Hizbullah, Kelompok Militan Lebanon yang Ikut Konflik Israel-Palestina

Emilie Madi/Reuters
Ilustrasi, Pejabat Senior Hizbullah Sayyed Hashem Safieddine.
Penulis: Agung Jatmiko
12/10/2023, 18.15 WIB

Hanya beberapa hari setelah kelompok militan Palestina, Hamas, melancarkan serangan multi-front terhadap Israel, kelompok bersenjata asal Lebanon, Hizbullah, bergabung dalam konflik tersebut. Sekutu Hamas tersebut menembakkan rentetan roket ke wilayah sengketa di perbatasan Lebanon dan Israel dan mengklaimnya sebagai aksi solidaritas dengan Palestina.

Hizbullah juga melancarkan serangan ke wilayah Israel lainnya, yang memicu serangan balasan. Hizbullah yang merupakan kelompok syiah yang didukung Iran, menjadi ancaman paling serius bagi Israel.

Dengan persenjataan lengkap dan ribuan pejuang berpengalaman tempur dalam perang saudara di Suriah, Hizbullah telah lama dipandang di Israel sebagai kekuatan tempur yang tangguh. Kelompok ini pun juga andil dalam konflik Israel-Palestina.

Siapa sebenarnya Hizbullah, serta bagaimana kelompok ini bisa turut serta dalam pusaran konflik Israel-Palestina? Simak penjelasan selengkapnya dalam ulasan berikut ini.

Konflik Palestina - Israel meningkat (Katadata)

Asal Usul Kelompok Hizbullah

Hizbullah adalah organisasi politik dan militer Islam Syiah yang berbasis di Lebanon. Nama "Hizbullah" diterjemahkan menjadi "Partai Allah". Organisasi ini didirikan pada awal dekade 1980-an, dengan dukungan signifikan dari Iran, selama Perang Saudara Lebanon.

Hizbullah adalah kelompok yang kompleks, dengan memiliki sayap politik dan militer yang kuat. Kelompok ini berkembang menjadi kekuatan yang kuat dan berpengaruh dalam politik Lebanon dan regional.

Asal usul Hizbullah dapat ditelusuri kembali ke awal dekade 1980-an, khususnya selama Perang Saudara Lebanon, dan invasi Israel ke Lebanon pada 1982 silam. Kelompok Islam Syiah ini lahir sebagai respons terhadap peristiwa-peristiwa tersebut.

Patut diketahui, Perang Saudara Lebanon yang berlangsung dari tahun 1975 hingga 1990 merupakan konflik yang kompleks. Konflik ini melibatkan berbagai kelompok sektarian dan politik. Dalam konflik ini, komunitas Muslim Syiah di Lebanon, yang secara historis terpinggirkan dan kurang terwakili dalam politik Lebanon, berusaha untuk menegaskan kepentingan mereka dan mendapatkan suara yang lebih kuat selama perang.

Pada Juni 1982, Israel menginvasi Lebanon dalam operasi yang dikenal sebagai "Operasi Perdamaian untuk Galilea". Invasi tersebut bertujuan untuk melenyapkan kelompok militan Palestina yang beroperasi di Lebanon bagian selatan dan menciptakan zona penyangga keamanan.

Invasi ini dan pendudukan Israel di bagian selatan Lebanon meradikalisasi banyak Muslim Syiah dan memicu keinginan untuk melawan kehadiran Israel.

Belum jelas kapan sebenarnya kelompok ini menjadi sebuah entitas. Berbagai sumber mencantumkan pembentukan resmi kelompok tersebut pada 1982, saat Isarel menginvasi Lebanon. Ada pula yang berpendapat bahwa Hizbullah merupakan gabungan dari berbagai kelompok Syiah, yang memutuskan untuk bergabung pada akhir 1985.

Versi lain menyatakan bahwa Hizbullah dibentuk para pendukung Syekh Ragheb Harb, seorang pemimpin perlawanan Syiah di Lebanon Selatan yang dibunuh oleh Israel pada 1984.

Terlepas dari kapan nama tersebut mulai digunakan secara resmi, sejumlah kelompok Syiah perlahan-lahan berasimilasi ke dalam organisasi tersebut, seperti Islamic Jihad, Organization of the Oppressed on Earth dan Revolutionary Justice Organization.

Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Israel-Palestina

Hizbullah terlibat dalam konflik Israel-Palestina terutama melalui dukungannya terhadap berbagai kelompok militan Palestina dan penentangannya terhadap Israel. Keterlibatan Hizbullah dalam konflik Israel-Palestina terwujud beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

1. Dukungan terhadap Kelompok Militan Palestina

Hizbullah telah memberikan dukungan politik, keuangan, dan militer kepada berbagai kelompok militan Palestina dalam perjuangan melawan Israel. Dukungan ini mencakup pelatihan, persenjataan, dan bantuan logistik. Salah satu kelompok militan Palestina yang mendapat dukungan Hizbullah, adalah Hamas.

2. Serangan Roket

Hizbullah memfasilitasi pengiriman roket dan persenjataan lainnya ke kelompok Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat. Kelompok-kelompok ini telah menggunakan roket-roket ini untuk melancarkan serangan ke wilayah Israel, terutama menargetkan kota-kota di Israel selatan.

3. Dukungan Ideologis dan Moral

Hizbullah memainkan peran dalam mempromosikan perjuangan Palestina dalam bidang ideologi dan moral. Mereka telah menggambarkan diri mereka sebagai pembela hak-hak Palestina dan penentang keras kebijakan Israel, dan retorikanya telah diterima oleh banyak warga Palestina dan pendukung perjuangan Palestina.

Eskalasi konflik Palestina - Israel meningkat di Jalur Gaza, Minggu (8/10) (Antara)

4. Paham Anti-Israel

Para pemimpin Hizbullah, khususnya Sekretaris Jenderal Hassan Nasrallah, sangat vokal dalam menentang Israel. Nasrallah telah berpidato dan mengeluarkan pernyataan yang mengecam tindakan dan kebijakan Israel di wilayah tersebut. Pernyataan-pernyataan ini sering kali bergema di kalangan dunia Arab dan Muslim.

5. Eskalasi Militer

Sayap militer Hizbullah, dengan persenjataan roket dan kemampuan militernya yang luas, telah menjadi alat pencegah yang signifikan terhadap tindakan Israel di Lebanon.

Di masa lalu, konflik telah terjadi antara Israel dan Hizbullah, yang menyebabkan terjadinya baku tembak militer yang signifikan. Kemampuan Hizbullah dan kesediaannya untuk menghadapi Israel, menjadikannya salah satu faktor dalam perhitungan strategis Israel di kawasan Timur Tengah.

6. Aliansi Regional

Keberpihakan Hizbullah dengan Iran yang menentang keberadaan Israel semakin memperkuat keterlibatannya dalam konflik Israel-Palestina. Iran memberikan dukungan finansial dan militer kepada Hizbullah dan telah mendorong perannya dalam mendukung militan Palestina.

Penting untuk dicatat bahwa keterlibatan Hizbullah dalam konflik Israel-Palestina semata-mata karena kelompok ini memandang operasi yang dilancarkan Israel kepada Palestina, adalah bentuk agresi. Selain itu, keterlibatan Hizbullah juga didasarkan atas komitmennya dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.

Dukungan terhadap militan Palestina adalah salah satu aspek dari aktivitasnya, di samping perannya dalam politik Lebanon dan ambisi regionalnya, yang sering kali dilakukan melalui koordinasi dengan sekutu Iran.

Keterlibatan Hizbullah dalam konflik Israel-Palestina telah berkontribusi terhadap ketegangan dan ketidakstabilan regional serta menjadikannya pemain penting dalam lanskap geopolitik Timur Tengah yang lebih luas.

Spekulasi Bergabungnya Hizbullah dalam Konflik Terbaru Israel-Palestina

Hizbullah adalah kelompok militan yang sangat terampil dan telah lama berupaya mendukung perjuangan Palestina. Namun, kelompok ini belum secara terbuka menyatakan bergabung sepenuhnya dalam konflik dan membuka front kedua dalam perang melawan Israel.

Mengutip Foreign Policy, jika Hizbullah melakukan lebih dari sekedar menembakkan beberapa rudal sebagai bentuk solidaritas, hal ini akan membuat konflik yang terjadi saat ini, yang sudah menjadi konflik paling mematikan bagi Israel sejak Intifada Kedua, menjadi semakin memanas. Sebab, perjalanan sejarah menunjukkan bahwa Hizbullah telah terbukti menjadi musuh Israel yang paling tangguh.

Salah satu contohnya, adalah pada 2006, saat Hizbullah berperang selama 34 hari dengan Israel. Meski tidak berniat memulai perang habis-habisan ketika berhasil melancarkan serangan lintas batas tahun itu, yang menewaskan delapan tentara Israel dan menangkap dua tentara lainnya, Hizbullah tetap bertempur dengan sengit.

Dalam konflik tersebut, Israel menderita sedikitnya 157 orang tewas dalam operasi militer dan akibat roket Hizbullah, yang menghujani Israel sepanjang waktu.

Hizbullah memang kehilangan lebih banyak orang, namun mereka menyatakan perang tersebut sebagai sebuah kemenangan, dan hal ini tidak disanggah oleh Israel. Setelah konflik tersebut, hampir dua pertiga warga Israel menuntut Perdana Menteri Ehud Olmert mengundurkan diri.

ISRAEL-PALESTINIANS/GAZA (ANTARA FOTO/REUTERS/Suhaib Salem/hp/cf)

Hizbullah bergerak hati-hati sejak Hamas dan Israel berperang, menyibukkan pasukan Israel dengan serangan di perbatasan Lebanon, namun tidak membuka front besar.

Mengutip Reuters, Rabu (11/10), meski Hizbullah tidak mengesampingkan perang, beberapa sumber mengatakan bahwa tindakan Hizbullah sejauh ini dirancang untuk membatasi cakupannya, yakni mencegah penyebaran konflik besar-besaran ke Lebanon, sambil mencegah kemungkinan pasukan Israel masuk wilayah Lebanon.

Laporan dari Alma Research and Education Center menyebutkan, pihak Israel kemungkinan akan mencegah keterlibatan lebih luas dari Hizbullah dalam konflik terbaru Israel-Palestina. Sebab, Hizbullah mempunyai kemampuan untuk menciptakan kehancuran besar terhadap masyarakat sipil Israel.

Ini tidak mengherankan, sebab Hizbullah dilaporkan memiliki 150.000 mortir, dan dilengkapi roket jarak jauh, lebih dari 2.000 drone dan masih banyak lagi peluru kendali presisi. Selain itu, kelompok ini juga memiliki 30.000 orang, ditambah pasukan elit Radwan, yang berjumlah 2.500.

Jika Hizbullah ikut serta dalam perang saat ini, maka seluruh wilayah Israel berada dalam ancaman serangan rudal dan drone. Kerusakan tambahan, sejumlah besar korban jiwa, dan infrastruktur strategis mungkin hancur di wilayah Israel. Hizbullah juga akan menyerang rig gas strategis, serta beberapa lokasi yang lebih strategis seperti pelabuhan Haifa dan lainnya di wilayah Tel Aviv.