Lembaga Inggris: Cina Bantu Kapal Rusia Bawa Senjata dari Korut

ANTARA FOTO/REUTERS/Kirillovka.ks.ua/Handout /HP/dj
Asap mengepul ke udara dari kebakaran yang menurut keterangan Kementerian Pertahanan Ukraina adalah kapal Rusia, ditengah serbuah Rusia terhadap Ukraina yang terus berlanjut, di pelabuhan Berdiansk, Ukraina, Kamis (24/3/2022).
Penulis: Yuliawati
25/4/2024, 16.31 WIB

Pemerintah Cina dituduh membantu proses transfer senjata Korea Utara ke Rusia sejak tahun lalu. Sebuah citra satelit menggambarkan bagaimana kapal kargo Rusia Angara berlabuh di Galangan Kapal Zhoushan Xinya di Zhejiang, setelah perjalanannya dari Korea Utara.

Berdasarkan laporan Reuters, lembaga think tank Royal United Services Institute (RUSI) Inggris mengatakan kapal Rusia Angara membawa ribuan kontainer yang diduga berisi amunisi Korea Utara sejak Agustus 2023. Padahal, Rusia sedang terkena embargo dari Amerika akibat penyerangannya ke Ukraina.

Gambaran citra satelit dari RUSI itu berasal dari beberapa perusahaan termasuk perusahaan pencitraan bumi yang berbasis di San Francisco, Planet Labs PBC.

Kapal tersebut diidentifikasi melalui transponder sistem identifikasi otomatis (AIS) ketika menavigasi Selat Korea yang sibuk dalam perjalanan menuju Cina. Sejak Agustus 2023, RUSI mencatat setidaknya 11 kali perjalanan kapal Angara ke pelabuhan Korea Utara di Rajin dan kembali ke Rusia.

RUSI mengatakan sebelum tiba di Tiongkok pada 9 Februari, Angara berlabuh pada Januari di pelabuhan Korea Utara dan Rusia dengan transponder yang tidak aktif. Kapal ini kembali berhenti melakukan transmisi tak lama setelah tiba di Cina.

Di situs webnya, Angara menyebut mereka sebagai perusahaan perbaikan kapal swasta terbesar di Tiongkok. Klien perusahaan berasal dari seluruh Asia, Eropa, dan AS dan memiliki "kerja sama strategis" dengan perusahaan pelayaran global, termasuk Maersk dan Evergreen Marine Corp Taiwan, serta kemitraan dengan perusahaan teknologi Eropa.

Kedutaan Besar Tiongkok di Washington dan Kementerian Luar Negeri Cinamengatakan tidak mengetahui informasi terkait Angara. Kedubes mengatakan "selalu menentang sanksi sepihak dan yurisdiksi yang tidak memiliki dasar hukum internasional atau mandat dari Dewan Keamanan."

Joseph Byrne, seorang peneliti di RUSI, mengatakan pemerintah Cina harus tahu kapal yang terkena sanksi AS itu berlabuh di galangan kapalnya.

"Jika mereka membiarkan (Angara) berlayar keluar dari pelabuhan tanpa pemeriksaan dan baru saja diperbaiki, maka hal itu menunjukkan bahwa China kemungkinan besar tidak akan mengambil tindakan apa pun terhadap kapal-kapal Rusia ini," kata Byrne, dikutip dari Reuters, Kamis (25/4).

AS dan puluhan negara lain mengatakan transfer senjata dari Korea Utara ke Rusia "secara terang-terangan" melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.

Baik Rusia maupun Korea Utara telah berulang kali menepis kritik atas dugaan pengiriman senjata. Moskow mengatakan pihaknya akan mengembangkan hubungan dengan negara mana pun yang diinginkannya dan kerja samanya dengan Pyongyang tidak melanggar perjanjian internasional.