Efek Boikot Pro Israel, Pabrik Soda Lokal di Mesir Banjir Permintaan

ANTARA FOTO/REUTERS/Christian Monterrosa/hp/cf
Ilustrasi.
Penulis: Agustiyanti
24/11/2023, 10.27 WIB

Aksi boikot produk pro Israel yang merebak di wilayah Timur Tengah sebagai solidaritas terhadap penderitaan warga Palestina menjadi berkah bagi perusahaan minuman bersoda tertua di Mesir, Spiro Spathis. Permintaan terhadap minuman bersoda lokal ini naik hingga berkali lipat. 

Didirikan pada tahun 1920 oleh seorang peternak lebah Yunani dari Kefalonia yang menyandang namanya, “Spathis” telah menjadi bagian dari kehidupan Mesir. Berkat kampanye nasional untuk memboikot produsen-produsen Barat yang mendukung Israel, merek berusia satu abad ini laris di pasar. 

“Saya sudah menjual minuman mereka selama empat tahun. Selalu ada beberapa konsumen yang lebih menyukai Spiro dibandingkan minuman lain, tapi tidak banyak,” kata Mohammed, pemilik toko kelontong di Provinsi Sharqia, Mesir, seperti dikutip dari Aljazeera, Jumat (24/11). 

Ia bercerita, minuman bersoda tersebut sangat laris dalam sebulan terakhir sejak perang di Gaza, Palestina meletus. "Kalau sebelum boikot, saya jual empat, mungkin lima kotak Spathis dalam seminggu, sekarang saya bisa jual sebanyak 50 kotak dalam sehari kalau stok sebanyak itu,” kata dia.

Kepala pemasaran sekaligus salah satu pemilik perusahaan, Morcus Talaat mengatakan bahwa permintaan terhadap produk mereka naik hingga tiga kali lipat. 

“Kami telah menerima ratusan telepon dari klien baru dan tawaran dari restoran," kata dia. 

Spiro Spathis telah melakukan upaya rekrutmen dan menerima lebih dari 15.000 pelamar untuk memenuhi permintaan yang melonjak.

Di lingkungan Kota Nasr, Kairo, seorang pemilik kios mengatakan dia tidak mampu menyediakan cukup Spathis untuk memenuhi permintaan.

“Saya hanya menerima empat pengiriman dalam sebulan terakhir, dan terjual habis di hari yang sam," kata dia. 

Pengeboman dan invasi darat Israel yang tiada henti di Gaza sejak 7 Oktober  yang telah menewaskan lebih dari 13.000 warga Palestina  telah memicu protes massal di seluruh dunia. Hal ini juga menyebabkan banyak orang memboikot merek internasional seperti McDonald’s dan Starbucks yang dianggap pro terhadap Israel.

Di Indonesia, konsumen mulai memboikot McDonald’s dan bisnis lainnya pada pertengahan Oktober setelah McDonald’s Israel mengumumkan di media sosial bahwa mereka telah membagikan ribuan makanan gratis kepada militer Israel selama perang di Gaza.

Pengumuman tersebut mendorong beberapa organisasi, termasuk Gerakan Boikot, Divestasi dan Sanksi (BDS), Front Persatuan Rakyat (FUB) dan Front Pembela Islam (FPI), menyerukan boikot terhadap McDonald's dan bisnis lain yang dianggap pro-Israel. , termasuk Burger King.

Ketika pengunjuk rasa membanjiri jalan-jalan kota-kota besar di seluruh dunia, mulai dari Washington, DC, hingga London dan Cape Town, cabang-cabang restoran waralaba, kedai kopi, dan toko yang dulunya ramai di Dunia Arab sebagian besar kosong.

“Boikot adalah salah satu bentuk alat populer bagi masyarakat untuk membuat diri mereka didengar, dan merupakan cara paling ampuh untuk menekan negara-negara yang didorong oleh kolonialisme dan kapitalisme Barat,” kata Jamal Zahran, profesor ilmu politik di Universitas Suez.  Ia juga menilai aksi boikot produk-produk ini juga menciptakan peluang bagi produk lokal.