Kejadian unik terjadi saat Olimpiade 2020 di Tokyo, di mana untuk pertama kalinya dalam sejarah, momen mengharukan terjadi di nomor lompat tinggi putra. Di mana atlet bernama Mutaz Essa Barshim (Qatar) dan Gianmarco Tamberi (Italia) memilih berbagi medali emas.
Penyebabnya tidak lain karena keduanya berhasil meraih posisi teratas di cabang tersebut. Hal ini menjadi tontonan menarik sekaligus menaikan pamor olahraga lompat tinggi.
Lompat tinggi adalah olahraga yang cukup familiar di Indonesia. Sejak bangku sekolah dasar, lompat tinggi sudah diajarkan dan banyak menjaring bibit atlet usia dini.
Sama halnya dengan lompat jauh, lompat tinggi adalah salah satu cabang nomor atletik yang sangat sering diperlombakan. Kompetisinya diadakan di tingkat antarpelajar hingga ajang bergengsi seperti Olimpiade dan Asian Games.
Teknik dasar lompat tinggi terdiri dari ancang-ancang, tolakan, dan melompat vertikal melewati sebuah palang yang diletakan pada ketinggian tertentu.
Dalam perlombaan, atlet lompat tinggi merupakan seorang olahragawan yang harus memiliki kekuatan, kecepatan tinggi, kelincahan, dan fleksibilitas. Sebab, tujuan lompat tinggi adalah untuk mencapai lompatan setinggi mungkin.
Pengertian Lompat Tinggi
Secara harfiah pengertian lompat tinggi adalah upaya untuk membawa titik berat badan setinggi mungkin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lompat tinggi disebut sebagai suatu aktivitas olahraga guna menggapai ketinggian tertentu.
Atma Endris dalam bukunya Ensiklopedia Olahraga Atletik menjelaskan, lompat tinggi adalah olahraga yang menguji kemampuan atlet dalam melewati tiang mistar. Biasanya ketinggian tiang ini diatur dan disesuaikan menurut kelasnya.
Berbeda dengan lompat galah, pada lompat tinggi para atlet harus melakukan loncatan tanpa bantuan alat apapun. Oleh karena itu mereka harus memiliki keterampilan yang baik agar meraih prestasi di cabang olahraga (cabor) ini.
Dilansir dari World Athletics, atlet Kuba, Javier Sotomayor merupakan pemegang rekor dunia lompat tinggi saat ini untuk kategori putra. Pada 1993, pria ini berhasil menorehkan catatan gemilang dengan berhasil melakukan lompatan setinggi 2,45 meter.
Sedangkan rekor dunia lompat tinggi putri hingga saat ini dipegang Stefka Kostadinova. Dia merupakan atlet asal Bulgaria yang melakukan lompatan setinggi 2,09 meter pada 1987.
Sejarah Lompat Tinggi
Sejarah lompat tinggi erat kaitannya dengan kontes perlombaan di awal abad ke-19 yang populer di Skotlandia. Kemudian pada 1896, lompat tinggi menjadi bagian dari cabor atletik untuk Olimpiade modern pertama.
Di awal kemunculannya, lompat tinggi adalah olahraga yang hanya bisa diikuti oleh atlet pria. Barulah di Olimpiade 1928, dimasukkan kategori lompat tinggi bagi atlet wanita.
Memasuki abad ke-20, lompat tinggi mengalami banyak perkembangan baik dari segi teknik dan aturannya. Masih menurut World Athletics, saat itu para atlet elit dunia umumnya menggunakan gaya Eastern Cut-off, Western Roll dan Straddle di dalam perlombaan.
Namun demikian, pelompat profesional mulai beralih dan lebih banyak memakai teknik Fosbury Flop di ajang bergengsi kelas dunia. Ini tidak lepas dari peran atlet asal Amerika, Dick Fosbury, yang telah mempopulerkan gaya tersebut di Olimpiade 1968.
Sementara itu di Indonesia, sejarah lompat tinggi adalah dimulai setelah dibentuknya Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI), pada 3 September 1990.
Meski begitu, jika ditarik mundur ke belakang di Indonesia sudah ada olahraga serupa yang dikenal dengan sebutan Fahombo. Sebuah atraksi lompat tinggi melewati tumpukan batu setinggi 2 meter. Masyarakat Kepulauan Nias telah menggeluti olahraga ini secara turun temurun.
Teknik Dasar Lompat Tinggi
Lompat tinggi adalah olahraga yang menuntut para atletnya untuk melewati halangan mistar pada ketinggian tertentu. Pada prakteknya, terdapat empat teknik dasar lompat tinggi yaitu lari awalan, melakukan tolakan, menerapkan gaya, kemudian mendarat.
Dihimpun dari berbagai sumber, teknik dasar lompat tinggi adalah sebagai berikut:
1. Teknik Awalan
Seperti halnya lompat jauh, pada lompat tinggi seorang atlet harus melakukan lari awalan. Kecepatan lari ini akan menentukan seberapa besar kekuatan kaki saat menolak. Satu hal penting yang perlu diingat, si pelompat hanya dapat meletakkan satu kaki di tanah saat memulai lompatan.
Posisikan badan berdiri tegak sempurna. Kemudian berlari dengan kecepatan maksimal menuju titik tolakan. Ketika mendekati titik tersebut, pelompat bisa melebarkan langkah untuk memaksimalkan lompatan setinggi-tingginya.
2. Teknik Tolakan
Biasanya selama para atlet tetap berada dalam batas landasan, mereka diizinkan untuk melakukan pendekatan dengan cara apa pun yang mereka inginkan. Mereka dapat berlari lurus, mengambil pendekatan miring atau berlari cepat maupun lambat menuju titik tolakan.
Tolakan harus menggunakan satu kaki. Artinya, pelompat perlu memilih kaki kiri atau kanan yang dirasa memiliki kekuatan. Sehingga dapat mengangkat tubuhnya melewati mistar. Begitu seorang pelompat berada di dekat posisi mistar, mereka mengangkat tubuhnya ke udara secara vertikal menggunakan satu kaki.
3. Teknik Gaya Lompat Tinggi
Selama mistar tidak jatuh, lompatan seorang atlet tetap dianggap sah meski tubuhnya menyentuh bagian tersebut. Agar lompatan maksimal, mereka dapat menerapkan gaya lompat tinggi ketika mengudara. Secara umum macam gaya lompat tinggi adalah sebagai berikut:
- Gaya berguling (roll): guling perut (straddle) dan guling sisi (western roll)
- Gaya telentang (flop)
- Gaya gunting
4. Teknik Mendarat
Pelompat bisa mendaratkan tubuhnya ke matras yang sudah disediakan. Sikap pendaratan ini harus dilakukan dengan benar agar dia terhindar dari kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera. Jika atlet berhasil mendarat di matras tanpa melepaskan mistar, lompatan itu dianggap sah.
Dengan memahami teknik dasarnya, maka lompat tinggi adalah olahraga yang bisa mendatangkan prestasi bagi atlet yang serius menekuninya.