Enam Cara Menghadapi Orang yang Ragu Vaksinasi Covid-19

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Tenaga medis memasukkan cairan vaksin sinovac ke dalam jarum suntik saat vaksinasi Covid-19 di SMKN 1 Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu, (29/9/2021).
21/10/2021, 16.00 WIB

Pemerintah mendorong percepatan vaksinasi untuk mengakhiri pandemi Covid-19. Hal ini dilakukan untuk mencapai status kekebalan komunitas bagi masyarakat di Tanah Air. 

Vaksinasi menjadi kabar baik dan langkah penting dalam upaya bersama secara global dalam melawan pandemi corona. Vaksin yang selama ini digunakan telah melalui penelitian dan uji klinis yang panjang serta aman dan efektif digunakan.

Mengutip lama Covid19.go.id, hingga 18 Oktober 2021, total vaksinasi dosis pertama 107.981.016 orang, sedangkan dosis kedua 63.188.800 orang. Meski demikian, masih ada sebagian orang enggan dan ragu untuk mengikuti vaksinasi Covid-19. Lalu, bagaimana upaya yang bisa kita lakukan apabila bertemu mereka?

 

Mengutip laman Satgas Covid-19, Direktur Yale Institute for Global Health, Dr. Saad Omer berbagi tips mengenai hal tersebut. Menurutnya, ada enam hal yang dapat dilakukan.

Pertama, kita sebaiknya berempati dengan nilai-nilai yang mereka yakini dan menanggapi permasalahan mendasar yang mereka rasakan.  

Hal ini akan membuat mereka merasa didengar. "Jangan berfokus hanya pada vaksin karena vaksin hanya salah satu aspek. Fokus hanya pada vaksin justru menurunkan peluang keberhasilan kita dalam meyakinkan mereka,” ujar Omer.

Rasa empati dapat ditunjukkan dengan memberi penjelasan terkait dengan apa yang mereka khawatirkan. Misalnya, ketika ada yang mengeluhkan sulitnya melakukan berbagai kegiatan akibat Covid-19, kita bisa menekankan bahwa kegiatan akan dapat dimulai kembali setelah semua orang telah menerima vaksin.

Selain itu, bisa mengajak berdiskusi tentang Covid-19 serta dampak negatifnya yang meluas. Untuk menumbuhkan empati, coba paparkan tentang pengorbanan yang harus dilakukan oleh semua orang, seperti menahan diri tidak bertemu kerabat dan tidak melakukan kegiatan sehari-hari sebagaimana biasanya.

Kedua, hindari memotong lawan bicara. Ketika diskusi sudah berlangsung, cobalah simak dan pahami sudut pandang mereka. Jangan mendominasi percakapan, atau terlalu cepat mengoreksi pendapatnya bahkan memotong pembicaraan.

“Anda tidak perlu setuju dengan informasi yang salah. Namun Anda bisa berempati dan melanjutkan percakapan alih-alih mengakhiri atau menyudahi diskusi,” kata kata Omer.

Ketiga, bantu mereka agar merasa berdaya. Kita bisa meyakinkan dengan menyemangati dan mengingatkan jika vaksinasi bisa membantu mengubah situasi, baik untuk diri sendiri maupun keluarganya.

Keempat, jangan fokus pada mitos yang beredar terkait vaksin Covid-19. Upayakan meluruskan misinformasi alih-alih membahas mitos terlalu dalam yang memungkinkan munculnya mitos-mitos lainnya. “Hal yang terpenting yaitu menggantikan misinformasi dengan informasi yang benar,” tutur Omer.

Kelima, gunakan metode komunikasi presumtif. Ini merupakan pendekatan komunikasi dengan membuat pernyataan atau presumsi (dugaan) yang telah terbukti berhasil di lingkungan klinik kesehatan. Metode ini bisa jadi juga efektif dalam komunikasi antarpribadi.

Menurut Omer, dalam situasi ini, kita tidak mengambil alih otonomi seseorang terhadap dirinya, melainkan menetapkan suatu keadaan secara lisan.

Keenam, jangan berkecil hati sebab berdiskusi dengan orang yang masih ragu terhadap vaksin Covid-19 akan membutuhkan waktu yang panjang dan kesabaran. “Kuncinya adalah dengan tetap menjalin hubungan baik dengan mereka,” katanya.

Jika semua upaya telah dilakukan namun belum berhasil, tidak perlu berkecil hati. Tetap lakukan edukasi vaksinasi untuk menghentikan pandemi Covid-19.

Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan