Perusahaan pengeboran ADNOC Drilling menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) selama lima tahun dengan Masdar. Melalui MoU tersebut, ADNOC akan terlibat sebagai ahli dan penasihat teknis pengeboran untuk mendukung eksplorasi energi panas bumi Masdar.
Mengutip Renewable Energy Magazine, Rabu (22/3), Masdar akan mengevaluasi potensi teknologi pengeboran ADNOC untuk menyediakan layanan pengeboran panas bumi.
Chief Executive Officer Masdar Mohamed Jameel Al Ramahi mengatakan, bahwa MoU dengan ADNOC merupakan bentuk komitmen perusahaan untuk membuka peluang penerapan teknologi terbaru dalam sektor energi baru dan terbarukan.
"Dengan Masdar baru-baru ini menambahkan energi panas bumi ke dalam portofolio, kami berharap kerja sama dengan ADNOC Drilling untuk mewujudkan terwujudnya transisi energi," ujarnya.
Sebagai informasi, bulan lalu Masdar masuk dalam sektor energi panas bumi, dengan investasi pertama di Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha PT Pertamina.
Masdar masuk bersama dengan Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia INA ke PGE melalui proses penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO). SWF dan Masdar masing-masing memiliki 5% dan 15% saham dalam PGE. Nilai investasi keduanya sekitar US$ 480 juta atau sekitar Rp 7,3 triliun.
Mengutip DealStreetAsia, dari nilai total transaksi sebesar US$ 480 juta, INA membayar US$ 120 juta. Sementara, Masdar berinvestasi sebesar US$ 360 juta.
Mohamed Jameel Al Ramahi mengemukakan investasi strategis di PGE bakal melengkapi jejak investasi Masdar di Indonesia, yang merupakan pasar panas bumi terbesar kedua di dunia.
"Kami sangat antusias untuk menambahkan energi panas bumi dalam portofolio energi bersih kami. Ini akan menempatkan kami sebagai pemimpin global dalam menyajikan solusi energi bersih," kata Mohamed Jameel Al Ramahi.
Didirikan pada 2006, Masdar merupakan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) yang bergerak di sektor energi bersih. Perusahaan ini aktif di lebih dari 40 negara di seluruh dunia, dan telah berinvestasi dalam portofolio proyek energi terbarukan dengan kapasitas gabungan sekitar 20 gigawatt (GW).
Indonesia sendiri, memiliki target untuk menambah kapasitas panas bumi dari 2,8 gigawatt (GW) pada 2022 menjadi 6,2 GW pada 2023. Pemerintah Indonesia menargetkan emisi nol bersih pada 2060 dengan memastikan 23 persen pasokan energi pada 2023 berasal dari sumber terbarukan.