Israel menuding rumah sakit Indonesia di Gaza digunakan oleh Hamas untuk melancarkan serangan. Mengutip Channel News Asia (CNA), militer Israel menuduh Hamas menggunakan rumah sakit, termasuk rumah sakit utama Gaza, yakni al-Shifa, Rumah Sakit Sheikh Hamad yang didanai Qatar dan sebuah rumah sakit yang dibangun oleh kelompok dari Indonesia, sebagai perlindungan untuk melindungi operasi bawah tanahnya.
Tudingan Israel itu dibantah Medical Emergency Rescue Committee atau MER-C yang mendirikan RS tersebut."Kami membangun rumah sakit ini untuk membantu orang lain, sesuai dengan kebutuhan warga Gaza," kata Sarbini Abdul Murad, Ketua Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), dilansir dari CNA.
Rumah Sakit Indonesia menjadi tempat pengobatan sekaligus pengungsian warga Palestina di Gaza utara di tengah bombardir serangan Israel ke daerah tersebut. Lebih dari 2.000 warga Palestina mengungsi di RS Indonesia.
"RS Indonesia merupakan rumah sakit terbesar di Gaza utara, sehingga banyak korban luka-luka maupun meninggal dilarikan ke sini," kata Relawan organisasi kemanusiaan MER-C, Fikri Rofiul Haq, beberapa waktu lalu.
Setidaknya 1.300 lebih korban jiwa, 60-80 persen di antaranya adalah anak-anak dan perempuan mendapatkan perawatan di RS itu. Lebih dari 4.000 korban luka-luka saat ini dirawat di sana. Fikri mengatakan jumlah korban luka-luka yang sangat banyak membuat mereka harus dirawat di lorong-lorong rumah sakit.
RS Indonesia saat ini sedang mengalami krisis energi akibat tidak adanya aliran listrik. Tempat itu kini hanya mengandalkan dua generator untuk menjalankan kegiatannya. Sayangnya, satu dari dua generator tersebut rusak, sedangkan satu generator yang masih berfungsi terkendala pasokan bahan bakar yang terbatas.
Fakta Terkait RS Indonesia di Gaza
Berikut ini beberapa fakta terkait keberadaan rumah sakit Indonesia di Gaza.
1. Dibangun untuk Tujuan Kemanusiaan
Dibuka pada 2015, RS Indonesia di Beit Lahiya, Gaza, dibangun dari sumbangan yang dikumpulkan oleh Medical Emergency Rescue Committee atau MER-C yang berbasis di Jakarta. Organisasi non-profit ini juga mengirimkan relawan Indonesia, dimana tiga di antaranya dirawat di rumah sakit sejak serangan Israel di Gaza bulan lalu.
RS Indonesia di Gaza adalah fasilitas yang dibangun dengan dukungan masyarakat Indonesia, yang sepenuhnya memiliki tujuan kemanusiaan dan untuk melayani kebutuhan medis masyarakat Palestina di Gaza.
2. Pengelolaan Sepenuhnya Dipegang Otoritas Palestina di Gaza
Sejak pendiriannya, RS Indonesia di Gaza sepenuhnya dikelola oleh otoritas kesehatan Palestina. Mengutip OPEC Fund, saat pembukaannya, rumah sakit ini memiliki 400 staf, yang seluruhnya merupakan berkewarganegaraan Palestina.
Pendanaan untuk operasional rumah sakit tersebut, berasal dari otoritas kesehatan Palestina di Gaza, ditambah dengan donasi dari Indonesia. Selain itu, dari waktu ke waktu selalu ada relawan Indonesia yang membantu operasional rumah sakit ini.
3. Satu dari 15 Fasilitas Kesehatan di Gaza
RS Indonesia di Gaza merupakan bagian dari 15 fasilitas kesehatan di wilayah tersebut, yang masing-masing kewalahan dalam menangani korban serangan yang dilancarkan Israel sejak awal bulan lalu.
Berikut ini 15 fasilitas kesehatan yang beroperasi di Gaza per 6 November. Beberapa di antaranya mengalami kerusakan akibat serangan roket Israel, namun tetap beroperasi.
- al-Ahli Arab Hospital,
- Shuhada Al-Aqsa Hospital
- Al-Awda hospital,
- Al-Dorra Hospital, Gaza
- Al-Helal Emirati Hospital, Rafah
- Al-Shifa Hospital, Gaza
- Al-Rantisi Hospital, Gaza
- Beit Hanoun Hospital, Beit Hanoun[
- European Hospital, Khan Younis
- Indonesia Hospital, North
- Jordanian field hospital
- Kamal Adwan Hospital
- Mohammed Yousef El-Najar Hospital, Rafah
- Nasser Hospital, Khan Younis
- St John of Jerusalem Eye Hospital, Gaza
- al-Quds Hospital
Mengutip Guardian, sebelumnya terdapat 35 fasilitas kesehatan di Gaza. Namun, serangan Israel yang intens membuat sebagian besar fasilitas tersebut tidak dapat beroperasi, dan hanya menyisakan 15 rumah sakit.
RS Indonesia sendiri, telah menjadi tempat penampungan bagi 8.000 warga sipil yang kehilangan rumah mereka akibat pemboman Israel yang tiada henti di Gaza. Rumah sakit ini juga merupakan fasilitas kesehatan yang paling memadai untuk melayani 450.000 orang yang berada di utara Gaza.
4. Kementerian Luar Negeri Mengecam Serangan Israel yang Menargetkan Rumah Sakit
Dalam keterangan resminya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan, bahwa sejak awal ia secara konsisten mengutuk serangan Israel yang membabi buta.
Menlu juga terus menyerukan penghentian segera serangan terhadap target sipil, khususnya fasilitas-fasilitas kemanusiaan di Gaza, termasuk rumah sakit dan ambulan.
5. Proses Evakuasi WNI dan Kabar Tiga Relawan MER-C di Gaza
Kementerian Luar Negeri RI mengabarkan, bahwa upaya untuk melakukan evakuasi terhadap satu keluarga WNI yang tinggal di Gaza Selatan, belum berhasil dilakukan.
Belum berhasilnya proses evakuasi, dikarenakan pintu dari sisi Gaza tidak dibuka, sehingga tidak memungkinkan dilakukan evakuasi. Dari lapangan, Kemlu juga memperoleh informasi, bahwa sudah dua hari terakhir tidak ada evakuasi dari Gaza ke Rafah.
"Kita akan terus berusaha dan kemarin saya lakukan kembali komunikasi dengan berbagai pihak, untuk memastikan bahwa WNI dalam keadaan baik," kata Menlu dalam keterangan resmi, Senin (6/11).
Kemlu juga terus melakukan komunikasi dengan tiga relawan MER-C yang berada di RS Indonesia, serta staf MER-C yang ada di Jakarta, guna memastikan keselamatan tiga WNI tersebut. Diketahui bahwa tiga relawan WNI yang berada di RS Indonesia, sejak awal memutuskan untuk tinggal di Gaza.