Penembakan calon Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Sabtu (13/7) berpotensi mengubah dinamika Pemilihan Presiden AS. Bahkan, pemilihan berpotensi diwarnai kekerasan jika tak ada perubahan narasi.
Dalam jangka waktu pendek, serangan ini kemungkinan akan memperkuat posisi Trump. Apalagi ia dijadwalkan hadir dalam Konvensi Nasional Partai Republik.
Partai Demokrat juga mengakui kejadian tersebut dapat menguntungkan Trump secara politik. Ini karena kubu Republik bisa memperkuat narasi kampanye bahwa Negeri Abang Sam berada di luar jalur.
"Percobaan pembunuhan ini menimbulkan simpati kepada Trump," kata pakar strategi Partai Demokrat Brad Bannon dikutip dari Reuters, Senin (15/7).
Penembakan tersebut juga digunakan kubu Trump untuk memperkuat posisi mereka dalam kampanye melawan Joe Biden. Beberapa jam setelah Trump ditembak, tim kampanyenya mengirimkan pesan teks kepada para pemilih.
"Mereka tidak mengejarku (Trump), mereka pengejarmu (pemilih)," demikian bunyi pesan tersebut.
Salah satu manajer kampanye Trump, Chris LaCivita mengatakan harus ada pihak yang bertanggung jawab atas penembakan tersebut. Ia mengacu pernyataan Joe Biden beberapa waktu lalu yang akan menjadikan Trump sasaran.7)
"Mereka (kubu Biden) harus bertanggung jawab atas hal tersebut. Cara terbaik adalah melalui kotak suara," kata LaCivita.
Kubu Partai Republik juga menggambarkan Trump sebagai pahlawan. Mereka lalu membagikan foto mantan Presiden AS itu mengepalkan tinju dengan telinga terluka usai penembakan.
Meski demikian, Anggota Kongres dari Partai Republik, Steve Scalise meminta retorika kekerasan dalam Pilpres AS dihentikan. Sebagai informasi, Scalise pernah ditembak olehs seseorang bersenjata pada 2017.
"Yang diperlukan hanya satu orang yang tidak sabar untuk mendengar (narasi kekerasan) dan mengambil tindakan," katanya.
Baik Trump maupun Biden menghadapi tantangan saat memutuskan maju lagi di Pilpres AS. Trump pada bulan Mei dinyatakan bersalah karena terlibat dalam skema untuk menutupi perselingkuhannya dengan seorang bintang porno.
Sedangkan Biden menghadapi perdebatan di dalam partainya sendiri karena kekhawatiran bahwa usianya tidak lagi cocok untuk jabatan tersebut. Dia mengatakan dokternya telah memberi tahu dia bahwa dia dalam kondisi baik.