Presiden Rusia Vladimir Putin membuka peluang untuk membicarakan kemungkinan menyelesaikan konflik di Ukraina melalui jalur diplomasi. Pernyataan ini disampaikan Kremlin menanggapi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang mengungkap kesiapannya untuk berbicara dengan pemimpin Rusia itu.
Mengutip laporan Reuters, Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Putin tetap terbuka untuk bernegosiasi, tetapi Rusia tidak akan menarik diri dari Ukraina.
"Presiden Federasi Rusia selalu, sedang, dan tetap terbuka untuk negosiasi guna memastikan kepentingan kami," kata Peskov kepada wartawan, dikutip Reuters Jumat (2/12).
Biden, bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron, mengatakan satu-satunya cara untuk mengakhiri perang di Ukraina adalah dengan menarik pasukan Rusia, dan bahwa jika Putin ingin mengakhiri konflik maka Biden akan siap untuk berbicara dengannya.
Sebelumnya upaya untuk melakukan perundingan damai pernah hampir terjadi pada April lalu. Ketika itu, dialog dilakukan antara delegasi Rusia dan Ukraina melalui perantara Turki.
Akan tetapi, upaya diplomasi yang dilakukan tersebut berakhir hampa, setelah Putin menuding Ukraina mengubah sikapnya terhadap kesepakatan dalam perundingan damai di Istanbul.
Dalam sebuah pernyataan pers di Vostochny Cosmodrome, Belarusia, seperti dikutip Reuters, Selasa (12/4), Putin menyatakan perundingan damai "telah kembali ke situasi buntu bagi kami."
Paket Intimidasi ke Kedutaan Besar Ukraina
Sementara itu, terkait dengan konflik yang berlanjut antara Rusia dan Ukraina, Kedutaan Ukraina di tujuh negara Eropa menerima berisi mata hewan.
Paket tersebut diterima kedutaan besar di Hungaria, Belanda, Polandia, Kroasia, Spanyol dan Italia.
Selain itu, konsulat Ukraina di Naples, Italia, Brino di Republik Ceko dan Krakow di Polandia, juga mendapatkan parsel yang direndam dalam cairan merah dengan warna dan bau khas.
Menyitir laporan Telegraph, pemerintah Ukraina menyebut paket tersebut sebagai kampanye intimidasi. Akan tetapi otoritas Ukraina menyatakan tidak akan terintimidasi. “Kami akan terus bekerja secara efektif untuk kemenangan Ukraina,” ungkap ujar Dmytro Kuleba, menteri luar negeri Ukraina, Jumat (2/12).
Ukraina meningkatkan keamanan di semua kedutaan dan konsulatnya.
"Kami sedang mempelajari arti dari pesan ini," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina, Nikolenko.
Korban Perang di Ukraina
Menyangkut perkembangan pertempuran yang terjadi, Kyiv menyebut sedikitnya 13.000 tentara Ukraina telah tewas sejak Rusia menginvasi Februari lalu. Jumlah ini diungkapkan penasihat Kepresidenan Ukraina, Mykhailo Podolyak, pada Jumat (2/12), seperti dikutip Guardian.
Jumlah ini jauh di bawah perkiraan korban dari para pemimpin barat.
Pada titik-titik tertentu dalam perang, Ukraina mengatakan terdapat sekitar 100 hingga 200 pasukannya tewas setiap hari di medan perang.
Sedangkan untuk korban sipil, Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menyatakan hingga 6 November lalu, jumlah korban tewas hampir mencapai 6.500 orang, dengan nyaris 10 ribu warga terluka.
Korban terbanyak terdapat kawasan Donetsk dan Luhansk, dengan 3.870 warga tewas dan 5.234 terluka.