IEA Prediksi Penjualan Mobil Listrik Global 2024 Capai 17 Juta Unit

ANTARA FOTO/Syaiful Arif/tom.
Ilustrasi, pengguna mobil listrik melakukan pengisian daya di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Ultra Fast Charging (SPKLU).
Penulis: Agung Jatmiko
1/5/2024, 10.46 WIB

Dalam laporan bertajuk 'Global EV Outlook', Badan Energi Internasional atau (International Energy Agency/IEA) memprediksi penjualan mobil listrik atau electric car akan tetap kuat pada 2024. Penjualan diperkirakan akan mencapai 1,7 juta unit pada akhir tahun.

Keyakinan ini didasarkan atas penjualan electric car pada kuartal I-2024 yang tumbuh 25% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah penjualan secara global dalam tiga bulan pertama tahun ini, kira-kira setara dengan jumlah penjualan sepanjang tahun 2020.

Terkait pasar utama, IEA memperkirakan penjualan electric car di Cina akan melonjak menjadi 10 juta unit pada akhir 2024. Ini mencakup mencakup sekitar 45% dari seluruh penjualan mobil di negara tersebut.

Mobil listrik MG (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc)

Sementara di Amerika Serikat (AS), sekitar satu dari sembilan mobil yang terjual diperkirakan merupakan mobil listrik. Lalu, untuk Eropa, meski prospek penjualan mobil penumpang secara umum lemah dan ada penghapusan subsidi di beberapa negara, mobil listrik masih akan mewakili sekitar satu unit dari empat mobil terjual.

Prediksi pertumbuhan ini melanjutkan pemecahan rekor pada 2023. Tahun lalu, penjualan electric car global melonjak sebesar 35% menjadi hampir 14 juta. Meskipun sebagian besar permintaan masih terkonsentrasi di Cina, Eropa, dan Amerika Serikat, pertumbuhan juga meningkat di beberapa negara berkembang seperti Vietnam dan Thailand, dimana mobil listrik masing-masing menyumbang 15% dan 10% dari seluruh penjualan mobil.

Investasi besar dalam rantai pasokan kendaraan listrik, dukungan kebijakan yang berkelanjutan, dan penurunan harga kendaraan listrik dan baterainya diperkirakan akan menghasilkan perubahan yang lebih signifikan di tahun-tahun mendatang.

Laporan IEA menyebutkan, bahwa berdasarkan pengaturan kebijakan saat ini, setiap mobil yang dijual secara global akan menggunakan mobil listrik pada 2035. Sementara, jika janji-janji energi dan iklim yang diumumkan beberapa negara dipenuhi secara penuh dan tepat waktu, dua dari tiga mobil yang terjual pada 2035, adalah electric car.

Dalam skenario ini, pesatnya penggunaan kendaraan listrik, mulai dari mobil hingga van, truk, bus, dan kendaraan roda dua dan tiga, dapat mengurangi kebutuhan sekitar 12 juta barel minyak per hari. Ini setara dengan permintaan saat ini dari gabungan transportasi darat Cina dan Eropa.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan, revolusi kendaraan listrik global tampaknya bersiap menghadapi fase pertumbuhan baru. Gelombang investasi dalam manufaktur baterai menunjukkan bahwa rantai pasokan electric car bergerak maju untuk memenuhi rencana ekspansi ambisius para pembuat mobil

"Akibatnya, pangsa kendaraan listrik di jalan raya diperkirakan akan terus meningkat pesat. Berdasarkan pengaturan kebijakan saat ini saja, hampir satu dari tiga mobil yang beredar di Cina pada 2030, adalah mobil listrik, dan hampir satu dari lima mobil di AS dan Uni Eropa. Pergeseran ini akan mempunyai konsekuensi besar bagi industri otomotif dan sektor energi,” kata Birol, dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (1/5).

Laporan IEA menunjukkan, bahwa banyak produsen telah mengambil langkah besar untuk mewujudkan ambisi pemerintah dalam memperkuat kendaraan listrik, termasuk dengan membuat komitmen keuangan yang signifikan.

Berkat tingginya tingkat investasi selama lima tahun terakhir, kapasitas dunia dalam memproduksi baterai untuk kendaraan listrik berada pada posisi yang baik untuk memenuhi permintaan, meskipun permintaan tersebut meningkat tajam pada dekade berikutnya. Laporan tersebut menekankan, bahwa laju transisi ke kendaraan listrik mungkin tidak konsisten dan akan bergantung pada keterjangkauan.

Di Cina, lebih dari 60% mobil listrik yang terjual pada 2023 sudah lebih murah dibandingkan mobil konvensional. Namun, di Eropa dan AS, harga pembelian mobil dengan mesin pembakaran internal rata-rata tetap lebih murah.

Meski demikian, IEA tidak khawatir, karena persaingan pasar yang semakin ketat dan peningkatan teknologi baterai, diperkirakan akan menurunkan harga di tahun-tahun mendatang. Meskipun harga di muka tinggi, biaya pengoperasian mobil listrik yang lebih rendah berarti investasi awal akan terbayar seiring berjalannya waktu.

Mobil listrik VinFast (ANTARA/Fathur Rochman)

Meningkatnya ekspor mobil listrik dari produsen mobil Cina, yang menyumbang lebih dari separuh seluruh penjualan pada 2023, dapat menambah tekanan pada harga pembelian.

Perusahaan-perusahaan Cina, yang juga mendirikan fasilitas produksi di luar negeri, telah melihat penjualan yang kuat dari model-model yang lebih terjangkau yang diluncurkan pada 2022 dan 2023 di pasar luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi negara-negara penghasil kendaraan listrik utama sangat berbeda dengan industri otomotif tradisional.

Laporan IEA juga menyoroti pentingnya memastikan ketersediaan ketersediaan pengisian daya publik untuk mengimbangi penjualan kendaraan listrik. Jumlah titik pengisian daya yang dipasang secara global, tercatat meningkat 40% pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun, untuk memenuhi tingkat penggunaan kendaraan listrik yang sejalan dengan janji beberapa negara, jaringan pengisian daya harus tumbuh enam kali lipat pada 2035.

Pada saat yang sama, dukungan kebijakan dan perencanaan yang cermat sangat penting untuk memastikan peningkatan permintaan listrik dari pengisian daya untuk mobil listrik terpenuhi, dan tidak membebani jaringan listrik secara berlebihan.