5 Anime Studio Ghibli Ini Mengandung Pesan Moral dan Pelajaran Hidup

imdb.com
Ilustrasi, Princess Mononoke (1997), anime Studio Ghibli
Editor: Intan
3/11/2022, 06.12 WIB

Studio Ghibli dikenal dengan kualitas film anime dan seninya yang tinggi. Berbagai anime Studio Ghibli berhasil mendapatkan pujian, penghargaan, dan populer secara global.

Berlokasi di Tokyo, Studio Ghibli didirikan pada 1985 oleh animator dan sutradara Miyazaki Hayao dan Takahata Isao, serta produser Suzuki Toshio. Produsen anime ini menunjukkan teknik dan perhatian terhadap detail dalam setiap karya mereka, sehingga anime yang dihasilkan seakan hidup.

Anime Studio Ghibli menampilkan seni yang detail, estetika, tema seputar nostalgia, palet warna yang indah dan pesan moral serta pelajaran hidup yang tak terlupakan. Berikut rekomendasi anime Studio Ghibli.

1. Spirited Away (2001)

Spirited Away (2001) (IMDB)

 

Spirited Away karya Hayao Miyazaki adalah anime Studio Ghibli yang mengajarkan tentang arti saling tolong menolong. Film ini mengisahkan seorang gadis bernama Chihiro yang orang tuanya berubah menjadi babi setelah mereka mengembara ke tempat yang mereka yakini sebagai taman hiburan yang ditinggalkan.

Tempat itu ternyata merupakan pemandian roh. Jika Chihiro ingin ibu dan ayahnya dikembalikan ke bentuk manusia, dia harus bekerja untuk penyihir yang menjadi pemiliknya. Dengan sejumlah teman baru dan petualangan yang mendebarkan, dia merumuskan rencana untuk menyelamatkan orang tuanya dan kembali ke dunia manusia.

Film anime Studio Ghibli ini mengajarkan pelajaran tentang persahabatan, cinta, dan keberanian. Dari Spirited Away, penonton dapat mengambil beberapa hikmah, yaitu jangan termotivasi oleh keserakahan dan selalu membantu orang yang membutuhkan tanpa pamrih.

2. Grave of the Fireflies (1988)

Ilustrasi adegan anime paling sedih (Youtube Studio Ghibli)

 

Grave of the Fireflies merupakan film anime Studio Ghibli yang berlatar tempat di Jepang saat Perang Dunia Kedua. Film ini dirilis tahun 1988 dan disutradarai oleh Isao Takahata dan diproduksi oleh Studio Ghibli.

Dalam Grave of the Fireflies, dua orang anak, Seita dan Setsuko kehilangan ibu dan rumanya saat serangan bom Amerika Serikat. Sementara ayah mereka harus bertugas sebagai Angkatan Laut.

Tanpa rumah dan penunjang hidup, mereka harus berjuang untuk bertahan. Mereka menemukan suaka di dalam tempat perlindungan bom yang ditinggalkan. Sebagai pencahayaan, mereka melepas kunang-kunang di dalamnya.

Keesokan paginya, Setsuko menemukan bahwa semua kunang-kunang telah mati. Kemudian dia menciptakan kuburan bagi mereka di tanah. Seita dan Setsuko mulai kehabisan beras dan makanan.

Tanpa pekerjaan atau cara lain, Seita terpaksa mencuri dari rumah petani setempat selama serangan udara. Kekurangan makanan dan peralatan kesehatan, Setsuko jatuh sakit dan meninggal. Beberapa minggu kemudian, Seita turut meninggal karena kelaparan di Stasiun Sannomiya.

Film Grave of the Fireflies mengangkat kisah pilu warga sipil yang menjadi korban Perang Dunia Kedua. Perjuangan mereka bertahan hidup merupakan contoh kecil dari banyak korban perang yang mengalami berbagai kesulitan. Film ini tidak melibatkan banyak aksi. Namun, kisah mengharukan sepasang adik dan kakak menunjukkan kerugian perang yang begitu dahsyat.

3. Only Yesterday (1991)

Only Yesterday termasuk anime Studio Ghibli yang mengajarkan banyak hal tentang perjalanan menuju kedewasaan. Film dibuka dengan adegan di Tokyo, di mana pekerja kantoran berusia 27 tahun bernama Taeko Okajima berencana untuk berlibur selama 10 hari di Yamagata.

Saat dia mempersiapkan perjalanannya, pikirannya melayang kembali ke masa mudanya, ketika dia berusia 10 tahun. Sepanjang film, Taeko Okajima melakukan perjalanan ke pedesaan sambil mengenang masa kecilnya di Tokyo.

Film Only Yesterday menampilkan tema seputar penyesalan dan melankolis, harapan yang kecewa, dan perjuangan untuk menemukan jalan hidup untuk mencapai kedewasaan. Film ini mengeksplorasi bagaimana orang berubah dari waktu ke waktu, kehilangan masa kecil mereka, tetapi masih terbayang oleh keinginan idealis yang sama saat dewasa.

4. Princess Mononoke (1997)

Berlatar waktu selama periode Muromachi di Jepang, anime Princess Mononoke mengikuti seorang wanita bernama San yang dibesarkan oleh serigala dan seorang pangeran bernama Ashitaka.

Ashitaka terluka saat mencoba menghalang babi hutan terkutuk. Akibatnya, lengannya terkena kutukan yang perlahan membunuhnya. Dalam perjalanannya mencari obat, ia sampai di Kota Tatara di mana Lady Eboshi berkuasa.

Lady Eboshi ingin memangkas hutan untuk memperluas bisnis senjatanya. Namun, hutan itu dipenuhi dewa-dewa kuno yang perkasa. Ada pula San yang melindungi hutan dan terus menghalang Lady Eboshi.

Di satu sisi, Kota Tatara menjadi sumber penghasilan bagi penduduknya. Di sisi lain, hutan yang akan dipangkas menjadi habitat penting para hewan. Bertahun-tahun Lady Eboshi ingin membinasakan Roh Hutan Shishigami yang menjadi raja, namun selalu gagal.

Sementara itu, San terus melawan dengan menyelinap dan menyerang Kota Tatara. Terjadi perang dahsyat antara manusia dan hewan pelindung hutan. Ashitaka mencoba menjadi penengah dan menemukan solusinya.

Bersama San, Ashitaka menghadapi kenyataan bahwa akibat penghancuran alam yang dilakukan manusia, binatang yang tinggal di hutan menjadi dendam sehingga membawa kutukan. Mereka berusaha menyelamatkan Shishigami yang kepalanya terpenggal.

Begitu kepala dan tubuh Shishigami bersatu, keajaiban terjadi di seluruh area. Semua luka sembuh dan dataran yang gersang ditumbuhi bunga dan pepohonan. Dari film Princess Mononoke penonton belajar tentang isu penting tentang alam dan manusia serta keseimbangan yang perlu dicapai untuk keberlangsungan hidup.

5. My Neighbor Totoro (1988)

My Neighbor Totoro adalah anime Studio Ghibli yang mengisahkan dua anak perempuan, yaitu Satsuki yang berusia 10 tahun dan Mei yang berusia empat tahun. Bersama ayah, mereka pindah ke sebuah rumah di pedesaan agar lebih dekat dengan ibu mereka yang dirawat di rumah sakit.

Satsuki dan Mei menemukan bahwa hutan terdekat dihuni oleh makhluk ajaib yang disebut Totoros. Mereka berteman dengan Totoro ini, dan menjalani beberapa petualangan magis, termasuk saat Mei hilang. Dengan bantuan Totoro, Satsuki dapat menemukannya dan mereka pulang ke rumah.

Film ini mengandung pesan moral bahwa pertumbuhan dan perubahan mungkin tidak selalu menyenangkan, tetapi dapat membuat seseorang menjadi lebih kuat, seperti pohon muda yang perlahan memberi kehidupan pada hutan yang luas.