Dalam 5 Tahun, Temasek akan Investasikan Rp 489 Triliun di AS

Temasek
Lembaga investasi milik pemerintah Singapura, Temasek, berencana untuk menginvestasikan hingga US$30 miliar (Rp 489 triliun) selama lima tahun ke depan di Amerika Serikat (AS).
Penulis: Hari Widowati
30/7/2024, 16.27 WIB

Lembaga investasi milik pemerintah Singapura, Temasek, berencana untuk menginvestasikan hingga US$30 miliar (Rp 489 triliun) selama lima tahun ke depan di Amerika Serikat (AS). Temasek membidik berbagai sektor seperti layanan kesehatan, jasa keuangan, dan teknologi.

“Ini adalah pasar modal yang sangat dalam dan luas di AS. AS benar-benar berada di garis depan dalam segala hal yang terjadi dari perspektif AI (artificial intelligence),” kata Jane Atherton, kepala Temasek untuk Amerika Utara, kepada Reuters.

Ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua dan terus mengungguli negara-negara lain di dunia. Meskipun terjadi turbulensi baru-baru ini, S&P 500 naik 14,5% tahun ini dalam sebuah reli yang sebagian didorong oleh kegembiraan atas kecerdasan buatan.

Sebaliknya, Cina melaporkan pertumbuhan yang lebih lemah dari perkiraan awal bulan ini. Bank Sentral Cina mengejutkan pasar dengan memangkas suku bunga jangka pendek dan jangka panjang minggu lalu dalam upaya untuk meningkatkan ekonominya.

Sekitar 22% dari investasi Temasek berada di Amerika, atau senilai US$63 miliar (Rp 1.027,8 triliun), dan 19% di Cina. Eksposurnya di Amerika melampaui Cina pada tahun keuangan terakhir, ini merupakan yang pertama kali terjadi dalam satu dekade.

"Di AS, Temasek sangat tertarik pada bidang-bidang yang berkaitan dengan kecerdasan buatan, seperti pusat data, semikonduktor, dan penyimpanan baterai," kata Atherton.

Pada awal bulan ini, Temasek mengatakan bahwa keuntungan dari investasi di AS dan India membantu meredam kinerja investasi yang kurang baik di Tiongkok. Temasek juga mengatakan bahwa mereka mengambil pendekatan yang hati-hati terhadap Cina di tengah ketegangan perdagangan dunia.

“Geopolitik selalu memainkan peran,” kata Atherton, seraya mencatat bahwa Tiongkok telah berkinerja buruk di seluruh dunia.

Temasek mengelola portofolio senilai US$288 miliar yang berfokus pada investasi jangka panjang dengan tema-tema seperti digitalisasi dan keberlanjutan. Atherton mengatakan bahwa sebagian besar kinerja masa depan saham-saham AS akan bergantung pada pendapatan, terutama untuk sektor megaportofolio teknologi.

“Anda telah melihat beberapa ekspansi, tetapi itu didorong oleh pertumbuhan yang lebih tinggi, dan secara teori itu akan terbayar,” katanya.

Temasek juga mencari investasi di pasar publik dan swasta, karena semakin banyak perusahaan ekuitas swasta yang ingin melakukan divestasi.