Mengenal 8 Tarian Jawa Barat dan Filosofinya

ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/foc.
Editor: Safrezi
4/11/2021, 18.27 WIB

Indonesia memiliki beragam seni dan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Seperti masyarakat Sunda yang memiliki seni budaya beragam. Seniman tradisional Sunda menciptakan kesenian yang diangkat dari kebudayaannya, seperti tari-tarian, upacara adat dan hasil kebudayaan lainnya.

Salah satu tarian daerah Jawa Barat terkenal adalah Jaipong. Tarian ini masuk dalam seni tari yang mengutamakan keindahan gerak tubuh. Seni tari memiliki unsur keindahan dari pola-pola gerakan yang ditampilkan oleh penari.

Seni tari memperlihatkan pola-pola, unsur keindahan, dan ekspresi. Diiringi alunan musik, gerak tari memberikan aktivitas ritmis, olahraga, barisan, dan aktivitas gerak lainnya. Selain itu gerakan harus ekspresif.

Masyarakat Sunda memiliki sejarah tentang seni tari. Kesenian tradisional Jawa Barat seperti ronggeng, doger, ketuk tilu, dan seni pertunjukan. Tarian adat Jawa Barat menonjolkan unsur gerak ritmis yang diiringi alunan musik gamelan.

Tarian Jawa Barat

Ada beberapa tarian dari Jawa Barat yang sudah populer. Beberapa penari adalah perempuan yang memperlihatkan gerakan khusus, unik, dan lemah gemulai. Berikut tarian dari Jawa Barat:

1. Tari Jaipong

Tari Jaipong berasal dari masyarakat Karawang, Jawa Barat. Awal mula tarian ini dilatar belakang bunyi-bunyi kendangan iringan tari rakyat. Awal mula tari Jaipong sebagai iringan tari pergaulan, dalam bajidoran di daerah Subang dan Karawang.

Kemudian berkembang jenis tarian baru yaitu Jaipong ketika dimulai bunyi kendang. Mengutip dari laman kemdikbud.go.id, Jaipong dibuat oleh H Suwanda sekitar tahun 1976 di Karawang.

Tarian ini menggabungkan elemen seni tradisi masyarakat Karawang seperti pencak silat, wayang golek, topeng banjet, ketuk tilu, dan lainnya. Tahun 1979 tarian Jaipong mengalami perubahan dari penataan, tepak kendang, komposisi lagu, dan tarian.

2. Topeng Kelana atau Tari Topeng

PAGELARAN TARI DI KEBUN HEJO CISARUA (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/rwa.)

Tari topeng berkembang di daerah Cirebon, Jawa Barat. Penari memakai topeng untuk aksesoris dan berfungsi menutupi wajah penari. Pemakaian topeng disesuaikan dengan karakter dan jenis tarian. Lagu pengiring tarian adalah Gonjong dan Sarung Ilang.

Awal mula tari topeng ditampilkan di desa Cirebon, ketika masa pemerintahan kerajaan Jenggala (sekitar abad 10-11 Masehi). Tari topeng dari Cirebon ini juga menjadi penyebaran agama Islam di kota tersebut.

Mengutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayahtulah yang termasuk Wali Songo bergelar Sunan Gunung Jati bekerjasama dengan Sunan Kalijaga mengembangkan tarian ini. Mereka memakai tari topeng dan enam jenis kesenian daerah seperti wayang kulit, gamelan, renteng, brai, angklung, reog dan berokan untuk penyebaran agama Islam.

Ada 5 jenis topeng yang digunakan untuk menari dikenal Panca Wanda, artinya lima rupa. Panca Wanda dimaknai sebagai siklus hidup manusia dari anak-anak sampai dewasa.

Topeng yang dipakai bisa berbeda-beda sesuai latar cerita tarian. Berikut jenis tarian dalam tari topeng:

  • Topeng Panji
    Tarian ini memperlihatkan gerakan tari yang lemah lembut dan memiliki rupa. Tarian Panji memiliki filosofi masa anak-anak
  • Topeng Samba
    Tarian topeng Samba menceritakan masa remaja. Makna filosofis tarian ini adalah masa hidup manusia yang lincah dan penuh rasa ingin tahu.
  • Topeng Rumyang
    Tarian ketiga mewakili kehidupan manusia dewasa. Topeng yang digunakan bersemu merah menandakan kedewasaan. Gerakannya semakin mantap dan memperlihatkan kedewasaan seseorang.
  • Topeng Temanggung
    Tarian ini memperlihatkan masa kematangan dan mapan sempurna. Topeng Temanggung menggambarkan seseorang yang mencapai puncak kedewasaan.
  • Topeng Kelana atau Topeng Rahwana
    Topeng ini mengacu pada cerita Ramayana, yaitu tokoh Rahwana. Karakternya mirip dengan tokoh Klana dalam cerita Panji.

Topeng Kelana dan Rawana diartikan sebagai tarian yang sama. Penari memakai topeng Sujana, Arja, Keni Arja dari Langit, Sutini dari Kalianyar, dan Tumus dari Kreo. Kedua tarian memiliki perbedaan pada kostumnya saja.

Topeng Kelana menggambarkan seseorang yang bertabiat buruk, penuh amarah, dan tidak bisa mengendalikan hawa nafsu. Penari memakai topeng warna merah an gerakannya sangat lincah. Gerakan tarian topeng Kelana menggambarkan seseorang yang mabuk, marah, dan tertawa terbahak-bahak.

3. Tari Merak

Tari Merak (Batang/Jateng/Roza/Jumadi/berita.batangkab.go.id)

Tari Merak merupakan seni tradisional dari kota Bandung, Jawa Barat. Tarian ini diciptakan oleh Rd. Tjetje Somantri tahun 1955. Tari Merak merupakan pengembangan dari gaya tarian tradisional Sunda.

Tarian ini memperlihatkan gerak-gerik burung merak jantan. Tari Merak ditampilkan ketika Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Berikut gerakan koreografi Tari Merak, mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id:

  • Ngalayang beber buntut, trisik;
  • Ngayun soder, trisik;
  • Kiprah merak kuncung, trisik;
  • Keupat merak, trisik;
  • Merak ulin, trisik;
  • Merak ngibing sosoderan, trisik;
  • Geleber merak mentang buntuk, trisik;
  • Gigibrig, kokoer, trisik;
  • Nyaliksik, bibintih, trisik.

Alat musik tradisional gamelan mengiringi tari Merak Sunda. Kemudian tari merak mengalami perkembangan dari gerakan, kostum, dan koreografi. Tari Merak menjadi kesenian dan saranan pendidikan Sunda. Tari ini menjadi warisan budaya sampai sekarang.

4. Kuda Renggong

Kuda Renggong adalah seni pertunjukan masyarakat Sumedang, Jawa Barat. Kata Renggong dalam bahasa Sunda artinya keterampilan. Kuda Renggong menjelaskan cara berjalan kuda yang dilatih untuk menari mengikuti irama musik kendang. Tarian ini biasanya ditampilkan ketika sunatan anak.

Kuda Renggong diperkenalkan di desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, Kabupaten Sumedang. Pertunjukan Kuda Renggong dilakukan ketika anak selesai disunat dan diberi doa. Setelah itu anak tersebut berpakaian wayang Gatotkaca dan dinaikkan di atas kuda, lalu diarak berkeliling.

5. Tari Ronggeng Bugis

Tari Ronggeng Bugis awalnya berasal dari Bugis, Sulawesi Selatan. Kemudian tarian ini dikenal di Cirebon, Jawa Barat. Menurut sejarah, tahun 142 Masehi Sunan Gunung Jati menyatakan kemerdekaan negara Cirebon terlepas dari kekuasaan Tari Ronggeng Bugis.

Penari tari Ronggeng Bugis semuanya adalah laki-laki yang memakai kebaya berwarna terang. Mereka dirias seperti perempuan. Penari juga memakai riasan terang dan gambar bibir miring yang memperlihatkan kelucuan penari. Jumlah penari Ronggeng Bugis sekitar 6-9 orang. Gerakan tarian ini memperlihatkan kelincahan para penari.

6. Tari Sampiung

Dinamakan Tari Sampiung karena alat musik pengiring adalah Tarawangsa. Alat musik ini digesek sehingga menghasilkan bunyi. Beberapa orang menyebut Tari Samping adalah tari Jentreng. Tarian ini diiringi alat musik seperti kecapi berukuran kecil.

Mengutip dari laman jabarprov.go.id, tari Sampiung ditampilkan ketika upacara adat seperti Seren Taun, Pesta Panen, Ngaruat, Rebo Wekasan, dan hari Kemerdekaan RI. Tarian khas Jawa Barat ini ditampilkan di ruang tertutup seperti bale atau pendopo.

7. Tari Ketuk Tilu

Tarian ini banyak ditemukan di daerah Priangan, Bogor, dan Purwakarta, Jawa Barat. Tari Ketuk Tilu termasuk tari pergaulan atau hiburan yang diiringi alat musik seperti kendang, rebab, tiga buah ketuk, Kecrek, dan Goong.

8. Tari Ronggeng Gunung

Tarian ini memperlihatkan penari utama memakai selendang, untuk kelengkapan menari. Tari Ronggeng Gunung diiringi alat musik gamelan dan nyanyian (kawih pengiring). Tarian ini berkembang di Ciamis Selatan dan Pangandaran, Jawa Barat.

Mengutip dari laman ciamiskab.go.id, asal usul Tari Ronggeng Gunung digunakan sebagai pengantar upcara adat. Contoh acara adat di Jawa Barat seperti panen raya, perkawinan, hitanan, dan penerimaan tamu.