anak dapat mencakup sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan untuk buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang berisiko kematian.

WHO meminta semua pihak untuk mendeteksi dan mengeluarkan 8 produk obat di bawah standar ini dari peredaran, untuk mencegah bahaya bagi pasien.

Selain itu, meminta adanya peningkatan pengawasan terhadap rantai pasokan obat di negara dan wilayah yang berpotensi terpengaruh produk ini, termasuk kepada pasar informal.

Otoritas kesehatan nasional disarankan segera memberi tahu WHO jika menemukan produk di bawah standar di negara masing-masing.

Khusus kepada produsen sediaan cair, terutama sirop, diimbau menguji paparan etilen glikol dan dietilen glikol dalam kandungan eksipien campuran obat, antara lain propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, dan/atau gliserin/gliserol.

Kasus Baru Gagal Ginjal Akut pada Anak Terus Menurun

Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Muhammad Syahril, mengungkapkan jumlah kasus baru Gangguan Ginjal Akut pada anak menurun signifikan dalam sepekan terakhir.

"Penambahan kasus baru dan jumlah kematian setelah tanggal 18 Oktober 2022 menurun jauh dibandingkan dengan sebelumnya," kata Jubir Syahril dalam Keterangan Pers pada Jumat (4/11).

Pihaknya menjelaskan bahwa penurunan kasus tidak hanya terjadi pada kasus harian, tetapi juga pasien yang dirawat dan kasus kematian.

Menurut Syahril, penurunan kasus tersebut dapat terjadi karena beberapa kebijakan untuk mengantisipasi penyebarannya. Salah satunya kebijakan pemerintah yang melarang memberikan obat sirop yang diduga mengandung unsur kimia etilen glikol dan dietilen glikol kepada anak.

Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak, yang di terbitkan pada 18 Oktober lalu.

"Kalau kemarin kenaikan kasus bisa mencapai 75 sampai 100 pasien, tapi setelah tanggal 18 Oktober itu, hanya 4-5 kasus, dan akhirnya sampai saat ini dibawah 5 kasus," jelas Syahril.

Selain itu, penurunan kasus juga terjadi karena pemberian obat penawar gangguan ginjal akut yakni Fomepizole. Obat yang diberikan gratis ini menjadi bagian dari terapi atau pengobatan pada pasien.

Obat tersebut telah diujicobakan pada pasien GGA yang dirawat di RSCM Jakarta. Hasilnya, sebagian besar pasien mengalami perbaikan yang signifikan.