Perundingan negara-negara Asia Tenggara bersama Cina selangkah lebih dekat menuju kesepakatan soal konflik Laut Cina Selatan atau LCS. Titik terang itu terlihat dari hasil pertemuan pimpinan negara ASEAN dan Cina yang berlangsung di Hotel Shangri-La, Jakarta, Kamis pagi (13/7).
Dalam pertemuan tersebut, ASEAN dan Cina menyepakati panduan atau guidelines untuk mempercepat perundingan kode berperilaku atau code of conduct atau CoC. Pasalnya, CoC sebagai upaya untuk bernegosiasi dengan Cina soal konflik LCS selama ini mandek.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kesepakatan atas panduan kode perilaku diharapkan bisa membangun momentum positif untuk mempererat kemitraan antar negara. Selain itu CoC diharapkan bisa memajukan paradigma inklusivitas dan keterbukaan.
“Menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982, dan mendorong kebiasaan dialog dan kolaborasi,” ujar Retno, Kamis (13/7).
Retno mengingatkan kedua pihak terus bekerja keras untuk memperkokoh kemitraan tersebut. Ia juga meminta Cina menjadi mitra terpercaya ASEAN dalam merawat arsitektur kawasan yang terbuka dan inklusif.
Selama ini, kawasan Laut Cina Selatan menjadi hotspot konflik di antara beberapa negara ASEAN dengan Cina. Hal ini dipicu klaim Cina bahwa kawasan LCS yang masuk ke teritorial mereka mencakup beberapa wilayah laut yang juga diklaim beberapa negara ASEAN.
Sebagai solusinya, negara-negara ASEAN telah mendorong adanya CoC sebagai panduan berperilaku masing-masing pihak di wilayah LCS. Inisiatif itu sudah dibicarakan sejak bertahun-tahun lalu tetapi hasilnya nihil.
Meski demikian, belum ada rincian soal substansi dari dokumen panduan CoC yang telah disepakati tersebut. Namun, mengutip AP News, dokumen tersebut menginstruksikan agar negosiasi CoC bisa selesai dalam waktu tiga tahun atau lebih cepat.
Dokumen pedoman tersebut juga menyerukan agar lebih banyak pertemuan antara kedua belah pihak. Selain itu, negosiasi untuk masalah yang paling diperdebatkan juga harus dimulai, termasuk apakah kode regional harus dapat ditegakkan secara hukum dan cakupan geografisnya.
Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.
Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.
Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.
#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData