Perang antara Ukraina dengan Rusia semakin menjadi. Hal ini setelah Ukraina menembakkan rudal jelajah Storm Shadow buatan Inggris ke wilayah Kursk di Rusia pada Rabu (20/11).
Manuver Ukraina dilakukan setelah sehari sebelumnya, negara tersebut meluncurkan rudal jarak jauh milik Amerika Serikat ke Rusia. Moskow mengatakan penggunaan senjata milik Barat merupakan eskalasi besar.
Dikutip dari The New York Times, Presiden AS Joe Biden pekan lalu mengizinkan Ukraina menggunakan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS (ATACMS) untuk menyerang Rusia.
Sejumlah pejabat AS mengatakan langkah Biden merespons keputusan Kremlin melibatkan tentara Korea Utara dalam perang dengan Ukraina. Langkah ini juga diikuti Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dengan mengirimkan rudal Storm Shadow.
Storm Shadow memiliki jangkauan lebih dari 150 mil, sehingga memberi Ukraina kemampuan untuk menyerang target yang lebih jauh di Rusia. Menteri Pertahanan Inggris, John Healey menjelaskan alasan Ukraina boleh menggunakan rudal ini.
"Selama beberapa minggu terakhir, ada perubahan signifikan dalam tindakan terhadap Ukraina. Kami menggandakan dukungan kami untuk Ukraina," kata Healey.
Sedangkan Joe Biden telah melonggarkan batas penggunaan senjata yang dipasok AS usai Rusia melancarkan serangan ke Kharkiv pada Mei 2024. Ia sebelumnya, mengizinkan Ukraina menggunakan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah lama meminta izin dari AS dan mitra koalisinya untuk menggunakan rudal jarak jauh guna menyerang Rusia. Selain Inggris dan AS, Prancis juga memberikan rudal SCALP, varian sama seperti Storm Shadow, dengan daya jelajah 155 mil ke Ukraina.
Meski demikian, para pemimpin negara-negara Barat, kecuali Biden, melarang Ukraina menggunakan rudal jarak jauh untuk menyerang tanah Rusia. Seadngkan Biden memberikan lampu hijau untuk Ukraina menggunakan ATACMS guna menyerang Negeri Beruang Merah.