Kasus Mengganas, Cina Putuskan Setop Publikasi Data Kasus Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/RWA/dj
Aly Song Seorang buruh melakukan uji antigen cepat untuk COVID-19 di jalanan selama penguncian, ditengah pandemi virus corona (COVID-19), di Shanghai, China, Senin (23/5/2022).
Penulis: Syahrizal Sidik
25/12/2022, 17.47 WIB

Otoritas kesehatan Cina mulai hari ini, Minggu (25/12) tidak lagi menyiarkan data terbaru mengenai penambahan kasus Covid-19 di negaranya. Padahal, kasus virus Corona di Negeri Tirai Bambu terus mengalami kenaikan. 

Keputusan untuk menghentikan publikasi data Covid-19 muncul di tengah keraguan tentang keandalan data yang dikeluarkan otoritas Cina ketika jumlah kasus terus melonjak setelah pembatasan-pembatasan ketat tiba-tiba diperlonggar.

"Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (CDC) China akan merilis berbagai hal terkait Covid-19 untuk kepentingan penelitian dan pengayaan referensi," menurut Komisi Kesehatan Nasional Cina (NHC), seperti dikutip dari Antara, Minggu (25/12).

Di tengah rencana itu, beberapa foto hasil CT scan pasien Covid-19 di Kota Beijing dan Provinsi Hebei menjadi viral di sejumlah media sosial Cina sejak Sabtu (24/12). Foto-foto itu menunjukkan adanya bercak putih pada paru-paru pasien.

Beberapa unggahan mengatakan, bercak putih itu bukan disebabkan oleh varian Omicron, tetapi varian asli yang terdeteksi di Wuhan. Foto-foto itu memicu kekhawatiran dan kepanikan di tengah masyarakat.

Beberapa pakar kesehatan berupaya menenangkan publik dengan menyatakan bahwa bercak putih pada paru-paru sebagai gejala normal bagi pasien Covid-19 yang parah.

Menurut penelitian terhadap beberapa kasus Covid-19, salah satu hasil pemindaian CT adalah munculnya ground glass opacity (GGO), kondisi abnormal pada paru-paru yang ditandai dengan area berwarna putih atau abu-abu. Dalam kondisi normal, hasil CT scan paru-paru tampak berwarna hitam.

Otoritas kesehatan di Beijing mengatakan bahwa lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi sejak November didominasi oleh subvarian BF.7. Rumah sakit dan klinik kesehatan di Beijing masih tertekan oleh meningkatnya kasus penularan subvarian baru dari Omicron tersebut.

Hal yang sama juga terjadi di beberapa daerah lain, seperti Hebei, Hainan, Qingdao, dan Anhui. Puncak lonjakan kasus Covid-19 di Cina diperkirakan akan terjadi pada musim mudik Tahun Baru Imlek pada Januari-Februari 2023.

Setelah melewati periode tersebut, Cina akan kembali normal, menurut pakar kesehatan setempat. Bahkan di Beijing, tekanan pada fasilitas kesehatan sudah mulai berkurang jika dibandingkan dengan kondisi pada awal bulan ini.

Sejak 7 Desember, otoritas Cina telah melonggarkan kebijakan antipandemi setelah mempelajari bahwa tingkat fatalitas Omicron lebih rendah dibandingkan dengan varian lainnya.

Reporter: Antara