Perbedaan Rapid Test dan Tes Swab untuk Deteksi Covid-19

ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.
Petugas medis menunjukkan alat swab spesimen saat swab test secara drive thru di halaman Laboratorium Kesehataan Daerah (LABKESDA) Kota Tangerang, Banten, Senin (6/4/2020). Berdasarkan data pemerintah hingga Senin (6/4/2020) terkonfirmasi positif COVID-19 di Banten mencapai 187 kasus.
Penulis: Pingit Aria
7/4/2020, 15.27 WIB

Hingga Senin (6/4), jumlah penderita Covid-19 di Indonesia mencapai 2.491 orang. Sebanyak 192 di antaranya telah dinyatakan sembuh, sedangkan 2.090 masih dalam perawatan, dan 209 lainnya meninggal dunia.

Untuk mendeteksi virus corona pada pasien di Indonesia, pemerintah menggunakan dua metode, yakni rapid test dan swab tenggorokan. Keduanya adalah pemeriksaan yang berbeda.

Rapid test corona hanya bisa digunakan sebagai penyaringan awal. Namun, untuk mendiagnosis seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak, hasil pemeriksaan swab dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) lah yang digunakan.

Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Herawati Sudoyo menjelaskan, ada beberapa metode pemeriksaan virus corona untuk mendeteksi patogen. Tingkatan berdasarkan akurasinya secara berturut-turut yakni, tes PCR, tes kultur dan rapid test.

Menurutnya, pemeriksaan metode molekuler dengan PCR seharusnya memang jadi pilihan utama. "Karena dengan PCR, yang diperiksa itu adalah virusnya sendiri," ujar Herawati kepada Katadata.co.id, Jumat (27/3).

(Baca: Panduan Standar APD untuk Tenaga Medis yang Menangani Pandemi Corona)

Ada beberapa perbedaan rapid test dan pemeriksaan swab tenggorokan. Berikut penjelasannya:

1. Jenis sampel yang diambil

Di Indonesia, rapid test dilakukan dengan menggunakan sampel darah. Sedangkan pemeriksaan swab menggunakan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung maupun tenggorokan.

2. Cara kerja

Rapid test memeriksa virus menggunakan antibodi IgG dan IgM yang ada di dalam darah. Antibodi itu terbentuk di tubuh saat kita mengalami infeksi virus. Jadi, jika di tubuh terjadi infeksi virus, maka jumlah IgG dan IgM di tubuh akan bertambah.

Hasil rapid test dapat memperlihatkan adanya IgG atau IgM dalam darah. Jika ada, maka hasil rapid test dinyatakan positif ada infeksi. Namun, hasil tersebut bukanlah diagnosis yang menggambarkan infeksi Covid-19.

Maka, orang dengan hasil rapid test positif akan dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan lanjutan, yaitu pemeriksaan swab tenggorokan atau hidung. Pemeriksaan ini dinilai lebih akurat, sebab virus corona akan menempel di bagian dalam hidung atau tenggorokan saat masuk ke tubuh.

Sampel lendir yang diambil dengan metode swab nantinya akan diperiksa menggunakan metode PCR. Hasil akhir dari pemeriksaan ini, nantinya akan benar-benar memperlihatkan keberadaan virus SARS-COV2 yang menyebabkan Covid-19 di tubuh seseorang.

(Baca: Ragam Jenis Masker dan Keandalan Menahan Partikel saat Musim Corona)

3. Waktu yang diperlukan

Rapid test hanya membutuhkan waktu 10-15 menit hingga hasil keluar. Sementara itu, pemeriksaan menggunakan metode PCR membutuhkan waktu beberapa jam hingga beberapa hari untuk menunjukkan hasil.

Hasil pemeriksaan rapid test maupun PCR juga bisa keluar lebih lama jika kapasitas laboratorium yang digunakan untuk memeriksa sampel sudah penuh. Sehingga, sampel yang masuk harus antre untuk bisa diperiksa.

4. Kelebihan dan kekurangan rapid test

Salah satu kelebihan rapid test adalah karena metode ini lebih mudah untuk dilakukan. Cara ini juga bisa menjadi alternatif skrining untuk mendata orang-orang yang butuh pemeriksaan lanjutan dengan cepat.

Kekurangannya, hasil rapid test tidak bisa digunakan untuk mendiagnosis Covid-19. Pasien yang positif rapid test harus melalui pemeriksaan lanjutan dengan metode swab.

Sedangkan untuk pasien yang negatif namun masih menunjukkan gejala sakit, idealnya mengulang rapid test 7-10 hari kemudian. Jika tidak memungkinkan untuk mengulang, maka harus tetap isolasi di rumah selama 14 hari.

Mengapa begitu? Karena IgG dan IgM, yaitu antibodi yang diperiksa melalui rapid test, tidak langsung terbentuk begitu seseorang terinfeksi. Dibutuhkan waktu kurang lebih 7 hari hingga antibodi tersebut terbentuk.

Jadi, semisal Anda baru terpapar virus corona kemarin, lalu menjalani rapid test hari ini, maka kemungkinan besar hasilnya akan negatif. Inilah yang dinamakan dengan false negative atau negatif palsu.

Begitupun saat hasil rapid test Anda positif, bisa jadi itu adalah false positive atau positif palsu. Sebab, IgG dan IgM akan terbentuk setiap ada infeksi virus, dan bukan hanya akibat virus corona. Jadi, jika rapid test menunjukkan hasil positif, kemungkinannya ada dua: Anda benar terjangkit Covid-19 atau terinfeksi virus lain, misalnya demam berdarah.

(Baca: Disetujui Menkes, PSBB di DKI Jakarta Resmi Berlaku Selama 14 Hari)

5. Kelebihan dan kekurangan pemeriksaan swab dan PCR

Pengambilan spesimen lendir menggunakan swab dan pemeriksaan menggunakan PCR adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi virus SARS-COV2. Namun, metode pemeriksaan ini lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Pemeriksaan sampel pun hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kelengkapan khusus. Saat ini, baru ada 48 laboratorium dengan fasilitas tersebut di Indonesia, sehingga kapasitas pemeriksaannya pun tidak terlalu besar. Akibatnya, butuh waktu beberapa hari hingga hasil tes bisa keluar.

Berikut ini tahapan swab test dengan metode PCR:

- Pasien akan diminta untuk duduk di kursi. Lalu, tenaga kesehatan akan memasukkan alat yang berbentuk seperti cotton bud, namun lebih panjang. Teknik swab dilakukan untuk menyapukan alat tersebut ke area belakang hidung untuk mendapatkan cairan atau lendir yang terdapat di area tersebut.

- Setelah itu, alat swab akan dimasukkan ke tabung khusus dan ditutup. Spesimen ini selanjutnya dikirim ke laboratorium untuk diperiksa menggunakan teknik PCR.

- PCR intinya adalah pemeriksaan untuk mencocokkan DNA atau RNA yang dipunyai virus. Dengan teknik PCR, DNA atau RNA yang ada pada sampel dari swab tadi akan direplikasi atau digandakan sebanyak mungkin. DNA atau RNA dari sampel tersebut akan dicocokkan dengan susunan DNA SARS-COV2 yang sebelumnya sudah ada.

- Jika cocok, maka pasien yang diambil sampel lendirnya positif terinfeksi Covid-19. Sebaliknya, jika ternyata tidak cocok, tandanya orang tersebut negatif terinfeksi Covid-19.

Reporter: Cindy Mutia Annur