Bagi pecinta novel, karya-karya Tere Liye tentu tidak boleh dilewatkan begitu saja. Memulai debut penulis sejak 2015 melalui novel Hafalan Shalat Delisa, dia telah merilis lebih dari 50 novel sepanjang karir penulisannya.
Kemampuannya dalam mengemas cerita selalu berhasil membuat pembaca jatuh hati, termasuk ketika Anda membaca sinopsis novel Rindu. Hampir setiap novel yang dirilis Tere Liye sukses menjadi best seller hingga dicetak berkali-kali sampai saat ini.
Popularitas yang sama juga diraih oleh novel Rindu. Rilis pada tahun 2014 oleh penerbit Republika. Tidak hanya laris terjual, novel ini juga berhasil mendapatkan penghargaan sebagai novel religi terbaik dalam ajang Islamic Book Award 2015.
Novel Rindu berkisah tentang masa lalu, kebencian, kebohongan, cinta, dan kemunafikan yang dikemas dengan apik. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang sebuah kerinduan yang tentunya pastinya akan disukai oleh para pembaca,
Bila Anda adalah pembaca setia karya-karya Tere Liye, berikut ini sinopsis novel Rindu untuk Anda.
Sinopsis Novel Rindu
KIsah berawal dari perjalan ibadah haji yang dilakukan oleh Keluarga Daeng Andipati dan istri beserta kedua putrinya, Ana dan Elsa pada tahun 1938. Tepatnya, mereka melakukan perjalanan itu pada 1 Desember 1098 dengan menggunakan kapal Blitar Holland.
Ana digambarkan sebagai gadis kecil berusia 9 tahun yang periang, baik hati, senang berceloteh, selalu ingin tahu. Sedangkan Elsa digambarkan sebagai gadis 15 tahun yang pendiam, baik hati dan sering berdebat dengan adiknya bila Ia sedang membuat ulah. Mereka berdua adalah anak-anak yang patuh pada orang tuanya.
Cerita dimulai dari pelabuhan Makassar saat kapal Blitar Holland merapat disana. Kapal ini merupakan kapal uap terbesar pada zaman itu yang oleh perusahaan besar asal Belanda, Koninklijke Rotterdam.
Ketika tiba di sana, Keluarga Daeng Andipati mendapat sambutan yang hangat dari kapten kapal bernama Philips. Tidak hanya mereka, tokoh lain yang turut serta dalam perjalanan tersebut adalah Ahmad Karaeng yang lebih dikenal oleh masyarakat Makassar sebagai Gurutta.
Ia adalah seorang ulama terkenal yang berperawakan tinggi namun tidak kurus maupun tidak gemuk. Ia berusia 75 tahun dan berpenampilan mengenakan sorban putih, kemeja polos, celana kain bersahaja, dan terompah kayu.
Sinopsis novel Rindu juga akan mengenalkan Anda pada karakter Ambo Uleng, seorang pemuda yang memiliki karakter pendiam, Walaupun begitu, ia juga memiliki sifat pemberani dengan rahang dan pipinya yang tegas khaas pelaut Bugis yang tangguh. Tokoh lainnya adalah Bundo Upe dan suaminya yang ditunjuk oleh Gurutta untuk mengajarkan anak-anak mengaji selama perjalanan tersebut.
Konflik dimulai ketika kapal tiba di Pelabuhan Surabaya dimana saat itu terjadi para pejuang kemerdekaan tengah menyerbu. serdadu belanda yang membuat panik masyarakat. Kepanikan itu menyebar hingga ke pasar yang tengah dikunjungi oleh Daeng Andipati dan anak-anaknya. Untungnya, berkat bantuan Ambo Uleng, mereka bisa keluar dari keributan itu.
Perjalanan kemudian berlanjut ke Pelabuhan Semarang. Kali ini ada tokoh Bapak Soerjaningrat dan Bapak Mangunkusumo yang bergabung dalam perjalanan ini. Mereka berdua lah yang berperan mengajar anak-anak yang masih bersekolah di kapal Blitar Holland.
Ketika mereka tiba di Pelabuhan Semarang, ada tambahan delapan puluh jamaah haji yang ikut serta termasuk Mbah Kakung dan Mbah Putri. Kehadiran mereka berdua membuat perjalanan kapal lebih berwarna.
Pada hari ketujuh perjalanan tepatnya pada 8 Desember 1938, kapal tiba di Pelabuhan Batavia. Disini , rombongan Daeng Andipati yang hendak turun menikmati soto Betawi terkejut melihat Bundo Upe berlari sambil menangis sambil ditemani suaminya.
Hal ini pun membuat meka bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada Bundo Upe. Namun, seiring dengan perjalanan kapal tersebut, semuanya akan segera terungkap.
Kutipan Novel Rindu
Setelah mengetahui sinopsis novel Rindu yang menceritakan kisah tentang kerinduan, Anda akan menemukan banyak kutipan yang mampu menyentuh hati pembaca. Berikut beberapa kutipan dari novel Rindu.
“Hanya dua alasan yang membuat seseorang memutuskan pergi sejauh mungkin. Satu karena kebencian yang amat besar, satu lagi karena rasa cinta yang amat dalam. t menyenangkan sekali jika cinta sejatimu adalah sahabat terbaikmu.”
“Kita boleh jadi membenci atas kehidupan ini, boleh kecewa, boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka jangan rusak kapal kehidupan milikmu hingga dia tiba di dermaga terakhirnya.”
“Lari dari kenyataan hanya akan menyulitkan diri sendiri. Semakin keras kau berusaha lari, semakin kuat cengkramannya. Semakin kencang kau berteriak melawan, semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul memenuhi kepala. “
“Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar dan membuktikan apapun kepada siapapun bahwa kita baik. Jangan merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Pada akhirnya, kita sendiri yang tahu persis apakah kita memang baik atau tidak. “
“Berhenti lari dari kenyataan hidup. Berhenti cemas atas penilaian orang lain, dan mulailah berbuat baik sebanyak mungkin.”