Gempa Besar Guncang Turki dan Suriah, Lebih dari 100 Orang Tewas

Twitter/Con Sinov
Dampak gempa skala 7.8 di Gaziantep, Turki, Senin (6/2). Foto: Twitter/Con Sinov.
6/2/2023, 13.48 WIB

Gempa magnitudo 7.8 melanda bagian tenggara Turki pada Senin (6/2) pukul 04.17 waktu setempat. Gempa yang terasa hingga Suriah tersebut mengakibatkan lebih dari 100 orang meninggal dunia.

Badan penanggulangan bencana Turki (AFAD) mengatakan 76 orang telah tewas dan 440 terluka dalam gempa besar. Sedangkan otoritas Suriah mengatakan 50 orang meninggal akibat gempa yang sama.

"76 warga kami di Adana, Adiyaman, Malatya, Kahramanmaras, Gaziantep kehilangan nyawa," demikian bunyi pernyataan AFAD dikutip dari The Guardian, Senin (6/2).

Adapun, 42 warga Suriah yang meninggal berada di provinsi yang dikuasai pemerintah setempat. Sedangkan delapan korban lainnya berada di wilayah utara yang dikendalikan faksi pro-Turki.

"42 kematian dan 200 luka-luka dilaporkan berada di Aleppo, Hama, dan Latakia," demikian ujar kantor berita Suriah, Sana.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdoğan dilaporkan telah bertemu dengan gubernur wilayah yang terdampak untuk membahas situasi penanganan dampak gempa. Ia juga menyampaikan belasungkawa dan mengajak masyarakat untuk bersatu.

“Kami berharap dapat melewati bencana ini bersama-sama secepat mungkin,” cuit Erdoğan.

Dalam sejumlah foto yang beredar, tampak sejumlah bangunan di Kahramanmaras dan Diyarbakir runtuh. Penduduk di daerah terdampak juga mengatakan mereka belum pernah merasakan gempa sekencang ini.

"Rumah kami terlihat kokoh dari luar tetapi ada retakan di dalamnya. Ada bangunan yang hancur di sekitar saya, ada rumah yang terbakar," kata seorang penduduk kota Pazarcik yang bernama Nihat Altundag.

Dampak gempa ini juga mengundang simpati internasional. Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengarahkan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengerahkan bantuan ke daerah yang paling terkena dampak.

"Saya telah menghubungi pejabat Turki untuk menyampaikan bahwa kami siap memberikan bantuan apa pun," kata Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan dalam cuitan di akun Twitternya.