Harga minyak mentah dunia kembali merosot pada perdagangan Minggu (5/4) atau Senin pagi waktu Indonesia. Penurunan dipicu kekhawatiran pasar mengenai pasokan yang berlebih setelah Arab Saudi-Rusia menunda pertemuan pada hari ini guna membahas pemangkasan produksi.
Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 07.14 WIB Senin, harga minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 turun 6,36% menjadi US$ 31,94 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Mei 2020 turun 7,48% menjadi US$ 26,22 per barel.
Harga minyak sempat melonjak selama sepekan lalu, dengan WTI dan Brent membukukan kenaikan persentase mingguan terbesar. Kenaikan ini didorong prospek pemangkasan produksi oleh OPEC dan sekutunya, yang dikenal dengan OPEC +.
Namun pertemuan pada Maret lalu berakhir buntu setelah Rusia menolak rencana pemangkasan produksi 1,5 juta barel per hari. Padahal harga minyak sepanjang tahun ini telah turun dari sekitar US$ 60 per barel menjadi hanya sekitar US$ 20 per barel.
(Baca: Harga Minyak Indonesia Maret Anjlok Hampir 40% Tertekan Krisis Corona)
Anjloknya harga emas hitam ini dipengaruhi oleh rendahnya permintaan akibat pandemi global virus corona. Hal ini diperparah dengan perang harga antara Arab Saudi dan Rusia yang membuat pasar dibanjiri pasokan.
Sebenarnya sepanjang pekan lalu Arab Saudi telah mengirimkan sinyal untuk memangkas produksinya. Namun Arab Saudi, dan juga Rusia, meminta Amerika Serikat (AS) yang juga merupakan produsen utama minyak dunia, turut memangkas produksinya.
Bahkan Iran yang merupakan negara produsen terbesar kedua dalam OPEC, meminta negara produsen minyak di luar OPEC + juga ikut memangkas produksinya. Iran secara khusus menyebutkan AS, Kanada, dan Norwegia.
Pasalnya produsen minyak di AS masih memproduksi hingga mendekati rekor tertingginya sementara negara-negara produsen minyak lainnya sudah mendekati batas maksimal kapasitas penyimpanannya.
(Baca: AS Tak Ikut Pangkas Produksi, Harga Minyak WTI Anjlok di Bawah US$ 25)
Sedangkan Presiden AS Donald Trump alih-alih menginstruksikan produsen minyak di negaranya untuk memangkas produksi, malah berencana mengenakan tarif ktidak menunjukkan komitmen untuk memaksa produsen minyak di negaranya untuk memangkas produksi.
Sebelumnya Arab Saudi untuk pertama kalinya menunda pengumuman harga internasional minyaknya. Hal ini menjadi indikasi bahwa negara tersebut tidak ingin membanjiri pasar minyak dengan harga yang rendah sebelum adanya kemungkinan kesepakatan pemangkasan produksi.
"Itu tanda yang cukup jelas bahwa mereka terbuka untuk memangkas produksinya pada Mei nanti," kata Presiden Rapidan Energy Group Robert McNally, seperti dikutip Reuters, Senin (6/4).
Berdasarkan sumber internal, Arab Saudi menunda rilis harganya hingga Jumat untuk menunggu hasil pertemuan antara OPEC + mengenai kemungkinan pemangkasan produksi. Arab Saudi disebutkan akan menjadi tuan rumah pertemuan tersebut melalui video conference pada Kamis (9/4).
(Baca: Cetak Sejarah Baru, Harga Minyak Anjlok Hampir 70% Secara Kuartalan)