KKP Sebut Produksi Perikanan Cukup untuk Penuhi Kenaikan Konsumsi 11%

ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin
Penjual menunggu pembeli di Tempat Pelelangan Ikan, Kota Gorontalo, Gorontalo, Sabtu (11/3). Harga semua jenis ikan laut di Kota Gorontalo mengalami kenaikan hingga 40 persen akibat tangkapan nelayan yang berkurang karena ombak tinggi dan bulan terang.
Penulis: Michael Reily
Editor: Ekarina
14/8/2018, 06.00 WIB

Konsumsi komoditas  perikanan nasional diperkirakan tumbuh  11% hingga 2025. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan optimistis produksi  perikanan dan kelautan dalam negeri terus meningkat sehingga diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

Sekretaris Jenderal KKP Nilanto Perbowo menyatakan Indonesia memiliki sumber daya alam alam melimpah untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan. “Melihat kebijakan pemerintah 4 tahun terakhir, kami optimistis ketersediaan ikan untuk konsumsi dalam negeri akan cukup,” kata Nilanto di Jakarta, Senin (13/8).

Dia menjelaskan trend produksi perikanan tangkap dan budidaya rata-rata memiliki pertumbuhan sebesar 15,39%. Pada 2018, produksi komoditas perikanan dan kelautan ditargetkan mencapai sebesar 24,08 juta ton, lebih tinggi dibandingkan sasaran produksi 2017 yang mencapai 22,79 juta ton.

(Baca : Menteri Susi: Efisiensi Logistik Dorong Kenaikan Ekspor Produk Ikan)

Nilanto pun mengungkapkan pada  tahun depan target produksi komoditas perikanan dan kelautan bisa mencapai 31,31 juta ton. Karenanya dia berharap, kebijakan KKP bisa turut memacu produksi perikanan budidaya, terutama program pakan mandiri.

“Ongkos pakan bisa ditekan dengan bantuan mesin, paket teknologi, dan penyediaan bahan baku lokal,” ujarnya.

Data KKP,  pada 2017 konsumsi ikan sebesar 47,34 kilogram per kapita per tahun. Sedangkan pada tahun ini konsumsi ikan ditargetkan naik menjadi 50,65 kilogram per kapita per tahun dan menjadi 54,49 kilogram per kapita per tahun pada 2019.

(Baca : Ekspor Patin Merosot 52,22%, KKP: Permintaan Domestik Tinggi)

Menurut Nilanto, peningkatan produksi bisa terlihat dari Nilai Tukar Nelayan (NTN) yang stabil berada di atas 100. Artinya, terjadi surplus antara produksi dan konsumsi nelayan yang menjadi indikator kesejahteraan.

Alhasil, daya beli nelayan pun ikut terdongkrak. “Kebetulan satu semester terakhir inflasi sektor perikanan dan kelautan relatif stabil,” kata Nilanto.

Laporan oleh sejumlah peneliti yang disampaikan kepada Badan Pembangunan Perencanaan Nasional (Bappenas) dan Food Agriculture Organization (FAO), proyeksi konsumsi konsumsi ikan hanya meningkat sebesar 11% menjadi 29,09 kilogram per kapita per tahun pada tahun 2025. Sedangkan pertumbuhan konsumsi ikan sebesar 14,6% menjadi 30,04 kilogram per kapita per tahun diperkirakan bisa terealisasi pada 2045.