Mendag Zulhas Ultimatum Uni Eropa Agar Rampungkan Perundingan Dagang dengan RI
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan berencana tak melanjutkan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau CEPA dengan Uni Eropa. Hal ini karena Zulhas menilai Uni Eropa kerap memperpanjang perundingan tanpa kata sepakat.
Untuk diketahui, perundingan IEU-CEPA telah berlangsung selama 16 kali sejak 18 Juli 2016. Perundingan terus alot sehingga Zulhas memberikan Komisi Uni Eropa ultimatum terkait penyelesaian IEU-CEPA.
"Kenapa selalu ribut dengan Indonesia, sedangkan perjanjian dengan Cina tidak ribut. Mereka punya banyak permintaan di IEU-CEPA. Kalau mereka tetap bawel, kami akan lupakan IEU-CEPA," kata Zulhas di Menara Kadin, Selasa (24/9).
Zulhas menargetkan IEU-CEPA harus selesai pada akhir bulan ini. Sebab, hampir semua komoditas yang diinginkan pemerintah telah mencapai kata sepakat. "Kalau tidak kelar bulan ini, mau apa lagi yang dibicarakan," ujarnya.
Jika tak juga rampung, ia memilih memperluas pasar perdagangan Indonesia dengan negara lain. Zulhas menyebutkan pemerintah memiliki banyak pilihan pasar lain selain Eropa, seperti Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono berencana mengupayakan penyelesaian IEU-CEPA pada tahun ini. Namun Djatmiko belum dapat memastikan apakah perjanjian tersebut akan rampung pada pemerintahan ini atau tidak.
"Kami masih ada upaya untuk menyelesaikan IEU-CEPA. Sayang kalau tidak diselesaikan karena sudah dirundingkan sejak lama,"kata Djatmiko.
Sebelumnya, Zulhas mencontohkan Vietnam yang telah merampungkan perjanjian serupa dengan Benua Biru. Produk ekspor sepatu dari negara Asia Tenggara tersebut menjadi bebas bea alias 0%. Sedangkan produk sepatu dari Indonesia kena bea masuk 6% untuk dijual di Eropa.
Untuk diketahui, IEU-CEPA akan membuat komoditas ekspor Indonesia yang akan masuk ke Uni Eropa akan bebas bea masuk. Dengan demikian, kesepakatan tersebut harapannya dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional hingga menembus 7%.
Contohnya, perjanjian RI dengan Cina membuat nilai perdagangan dengan Negeri Panda naik hingga 500% selama tiga tahun terakhir. Selain itu, perjanjian dagang antara Indonesia dan India membuat nilai transaksi naik hampir 300%.
"Saat ini banyak hal yang mempersulit ekspor kita ke Uni Eropa karena tidak ada IEU-CEPA. Mudah-mudahan September 2024 bisa diselesaikan," kata Zulkifli alias Zulhas di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (20/8).