Kasus Covid-19 Cina Tembus Rekor 31 Ribu, Prospek Ekonomi Suram

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/WSJ/cf
Aly Song Seorang pria berjongkok di sebuah penghalang jalan di kawasan pusat perbelanjaan saat penguncian, di tengah pandemi penyakit virus korona (COVID-19), di Shanghai, China, Kamis (26/5/2022).
25/11/2022, 11.26 WIB

Kasus Covid-19 di Cina terus meningkat dan mencapai rekor 31 ribu orang pada Kamis (24/11). Sejalan dengan itu, propsek ekonomi Negeri Panda menjadi gelap karena pembatasan aktivitas masyarakat dilakukan di sejumlah kota besar.

Padahal, Cina sebelumnya sempat melonggarkan aturan nol Covid-19 untuk menggerakkan lagi roda ekonomi. Meski demikian, pembatasan kembali dilakukan karena lonjakan kasus yang tinggi.

Pembatasan juga merugikan penduduk mereka yang frustrasi. Belum lagi bentrokan antara pekerja pabrik Iphone yakni Foxconn dengan personel keamanan juga menjadi ancaman lainnya.

"Kami meyakini pembukaan (aktivitas masyarakat) masih menjadi proses yang panjang dengan biaya tinggi," tulis analis Nomura dikutip dari Reuters, Kamis (25/11).

Cina melaporkan 31.444 kasus Covid-19 pada Rabu (23/11), tertinggi selama pandemi. Meski demikian, pemerintah menyatakan angka infeksi ini masih terhitung rendah jika dibandingkan negara-negara lain.

Salah satu kota dengan pembatasan adalah Zhengzhou, tempat pabrik besar Foxconn. Pemerintah kota telah mengumumkan pengujian massal penduduk di delapan distrik demi mencegah penularan corona.

Analis juga memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Cina di kuartal keempat menjadi 2,4% dari sebelumnya 2,8%. Adapun, ekonomi negara tersebut diperkirakan tumbuh 2,8% tahun ini, turun tipis dari ramalan sebelumnya yakni 2,9%.

Pemerintah Cina juga mengambil langkah untuk mengurangi tekanan pada ekonomi. Mereka juga akan menggunakan kebijakan moneter untuk memastikan likuiditas cukup.

Mereka juga baru-baru ini melonggarkan protokol Covid-19 seperti lockdown massal dan karantina. Sebelumnya langkah ini pernah dilakukan pada 25 juta penduduk Shanghai.

Analis Nomura memperkitakan bahwa wilayah Cina yang dikunci memiliki porsi seperlima dari total Pendapatan Domestik Bruto (PDB) negara tersebut. Angkanya melebihi ekonomi Inggris.

"Lockdown penuh gaya Shanghai dapat dihindari, tapi mungkin digantikan oleh penguncian parsial," demikian saran Nomura.