Hamas Sepakat Gencatan Senjata, Israel Tetap Serang Gaza

Instagram @unitednation
kondisi gaza
Penulis: Safrezi Fitra
7/5/2024, 15.15 WIB

Harapan warga Gaza untuk hidup tenang hampir terealisasi setelah Hamas menyetujui tawaran gencatan senjata untuk mengakhiri perang dengan Israel di Jalur Gaza. Namun, gencatan senjata masih belum jelas, karena Israel masih melakukan penyerangan.

Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyatakan persetujuan tersebut kepada Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani dan kepala intelijen Mesir Abbas Kamel.

"Kini keputusan berada di tangan Israel, apakah mereka akan menyetujui proposal gencatan senjata atau menghalanginya," kata seorang pejabat senior Hamas seperti dikutip AFP, Senin (6/5).

Masalahnya, Israel tidak menyetujui sejumlah poin tawaran gencatan senjata dengan Hamas yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar ini. Mengutip Al Arabiya, seorang pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya mengatakan beberapa poin yang disetujui Hamas belum bisa diterima Israel.

Israel mengatakan persyaratan di proposal tersebut tidak memenuhi tuntutannya, salah satunya membebaskan semua sandera yang ditahan Hamas. Israel mengaku akan tetap melakukan negosiasi. Namun, hingga kini mereka masih terus melanjutkan serangan mematikan mereka di timur Rafah. Kota yang kini dipenuhi pengungsi di Gaza.

Setelah mengumumkan perintah evakuasi bagi 100 ribu warga di Rafah timur, serangan langsung dilakukan di lingkungan yang telah ditetapkan sebagai zona perang, ditandai dengan suar yang ditembakkan ke langit di wilayah timur Rafah.

"Kabinet perang memutuskan bahwa Israel tetap melanjutkan operasi di Rafah untuk memberikan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan para sandera kami dan tujuan-tujuan perang lainnya," kata pemerintah Israel dalam pernyataannya.

Serangan Israel sangat mengancam Palestina. Saat ini sekitar 1,5 juta warga Palestina berada di kota Rafah untuk menyelamatkan diri dari agresi Israel.

Dengan masih adanya serangan Israel, gencatan senjata di Gaza mungkin sulit terealisasi. Perundingan pun masih terus berjalan. Lantas, apa isi proposal gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang difasilitasi Mesir dan Qatar?

Isi Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Mengutip Al Jazeera, tawaran gencatan senjata di Gaza, yang dimediasi Mesir dan Qatar ini terdiri dari tiga fase. Setiap fase berlangsung selama enam pekan.

Fase pertama

Pada fase pertama, Israel harus menarik pasukannya menjauh dari wilayah Gaza yang padat penduduk, ke perbatasan Israel. Penarikan pasukan Israel memungkinkan warga Palestina kembali ke rumah mereka di Gaza. Pekerja rekonstruksi di Gaza mulai bekerja dan aliran bantuan mulai berjalan. UNRWA serta organisasi bantuan lainnya diizinkan bekerja untuk membantu warga sipil.

Kemudian Hamas harus membebaskan 33 orang sandera Israel secara bertahap, dengan memprioritaskan perempuan dan yang berusia di atas 50 tahun. Setiap satu sandera Israel yang dibebaskan Hamas, ditukar dengan 30 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel. Sementara untuk setiap wanita yang dibebaskan Hamas, Israel akan membebaskan 50 warga Palestina.

Pesawat dan drone Israel juga harus berhenti terbang di langit Gaza selama 10 jam setiap hari, dan selama 12 jam di waktu pertukaran sandera.

Fase kedua

Fase kedua berlangsung selama 42 hari. Di fase ini, operasi militer akan dihentikan secara permanen dan Israel akan menarik semua pasukannya di Gaza. Seluruh sandera laki-laki Israel yang ditahan Hamas akan dibebaskan, termasuk tentara yang ditawan di Gaza.

Fase ketiga

Pada fase ini, sisa tahanan di kedua belah pihak dibebaskan. Rekonstruksi Gaza akan dimulai untuk jangka waktu tiga hingga lima tahun. Blokade Israel terhadap wilayah Gaza harus dicabut secara penuh.

Serangan Israel yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023 telah menyebabkan lebih dari 34.700 warga Palestina di Jalur Gaza tewas. Sebagian besar korban adalah wanita dan anak-anak. Selain itu sebanyak 77.908 orang mengalami luka-luka akibat serangan Israel.

Menurut PBB, agresi militer Israel itu telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza mengungsi, 60 persen infrastruktur di Gaza rusak dan hancur, serta menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah.