Israel Bebaskan 4 Warga Lewat Serangan yang Bunuh 210 Orang Palestina

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.
Seorang pengunjuk rasa dari Koalisi Indonesia Bela Baitul Maqdis (KIBBM) mengibarkan bendera Palestina saat mengikuti aksi bela Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Sabtu (1/6/2024). Aksi bertajuk All Eyes on Rafah itu sebagai bentuk protes atas kekejaman Israel yang melakukan serangan di Rafah, Gaza Selatan, Palestina dan meminta Amerika Serikat untuk menghentikan dukungan kepada Israel.
Penulis: Agustiyanti
9/6/2024, 09.57 WIB

Israel mengklaim telah menyelamatkan  empat sandera yang ditahan oleh Hamas sejak Oktober dalam serangan di Gaza pada Sabtu (8/6). Para pejabat Palestina menyebut lebih dari 200 orang meninggal dunia. 

Operasi penyelamatan sandera dan serangan udara intensif terjadi di al-Nuseirat di Gaza tengah, sebuah wilayah padat penduduk dan sering menjadi lokasi konflik antara Israel dan Hamas, kelompok Islam yang berkuasa di wilayah Palestina.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan, operasi itu terjadi di jantung lingkungan perumahan di Nuseirat tempat Hamas menyandera para sandera di dua blok apartemen terpisah. Pasukan Israel mendapat serangan hebat selama serangan itu dan membalasnya dengan tembakan.

“Dari udara dan dari jalan. Kami mengetahui kurang dari 100 orang Palestina yang menjadi korban. Saya tidak tahu berapa banyak dari mereka yang merupakan teroris,”  kata Juru Bicara Israel Laksamana Muda Daniel Hagari seperti dikutip dari CNN, Minggu (9/6). 

Israel menyebutkan sandera yang diselamatkan adalah Noa Argamani (26 tahun), Almog Meir Jan (22 tahun), Andrey Kozlov (27 tahun), dan Shlomi Ziv (41 tahun). Issrael mengklaim jumlah korban dalam operasi tersebut “di bawah 100 orang,” dan tidak memiliki informasi berapa banyak dari mereka yang merupakan warga sipil.

Hagari mengatakan pasukan Israel harus memasuki wilayah sipil untuk membebaskan sandera karena di sinilah Hamas bermarkas. Menurut dia, para sandera dikurung di dua apartemen terpisah di gedung sipil bertingkat sekitar 200 meter (650 kaki), dan Argamani ditahan di gedung yang berbeda dengan ketiga pria tersebut.

Dia mengatakan IDF telah menerima informasi intelijen mengenai lokasi mereka sebelumnya, dan mencatat bahwa sandera di Gaza sering berpindah-pindah dan Argamani sebelumnya ditahan di tempat lain. Penggerebekan serupa telah dibatalkan pada menit-menit terakhir “lebih dari tiga atau empat kali” karena kondisi yang tidak menguntungkan. 

Sementara itu, Juru bicara Brigade bersenjata al-Qassam Hamas, Abu Ubaida menyebut, beberapa sandera mereka sebenarnya tewas dalam operasi penyelamatan Israel.  “Itu adalah kebohongan yang terang-terangan,” kata juru bicara militer Israel Peter Lerner kepada CNN.

Paramedis dan warga Gaza mengatakan, serangan Israel pada Sabtu (8/6) menewaskan banyak orang dan menyebabkan tubuh pria, wanita dan anak-anak berserakan di sekitar pasar dan masjid.

Menurut Pejabat Rumah Sakit di Gaza, setidaknya 236 orang tewas akibat operasi penyelamatan dan lebih dari 400 orang terluka. Korban tewas dan terluka dibawa ke dua rumah sakit di Gaza, Rumah Sakit Al-Awda di Nuseirat dan Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir Al-Balah.

Direktur Rumah Sakit Al-Awda Dr Marwan Abu Nasser mengatakan kepada CNN bahwa 142 jenazah telah dihitung di fasilitas medis pada Sabtu malam, sedangkan Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir al-Balah mengatakan 94 jenazah telah dihitung.

CNN tidak memiliki cara untuk memverifikasi jumlah korban yang dilaporkan oleh pejabat Palestina di Gaza. Catatan medis di daerah kantong yang dilanda perang tidak membedakan antara warga sipil dan militan yang terbunuh.

Upaya Amerika Serikat dan negara-negara regional untuk membuat kesepakatan yang akan membebaskan semua sandera yang tersisa sebagai imbalan atas gencatan senjata telah berulang kali gagal ketika Israel terus melancarkan serangannya di Gaza.