Neraca Dagang AS Defisit Rp 1.093 T pada April, Terbesar dengan Cina

KATADATA/ Arief Kamaludin
Ilustrasi.Amerika Serikat mencatatkan impor secara keseluruhan naik 1,5% menjadi US$ 323,6 miliar, sedangkan ekspor naik 3,6% menjadi US$249,0 miliar yang merupakan level terendah sejak Maret 2022.
Penulis: Agustiyanti
8/6/2023, 07.14 WIB

Amerika Serikat mencatatkan defisit perdagangan pada April 2023 mencapai US$ 74,6 miliar atau setara Rp 1.093,7 triliun. Defisit perdagangan ini melebar dibandingkan bulan sebelumnya dan merupakan defisit bulanan terbesar dalam delapan tahun terakhir.

Mengutip Reuters,  Data defisit perdagangan pada Maret 2023 direvisi dari pengumuman sebelumnya sebesar US$ 64,2 miliar menjadi US$ 60,6 miliar. 

Revisi tersebut menunjukkan defisit perdagangan Maret tidak sebesar yang diperkirakan sebelumnya pada kuartal pertama. Akibatnya, para ekonom memperkirakan pemerintah akan menaikkan perkiraan pertumbuhan PDB untuk kuartal Januari-Maret mencapai 2,3% secara tahunan ketika menerbitkan perkiraan ketiga akhir bulan ini.

Adapun defisit perdagangan yang melebar pada April disebabkan oleh impor yang pulih di tengah ekspor energi yang menurun. Sepertiga defisit tersebut berasal dari perdagangan dengan Cina yang melonjak dari US$ 22,6 miliar menjadi US$24.2 miliar pada April.

Amerika Serikat mencatatkan impor secara keseluruhan naik 1,5% menjadi US$ 323,6 miliar, sedangkan ekspor naik 3,6% menjadi US$249,0 miliar yang merupakan level  terendah sejak Maret 2022.

Impor barang naik secara bulanan mencapai US$ 263,2 miliar atau naik 2% dibandingkan bulan sebelumnya, didorong oleh kendaraan bermotor, suku cadang dan mesin. Impor barang kebutuhan dan bahan industri juga meningkat, meskipun impor minyak bumi turun ke level terendah sejak Agustus 2021.

Impor barang konsumen melonjak US$1,8 miliar, didorong oleh ponsel dan barang rumah tangga lainnya. Impor makanan adalah yang terendah sejak Desember 2021, sedangkan impor jasa turun $0,4 miliar menjadi $60,4 miliar, terbebani oleh penurunan transportasi dan perjalanan. 

Sementara itu, penurunan ekspor dipengaruhi oleh ekspor barang yang  anjlok 5,3%, terbesar dalam tiga tahun, menjadi $167,1 miliar. Itu level terendah sejak Februari 2022. Ini antara lain terjadi karena penurunan besar pada barang konsumsi. 

Di sisi lain, ekspor jasa naik US$0,2 miliar ke rekor $81,9 miliar, terangkat oleh perjalanan dan layanan bisnis lainnya di tengah  ekspor jasa keuangan dan barang dan jasa pemerintah yang turun.

Kinerja ini membuat para ekonom memperkirakan bahwa perdagangan dapat memangkas  sebanyak 2,5% dari produk domestik bruto kuartal ini. 

"Persyaratan perdagangan semakin memburuk dan ini akan menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB riil kuartal kedua lebih dekat ke pertumbuhan 1% di mana hal-hal buruk dapat terjadi dan ekonomi dapat tersandung dan jatuh ke jurang," kata Christopher Rupkey, kepala ekonom. di FWDBONDS di New York.