Para Eksekutif AS Prediksi Trump Bakal Menang di Pilpres 2024

ANTARA FOTO/REUTERS/Shannon Stapleton/aww/cf
Topik tentang Donald Trump yang kembali bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat 2024 mendominasi acara makan malam dan pesta di Davos, Swiss.
Penulis: Hari Widowati
19/1/2024, 06.42 WIB

Topik tentang Donald Trump yang kembali bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat 2024 mendominasi acara makan malam dan pesta di Davos, Swiss. Para eksekutif AS yang hadir di Forum Ekonomi Dunia (WEF) tersebut mempertimbangkan potensi kembalinya mantan presiden tersebut ke Gedung Putih setelah kemenangannya yang gemilang di kaukus Iowa.

Beberapa eksekutif bisnis telah mencatat tema ini dalam diskusi pribadi mereka selama pertemuan tersebut. Para pemimpin industri AS tampaknya sangat tidak senang dengan masa jabatan Trump yang kedua. Sementara itu, para kepala eksekutif asing merasa takut, terutama terhadap pembatasan imigrasi dan potensi konflik global.

Seorang eksekutif bisnis terkemuka AS, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena diskusinya dengan para pemimpin asing bersifat pribadi, mengatakan bahwa sebagian dari ketakutan itu mungkin disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang checks and balances yang ada di dalam pemerintahan AS.

"Saya tidak yakin orang Eropa memahami betapa lemahnya perintah eksekutif," kata sumber CNBC itu. "Kami memiliki sistem peradilan. Kongres mungkin akan terpecah. Memang benar untuk berhati-hati, namun ini tidak akan menjadi akhir dari segalanya."

Seorang CEO bank AS lainnya secara pribadi mengungkapkan kekesalannya terhadap media yang membesar-besarkan ancaman kepresidenan Trump. Ia menekankan bahwa Trump hanya menggertak tetapi dia tidak berbahaya. CEO bank ini juga menepis penolakan Trump untuk menerima hasil Pemilu 2020 sebagai sebuah kebohongan.

"Dia akan memenangkan kursi kepresidenan. Banyak kebijakannya yang tepat," demikian prediksi sang CEO saat berbicara dengan CNBC, Kamis (18/1).

Prediksi Pilpres AS 2024

Sementara itu, CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon tidak akan memprediksi kemenangan Trump. Ia menggemakan komentar sesama CEO bank dalam sebuah wawancara di CNBC Squawk Box, pada Rabu (17/1).

"Mundur selangkah, dan akuilah. Dia agak benar tentang NATO. Dia benar tentang imigrasi, dia menumbuhkan ekonomi dengan cukup baik. Perdagangan, reformasi pajak berhasil. Dia benar tentang beberapa hal tentang Tiongkok," kata Dimon.

Meskipun Dimon juga menggemakan sentimen bahwa kiamat tidak mungkin terjadi, dia mencatat bahwa dia berharap AS bertahan dengan terpilihnya kembali Presiden Joe Biden atau kembalinya Trump ke Gedung Putih. Beberapa orang mungkin khawatir demokrasi Amerika akan terancam dengan kembalinya Trump.

"Saya akan siap menghadapi keduanya, kami akan menghadapi keduanya. Perusahaan saya akan bertahan dan berkembang di bawah kepemimpinan keduanya," kata Dimon.

Seorang mitra di perusahaan ekuitas swasta global besar mengatakan secara pribadi bahwa dia terkejut dengan kurangnya kekhawatiran di antara para eksekutif AS mengingat penolakan Trump untuk menerima kekalahannya dalam pemilu pada 2020 dan kerusuhan di Gedung Kongres AS pada tanggal 6 Januari 2021.

Mantan pejabat pemerintahan Trump lainnya mengatakan ada lebih banyak alasan untuk khawatir kali ini. Pasalnya, banyak orang yang menahan desakan Trump yang merusak tidak akan bekerja dengannya jika dia kembali menjabat.

CEO Blackstone Stephen Schwarzman mengungkapkan tema umum lainnya di antara para eksekutif bahwa baik Trump maupun Biden adalah pilihan yang cacat. "Saya pikir kita memiliki pemilihan presiden yang menarik saat ini, di mana ada hal negatif yang sangat tinggi, seperti yang Anda ketahui, untuk kedua kandidat," kata Schwarzman.

Ia menunggu untuk melihat seperti apa hasilnya. "Saya belum masuk ke dunia hipotetis seperti yang Anda inginkan. Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Selalu ada kejutan dalam pemilu ini."

Ben Smith, salah satu pendiri outlet berita bisnis Semafor, mengatakan kepada CNBC bahwa ia telah mendengar dari banyak orang di Davos bahwa Trump kemungkinan besar akan menang. Akan tetapi, mengingat rekam jejak prediksi Davos yang buruk pada tahun-tahun sebelumnya, hal tersebut mungkin menjadi indikator bagi Biden.

Smith dan beberapa peserta Davos lainnya mencatat bahwa prediksi yang dibuat di WEF secara historis ternyata salah. Hal ini termasuk komentar-komentar di masa lalu mengenai prospek resesi dan kemungkinan Trump memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2016.

"Tahun ini adalah sebuah keyakinan mutlak bahwa Donald Trump akan terpilih sebagai presiden Amerika Serikat, yang menurut saya merupakan kabar baik bagi Joe Biden," kata Smith dalam sebuah wawancara di CNBC Squawk Box.

Tanggapan Eksekutif Perusahaan Teknologi

Sementara itu, para eksekutif Wall Street bersikap terbuka dan bersiap untuk kemenangan Trump pada tahun 2024. Beberapa pemimpin teknologi menolak berkomentar tentang Trump atau meremehkan apa yang dipandang orang lain sebagai ancaman potensial bagi pemerintah AS.

"Jelas bahwa pemerintah AS adalah pelanggan besar Salesforce, dan bergantung pada siapa yang menjabat akan menciptakan kehebohan tersendiri bagi sebagian besar karyawan kami," ujar Marc Benioff, CEO Salesforce, dalam sebuah wawancara.

CEO OpenAI, Sam Altman, juga mengungkapkan hal yang serupa. "Saya pikir pemilihan umum adalah hal yang sangat penting. Saya yakin Amerika akan baik-baik saja, tidak peduli apa pun yang akan terjadi dalam pemilu kali ini," kata Altman.

CEO Nasdaq Adena Friedman mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk fokus pada apa yang mungkin atau tidak mungkin dilakukan Trump terhadap negara saat ini. "Sejujurnya, saya pikir mereka perlu melihat bagaimana pemilihan pendahuluan berlangsung," kata Friedman.