Mencermati Karakter Orang yang Suka Selingkuh Secara Psikologis

Freepik
Ilustrasi, selingkuh.
Penulis: Tifani
Editor: Agung
16/11/2022, 13.59 WIB

Selingkuh adalah istilah yang umum digunakan terkait perbuatan atau aktivitas yang tidak jujur dan menyeleweng terhadap pasangannya, baik pacar, suami, atau istri.

Istilah ini umumnya digunakan sebagai sesuatu yang melanggar kesepakatan atas kesetiaan hubungan seseorang. Rupanya orang yang kerap atau gemar berselingkuh memiliki krakateristik yang khas.

Karakter Orang yang Suka Selingkuh

Dikutip dari jurnal berjudul "Perselingkuhan Dalam Sudut Pandang Psikiatri" oleh Menina Vilanova, penelitian menunjukkan bahwa ada seperangkat karakteristik, ciri kepribadian, dan pola perilaku yang membedakan si tukang selingkuh dari yang tidak berselingkuh. Berikut karakter orang yang suka selingkuh.

1. Narsis

Menurut psikologi, orang yang suka selingkuh biasanya memiliki kepribadian narsistik atau terlalu narsis. Kepribadian narsis ditandai dengan sifat egois, serakah, kurangnya empati, dan hanya memikirkan diri sendiri.

Kepribadian ini dapat menjadi tanda mereka bisa selingkuh tanpa penyesalan atau merasa bersalah. Mereka juga menuntut kesetiaan dari pasangannya, tetapi dirinya sendiri berkhianat

2. Sering Berbohong

Tidak berlebihan jika orang yang suka selingkuh disebut sebagai pembohong profesional. Mereka tahu bagaimana caranya berbohong yang baik, bahkan pandai memilih bahasa dan gestur tubuh yang tepat.

Kebohongan itu bermacam-macam bentuknya. Misalnya, mengaku lembur padahal kenyataannya pergi kencan dengan selingkuhannya, atau tidak membalas chat karena "ketiduran" padahal asyik sleep call dengan orang lain.

3. Cemburu Berlebihan

Ada dua jenis kecemburuan dalam hubungan romantis. Salah satunya adalah jenis kecemburuan yang lucu di mana pasangan akan bertindak sedikit posesif terhadapmu.

Namun, yang lainnya adalah kecemburuan toxic yang bisa membuat pasanganmu selingkuh. Tukang selingkuh akan terus-menerus menanyai pasangannya dan sering menuduh pasangannya berperilaku tidak pantas atau genit.

Fakta bahwa mereka mampu tidak setia menempatkan mereka pada posisi defensif dan paranoid pun muncul. Jika mereka melakukannya, mereka menganggap pasangan mereka juga melakukannya.

Mereka begitu tenggelam dalam kebohongan, sehingga rasa tidak aman muncul dan mereka mulai menuduh pasangannya tidak hanya selingkuh, tetapi juga berbohong, menggoda, dan lainnya. Menurut Karen R. Koenig, M.Ed, LCSW, proyeksi adalah mengambil sifat yang tidak disukai dari diri kita lalu menghubungkannya dengan orang lain secara tidak sadar.

4. Kerap Gaslighting

Gaslighting merujuk pada bentuk manipulasi psikologis yang melibatkan penyajian informasi palsu, ketika lawan bicara didesak atau dipaksa untuk mengakui bahwa informasi itu benar. Bentuk emotional abuse ini digunakan oleh pelaku untuk mengontrol pasangannya dan menutupi kebohongan atau perselingkuhan.

Misalnya menuduh pasangan bereaksi berlebihan, terlalu sensitif, atau dramatis. Misalnya, menyangkal perasaan pasangan, menyangkal kenyataan, bahkan mengatakan sesuatu, kemudian mengaku tidak pernah mengatakannya.

5. Terlalu Menyukai Tantangan

Percaya atau tidak, hubungan romansa yang stabil dan datar-datar saja dianggap membosankan oleh sebagian orang. Akhirnya, mereka mencari tantangan dengan cara yang salah, yaitu selingkuh.

Ketakutan dan kebohongan membuatnya dibanjiri adrenaline rush. Adrenalin merupakan hormon fight or flight yang dikeluarkan ketika kita menghadapi situasi berbahaya, mengancam, atau penuh tekanan. Anehnya, mereka justru kecanduan sensasi ini.

6. Selalu Rapi Namun Kurang Mendetail

Tukang selingkuh biasanya memiliki berbagai macam taktik untuk bisa menyembunyikan jejak mereka. Mereka sangat berhati-hati dengan barang milik pribadi seperti ponsel, dompet, atau mungkin laptop.

Mereka akan menggunakan tameng “privasi” untuk menjaga pasangannya tidak masuk dalam radar perselingkuhannya. Mereka akan menuntut pasangannya tidak melanggar privasi dan bisa marah jika pasangan ingin melihat ponsel atau isi media sosial.

Mereka menyimpan semua barang-barang pribadi sangat rapi. Sayangnya, karena terlalu fokus menyembunyikan kecurangannya dengan rapi, mereka justru melupakan detail-detail kecil yang cukup penting.

Misalnya hari ulang tahun, film terakhir yang ditonton bersama pasangan, atau tempat makan favorit pasangan. Menurut penulis When to Break Up: The Fast & Easy How to Guide for Getting Out of Relationships That Suck, peselingkuh sengaja pura-pura melupakan detail kecil seperti ini karena takut ingatan mereka tercampur dengan detail-detail yang berkaitan dengan 'pasangan lainnya'.

7. Kerap Merasa Insecure

Karakter orang yang suka selingkuh selanjutnya ialah sering membawa luka emosional dari masa lalu mereka. Banyak pasangan yang tidak setia dilecehkan secara emosional, diabaikan, atau memiliki cinta dan perhatian yang ditahan.

Mereka sering secara emosional bergantung pada pasangan atau pasangan mereka. Hal yang sangat mereka inginkan inilah hal yang menyebabkan mereka selingkuh.

Ketakutan mereka akan kesendirian sangat besar sehingga mereka membutuhkan rencana cadangan, yaitu dengan cara berselingkuh. Mereka perlu tahu bahwa seseorang selalu tersedia untuk mereka.

8. Manipulatif

Bukan rahasia lagi kalau tukang selingkuh pasti manipulatif. Mereka suka playing victim dan selalu mencari pembenaran atas apa yang ia tuduhkan ke pasangannya.

Mereka bisa merangkai cerita sedemikian rupa dan menyambungkan satu bagian ke bagian lainnya yang sebenarnya tidak berkaitan hanya demi membuat dirinya seolah korban. Padahal, tindakan itu hanya untuk menghindari kecurigaan pasangan pada mereka.

Jika pasangan mengelak dan membalikkan tuduhan tersebut padamu, itu tandanya mereka tengah memanipulasi pikiranmu.

9. Ketergantungan

Karakter orang yang suka selingkuh secara umum yang dapat dikenali dari sifatnya yang needy atau sangat bergantung pada pasangan atau orang lain. Mereka tidak pernah bahagia atau puas.

Mereka membutuhkan perhatian, pengakuan, dan penegasan terus-menerus serta dorongan ego yang sering. Mereka selalu mencari hobi atau kegiatan berikutnya untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun mereka tidak pernah bahagia apa pun yang mereka miliki dalam hidup mereka.

Mereka perlu menjadi pusat perhatian, dan mereka perlu selalu merasa dibutuhkan dan diinginkan. Kebutuhan inilah yang pada akhirnya membuat mereka terus mencarinya dari orang lain selain pasangan. Bahkan, mereka tidak hanya mencari dari satu orang saja.