Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengunjungi Korea Utara pertama kali dalam 24 tahun terakhir. Dalam pertemuan ini, kedua negara sepakat memperkuat hubungan dagang dan keamanan, serta mendukung negara itu melawan Amerika Serikat
Putin tiba di Pyongyang pada Selasa (18/6) sekitar pukul 02.45 waktu setempat. Media resmi Korea Utara menyebut Putin memuji pemimpin Korut, Kim Jong-un dan berjanji menolak isolasi negara tersebut.
Ia juga menyinggung Uni Soviet sebagai negara pertama yang mengakui Korut yang didirikan kakek Kim, Kim Il Sung. Pengakuan ini berlangsung dua tahun sebelum Perang Korea yang meletus pada 1950.
“Rusia akan terus mendukung Korea Utara dan rakyat Korea yang heroik dalam menentang musuh yang berbahaya dan agresif,” kata Putin dilansir dari Reuters, Rabu (19/6).
Kunjungan kenegaraan Putin ini terjadi di tengah tuduhan Amerika Serikat kepada Korea Utara atas dugaan pasokan senjata ke Rusia untuk perang Ukraina. Senjata ini terdiri dari lusinan rudal balistik dan lebih dari 11 ribu kontainer amunisi.
Putin memuji Pyongyang karena menolak ancaman, tekanan, dan pemerasan ekonomi Amerika Serikat. Ini adalah hal besar karena Rusia adalah salah satu anggota Dewan Keamanan PBB yang memegang hak veto.
Pujian dari Rusia tersebut juga dibalas oleh Korea Utara. Salah satu media milik Pemerintah Korea Uara juga mengeluarkan artikel yang memuji Rusia dan mendukung operasi militer di Ukraina. Mereka menyebutnya sebagai perang suci seluruh warga Rusia.
Korea Utara sendiri sudah diberi sanksi PBB sejak 2006 karena rudal balistik dan program nuklir mereka. Maret lalu, Rusia memveto sanksi tersebut.
Dewan Keamanan PBB sendiri terpecah mengenai cara menangani masalah nuklir Pyongyang. Rusia dan Cina bilang sanksi yang lebih besar dan latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan hanya akan memprovokasi Pyongyang.
Dua tahun lalu, mereka memveto upaya pimpinan AS untuk menerapkan lebih banyak sanksi PBB terhadap Korea Utara atas peluncuran rudal balistiknya yang baru. Washington dan sekutu-sekutunya di Asia menuduh Beijing dan Moskow menguatkan Korea Utara dengan melindunginya dari sanksi lebih lanjut.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutunya di Asia juga tengah memperkirakan, seberapa jauh Rusia bakal mendukung Kim. Pasalnya Korea Utara menjadi satu-satunya negara yang melakukan uji coba senjata nuklir di abad 21.