Amerika Serikat Desak Israel Lakukan Jeda Kemanusiaan di Jalur Gaza

Ashraf Amra/Reuters
Ilustrasi, sebuah gedung di Gaza hancur terkena serangan rudal Israel.
3/11/2023, 11.33 WIB

Amerika Serikat meminta Israel melakukan jeda kemanusiaan dalam konflik Israel dengan Hamas di Jalur Gaza. Langkah ini dilakukan untuk menyalurkan bantuan dan mengusahakan pembebasan sandera.

Konflik antara Israel dengan Hamas masih juga belum berakhir. Terbaru, pasukan Israel saat ini tengah mengepung Kota Gaza.

"Apa yang kami coba lakukan adalah menjajaki gagasan jeda sebanyak mungkin," kata Juru Bicara Keamanan Nasional AS John Kirby dikutip dari Reuters, Jumat (3/11).

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken juga mengaku akan membahas langkah konkret dengan Israel untuk meminimalkan kerugian terhadap warga sipil Gaza.

Meski demikian, Gedung Putih mengatakan jeda dalam pertempuran bersifat sementara dan lokal. Mereka mengatakan jeda kemanusiaan tak akan menghentikan Israel mempertahankan diri.

Blinken juga dijadwalkan bertemu Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi di Amman pada Sabtu (4/11). Dalam sebuah pernyataan, Safadi mengatakan Israel harus mengakhiri perang di Gaza.

Permintaan yang sama juga disampaikan oleh sejumlah ahli independen dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Mereka memperingatkan hal yang terjadi di Gaza memunculkan risiko besar genosida.

Namun Israel menolak seruan tersebut. Mereka mengatakan hanya menargetkan pejuang Hamas yang bersembunyi di antara penduduk dan bangunan sipil.

"Kami berada di puncak pertempuran. Kami telah mencapai keberhasilan yang mengesankan dan telah melewati pinggiran Kota Gaza," kata Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu.

Otoritas kesehatan Gaza mengatakan sedikitnya 9.061 orang telah tewas di sejak Israel melancarkan serangannya terhadap daerah kantong berpenduduk 2,3 juta orang itu.

Serangan Israel merupakan sebagai pembalasan atas serangan Hamas beberapa pekan lalu. Israel mengatakan Hamas membunuh 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera lebih dari 240 orang dalam serangan pada 7 Oktober itu.