Pulau dewata Bali sangat identik dengan budaya dan tradisinya. Dibalik semua keunikannya itu, ada satu kesenian Bali yang sudah lama menjadi magnet untuk menarik turis mancanegara. Kesenian tersebut adalah Tari Kecak. Sebuah seni pertunjukan yang melibatkan banyak orang di setiap pementasannya.
Tari kecak termasuk jenis tari yang sering ditampilkan dalam beberapa acara besar di Bali. Keunikan tari kecak terletak pada iramanya, serta para penari yang membentuk sebuah lingkaran seraya berseru “cak cak ke cak cak ke”. Selama pertunjukan, penonton akan disuguhkan beberapa adegan dari kisah-kisah Ramayana.
Apa Itu Tari Kecak?
Tari kecak sebenarnya bukan sebuah tarian kuno yang ada pada masa kerajaan. Tari kecak adalah sebuah kesenian sendratari (seni drama) yang terinspirasi dari ritual Sang Hyang. Dilansir dari Denpasarkota.go.id, Sang Hyang merupakan tarian sakral. Menjadi sarana komunikasi spiritual masyarakat dengan para dewa atau roh leluhur. Dalam kondisi tidak sadar, mereka akan menari serta diiringi tembang-temban pemujaan dan iringan tetabuhan. Tradisi ini merupakan warisan budaya untuk menolak bala.
Tari kecak dikenal juga dengan nama Fire Dance atau tarian api. Tarian ini menjadi atraksi yang sangat dinanti oleh para wisatawan yang sedang berkunjung ke Bali.
Tari kecak biasanya dibawakan oleh 50-60 orang penari pria bertelanjang dada. Mereka duduk melingkar di sebuah arena atau panggung yang di tengahnya terdapat beberapa obor. Memakai sarung kotak-kotak khas Bali (kain poleng), para penari dengan syahdunya akan berteriak “cak” sembari mengangkat kedua tangannya.
Tarian ini begitu unik. Dimainkan tanpa adanya lantunan bunyi alat musik gamelan dan tidak memakai latar panggung. Penari hanya fokus berteriak “cak” untuk menjalankan pertunjukan ini. Suara mereka layaknya paduan suara yang menciptakan nuansa energik, sebagai pengiring lakon epos kisah Ramayana.
Sebagai salah satu bentuk seni tari drama, tari kecak umumnya dipentaskan di ruang terbuka pada saat matahari terbenam. Merujuk dari buku Keberagaman Seni Tari Nusantara karya Resi Septiana Dewi, pola tari kecak yaitu membentuk lingkaran. Sebelum pertunjukan dimulai para penari akan duduk rapat sambil bersila dengan pola melengkung.
Kekompakan para penarinya akan menciptakan irama dinamis, enerjik, dan bersemangat. Sehingga tempo pertunjukannya bakal terasa semakin cepat tiap waktunya, namun tetap menawarkan atraksi yang begitu memukau.
Melansir dari Indonesia.travel, lokasi terbaik untuk menonton pertunjukan tari kecak ada di Pura Uluwatu. Dengan latar belakang matahari terbenam, wisatawan dapat menyaksikan pagelaran tari kecak yang sangat fenomenal. Selain di Pura Uluwatu, tari kecak bisa juga ditemukan di Tanah Lot, GWK Cultural Park, Pura Dalem Ubud, Panggung Padang Tegal, Batubulan, Panggung Umadewi, dan lainnya.
Sosok I Wayan Limbak, Sang Maestro Pencipta Tari Kecak
Sejarah tari kecak berawal dari ide seorang penari Bali bernama I Wayan Limbak, bersama dengan pelukis berkebangsaan Jerman yaitu Walter Spies. Keduanya berkolaborasi mengambil serta memodifikasi beberapa unsur tari Sang Hyang untuk menciptakan tari kecak. Sekitar tahun 1930-an, tari kecak mulai diperkenalkan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, tari kecak berasal dari tradisi Sang Hyang. Sebuah bentuk kegiatan adat untuk menolak bala. Para pelakunya akan menari dalam kondisi tidak sadar, dan mulai melakukan komunikasi dengan para dewa serta roh leluhur.
I Wayan Limbak dan Walter Spies kemudian berinisiatif mengambil sejumlah komponen tari Sang Hyang, sekaligus memodifikasinya sebagai sebuah tarian yang ada saat ini. Keduanya juga menyisipkan cerita populer ramayana, serta membuatnya menjadi seni tari drama.
Sayangnya, meski tarian kecak kini begitu populer dan sudah terkenal hingga mancanegara, sosok I Wayan Limbak masih jarang diketahui. Khususnya, masyarakat luar Bali. Hal ini memang wajar terjadi, karena sumber literatur yang menceritakan tokoh ini jumlahnya tidak terlalu banyak.
Dikutip dari salah satu artikel New York Times, I Wayan Limbak menghembuskan napas terakhir pada 2003 dalam usia 106 tahun. Dia mewariskan karya spektakuler yang kini menjadi ikon wisata di Bali dan Indonesia.
Pak Limbak, begitulah nama panggilan yang dimuat dalam artikel itu, sudah menciptakan tarian yang dijuluki “The Monkey Dance”. Terinspirasi dari tarian “pengusir setan”, Limbak mempopulerkan tari kecak dan membantu membentuk citra Bali sebagai pulau surga dengan budaya yang eksotis.
Sementara itu, berdasarkan artikel yang dimuat di situs Pesonablahbatuh.com, diketahui kalau I Wayan Limbak (1897-2003) tinggal di Banjar Marga Bingung, Desa Bedulu Blahbatuh, Gianyar, Bali. Limbak adalah seorang maestro di bidang seni tari, dan salah satu karyanya yakni tari kecak sudah mendunia.
Tari kecak lahir dari ide dan gagasan Limbak dan Walter Spies. Dalam sejumlah catatan disebutkan, bahwa sebelum Walter Spies datang ke Bali, tepatnya sekitar tahun 1920-an I Wayan Limbak sudah berinovasi dalam bidang seni tari. Dia memasukan unsur gerakan tari baris (sebuah tarian perang) ke dalam tari yang menjadi cikal bakal tari kecak.
Dilansir dari situs Baliilu.com, dalam tari kecak I Wayan Limbak kerap memainkan peran sebagai Kumbakarna, adik maharaja raksasa Rahwana. Seorang tokoh yang gagah perkasa. Kala itu, Limbak menjadi idola. Setiap pertunjukannya selalu ramai didatangi penonton.
Di dalam tulisan yang dimuat di situs tersebut, I Wayan Limbak menciptakan tari kecak karena terinspirasi dari tradisi Sang Hyang. Di Bedulu, desa dia tinggal, masyarakat sekitar sering menggelar tradisi tersebut apabila ada salah seorang anggota keluarganya menderita sakit.
Kemudian saat Walter Spies menetap di Ubud, Bali, interaksi antara keduanya terjalin. Pada masa itu, Walter tertarik membuat sebuah tarian karena terinspirasi dengan tradisi Sang Hyang usai menontonnya. Pada tahun 1930, I Wayan Limbak berhasil menciptakan tari kecak. Hasil kolaborasi bersama Walter Spies.
Tarian kecak kini sudah menjadi daya pikat utama wisatawan yang berlibur ke Bali, dan ingin merasakan pengalaman melihat atraksi seni budaya di sana. Tarian ini selalu memukau parap penonton yang menyaksikannya.
Bagaimana Tari Kecak Mendunia?
Perjalanan panjang harus dilalui I Wayan Limbak, sampai akhirnya tari kecak mendunia. Merujuk dari tulisan berjudul Sang Pencipta Tari Cak I Wayan Limbak, Hidup Sepanjang Hayat, yang dimuat di situs Baliilu.com, dijelaskan bahwa tari kecak awalnya dibawakan oleh I Wayan Limbak bersama dengan kelompok (seeka) Cak Bedulu. Grup tari ini hanya beranggotakan 40 orang yang diambil dari warga Desa Bedulu.
Pada suatu waktu, kelompok tari I Wayan Limbak ini diundang Walter Spies untuk menggelar sebuah pertunjukan, yang ditonton oleh tamu-tamu orang Jerman. Pentas itu berlangsung selama 45 menit. Mereka yang menyaksikan epos ramayana itu dibuat takjub.
Setelah pementasan itu, kelompok tari I Wayan Limbak kerap mementaskan tari kecak di sejumlah desa di Bali. Selain memberi pemasukan kepada kelompoknya, I Wayan Limbak ingin mengenalkan tari kecak kepada masyarakat Bali. Usahanya bisa dibilang tidak sia-sia. Ini mengingat, tari kecak sekarang telah menjadi salah satu identitas kesenian masyarakat Bali.
Setelah melakukan beberapa pentas di Bali, kelompok I Wayan Limbak pun diketahui sering menggelar tur ke luar negeri. Berkat usahanya ini, tari kecak berhasil mendunia.
Sampai saat ini, belum ada catatan pasti yang mengeksplorasi kesuksesan I Wayan Limbak sebagai seorang maestro tari pencipta tari kecak. Jika kalau ada, jumlahnya masih sangat sedikit.
Kesuksesan I Wayan Limbad inilah yang mengantarkan tari kecak, menjadi sebuah atraksi menarik, unik, menghibur, dan sarat akan makna filosofis, yang bisa ditonton wisatawan lokal serta mancanegara saat datang ke Bali.
Dari semua penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan kalau tari kecak berasal dari Bali. Tari kecak adalah sebuah seni drama tari yang dipentaskan dengan melakonkan kisah-kisah ramayana. Pencipta tari kecak yaitu I Wayan Limbak yang berkolaborasi bersama Walter Spies.
Keunikan Tari Kecak dan Unsur Cerita Di Dalamnya
Makna tari kecak bisa dijadikan sebagai pelajaran yang berharga. Hal ini karena, dalam pementasannya para penari akan menampilkan beberapa adegan dari kisah ramayana. Sebuah lakon yang sedari dulu terkenal di tengah masyarakat Bali.
Dalam pertunjukan, sekitar belasan penari utama akan bertindak memerankan sejumlah tokoh dari kisah ramayana. Umumnya, dua protagonis utama yakni Rama dan Sita akan memasuki panggung. Area ini sudah dikelilingi para penari lainnya yang membentuk pola lantai tari kecak, berupa melingkar.
Gerakan tari kecak yang utama adalah mengangkat kedua tangan, sembari berteriak “cak cak cak”. Suara “cak cak cak” menjadi pengiring cerita ramayana.
Kedua penari yang memerankan tokoh Rama dan Sita, akan menari dan mengisahkan bagaimana kedua tokoh tersebut menjalankan kesehariannya. Momen saat Rama pergi berburu, akan dimanfaatkan oleh raksasa jahat bernama Rahwana untuk menculik Sita. Adegan dramatis untuk menyelamatkan Sita ini, menjadi inti cerita yang dibawakan dari tari kecak.
Secara sederhana, unsur cerita tari kecak bisa dijelaskan sebagai berikut:
- Adegan pertama: mengisahkan upaya Rahwana dalam menculik Sita, dengan mengutus beberapa anak buahnya. Pada adegan ini, Rama diceritakan sedang berburu di dalam hutan.
- Adegan kedua: menampilkan konflik antara burung garuda, yang mencoba menyelamatkan Sita. Namun, upaya ini gagal karena Rahwana begitu kuat.
- Adegan Ketiga: menceritakan situasi Rama yang tersesat di dalam hutan dan tidak bisa menyelamatkan Sita. Ia kemudian meminta tolong kepada Hanoman untuk menyelamatkan istrinya.
- Adegan terakhir: mengisahkan keberhasilan Hanoman dalam menyelamatkan Sita dan membakar kerajaan Alengka Pura. Hanoman juga memberi kabar pada Shinta untuk menunggu kedatangan Rama.
- Cerita ramayana yang dipentaskan dan diiringi lantunan suara “cak cak cak cak”, menjadi keunikan tari kecak. Setiap atraksinya akan memukau penonton yang melihatnya.
Properti Tari Kecak
Pementasan tari kecak umumnya memperlihatkan puluhan penari laki-laki yang bertelanjang dada. Mereka akan mengenakan sarung kotak-kotak khas Bali. Di bagian pergelangan tangan atau kakinya, para penari tersebut bakal memakai kerincingan atau sebuah lonceng kecil.
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut properti tari kecak yang digunakan saat pertunjukan:
- Kerincingan: benda ini dipakai untuk menambah iringan suara dalam pertunjukan tari kecak. Bunyi dari kerincingan serta suara teriakan “cak cak cak”, akan menjadi tontonan yang menarik.
- Bunga Kamboja: sebagai benda pelengkap ritual di Bali, bunga kamboja juga dipakai sebagai salah satu properti yang harus ada di pertunjukan tari kecak.
- Bara Api: bara api menjadi properti tari kecak berikutnya. Bara api kerap dipakai penari untuk melakukan atraksi dengan menginjaknya. Adegan ini menjadi tontonan yang sangat ditunggu oleh wisatawan.
- Selendang: penari yang duduk melingkar akan mengenakan sarung atau selendang bermotif kotak-kotak, berwarna hitam dan putih. Selendang ini sangat lekat dengan kehidupan masyarakat bali karena melambangkan konsep Rwa Bhineda.
- Topeng: topeng digunakan oleh penari utama yang berperan sebagai Rahwana dan Hanoman.
- Tempat Sesaji: tempat sesaji identik dengan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Tidak terkecuali tari kecak. Ini mengingat, tari kecak merupakan modifikasi dari ritual penolak bala yakni Sang Hyang.
Tari kecak sudah dikenal hingga ke seluruh dunia. Tarian ini menjadikan bali sebagai pulau wisata yang kental akan nilai budaya dan tradisinya. Sosok I Wayan Limbak pun tidak boleh dilupakan. Maestro tari asal Desa Bedulu, Bali ini bisa dijadikan idola. Tari kecak harus terus dilestarikan, supaya generasi penerus bisa mempelajarinya.