Putusnya kontrak Adidas dengan rapper Kanye West pada Oktober lalu telah memberi dampak besar pada keseluruhan kinerja perusahaan. Pada Kamis lalu (9/2), Adidas memprediksi kehilangan pendapatan hingga 1,2 miliar euro atau setara Rp 19,9 triliun.
Pemicunya adalah karena produsen sepatu asal Jerman itu tidak bisa menjual produk kolaborasi mereka, Yeezy, yang sudah kadung diproduksi. “Angka itu menjelaskan keadaan kami sekarang. Sekarang kami tidak melakukan bisnis seperti seharusnya,” ujar CEO Adidas, Bjørn Gulden.
Dalam laporan awal yang belum diaudit, pendapatan Adidas meningkat 1%, dengan mengabaikan kurs. Penjualan pada 2022 pun naik 6% menjadi 22,5 miliar euro (Rp 346,5 triliun), dari nilai penjualan 2021 senilai 21,2 juta euro (Rp 343,4 triliun).
Dengan angka itu, laba bersih perusahaan tercatat sebesar 254 juta euro (Rp4,1 triliun), turun 83% dari 2021 senilai 1,49 miliar euro (Rp 24,1 triliun). Semua hitungan ini dengan asumsi 1 euro setara sekitar Rp 16.200.
Nasib Sepatu Yeezy yang Terlanjur Diproduksi
Melalui pedoman keuangan 2023, perusahaan akan mencari pilihan untuk memanfaatkan stok Yeezy. Kalau Adidas tidak bisa menggunakan kembali produksi pakaian dan sepatu Yeezy yang tersisa, maka kerugian bisa mencapai Rp 8,1 triliun pada tahun ini.
Awalnya, Adidas masih berniat menjual produk yang sudah diproduksi ini, meskipun kerja sama telah berakhir. Namun, produk itu akan dijual tanpa nama dan merek Yeezy.
Bila Adidas menjual sneaker tanpa embel Yeezy, maka perusahaan bisa menghemat sekitar Rp 4,5 triliun dari pembayaran royalti dan biaya pemasaran. Opsi lain yang dirumuskan Adidas adalah menghancurkan atau mendonasikan pakaian Yeezy.
Namun konsultan ritel Strategic Resource Group, Burt Flickinger, menyatakan Adidas akan mengalami masalah dalam menggunakan ulang produknya. “Benar-benar tidak ada opsi baik bagi merek yang tertekan ini, di antara prestise dan kemewahan,” ujarnya.
Akar Masalah Pemutusan Kontrak
Adidas memutus kontrak dengan dengan Kanye West setelah sembilan tahun bekerja sama. Alasannya, ungkapan antisemit alias kebencian terhadap Yahudi yang dikatakan Kanye West. Akhirnya, produksi Yeezy dan pembayaran ke Kanye pun diberhentikan.
Kanye sebelumnya berkata, “Saya dapat mengatakan hal-hal apapun tentang antisemit dan Adidas tidak dapat memecat saya.” Rapper yang dikenal dengan moniker Ye ini pun mencuit di Twitter pada 8 Oktober, “Go death con 3 on Jewish people.”
Melansir laman American Jewish Committee, cuitan ini bisa diartikan sebagai referensi yang membingungkan dari defense readiness condition (DEFCON). Ini adalah istilah militer Amerika Serikat untuk kesiapan tinggi dalam menghadapi ancaman.
“Komentar dan aksi Kanye itu tidak dapat diterima, penuh kebencian, dan berbahaya. Ini tidak sesuai dengan nilai keberagaman, inklusifitas, dan rasa saling menghargai yang dimiliki perusahaan,” dikutip dari keterangan tertulis Adidas.
Pada pemutusan kontrak itu, Adidas memang sudah memperkirakan akan ada dampak pengurangan pendapatan 250 juta euro. Pasalnya, permintaan akan sepatu tersebut cukup tinggi di kuartal keempat.
Bila ditelusuri, Adidas sudah bekerja sama dengan Kanye sejak 2013. Tiga tahun kemudian, Adidas mencatut nilai kerja sama paling signifikan yang pernah dibuat antara merek non atlet dan atletik.