Langit di Bulan April: Super Pink Moon hingga Hujan Meteor Lyrid

Katadata
Fenomena alam supermoon terlihat dari Indramayu, Jawa Barat, Minggu (3/12). Fenomena alam tersebut terjadi saat bulan mencapai titik terdekat dengan bumi dalam kondisi bulan penuh atau purnama. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
1/4/2020, 20.44 WIB

Terdapat beberapa fenomena menarik di langit sepanjang April 2020 ini, di antaranya supermoon atau super pink moon dan hujan meteor lyrid. Selain itu, fenomena bulan baru atau new moon yang terjadi setiap bulan.

Fenomena langit supermoon, bahkan hujan meteor lyrid berpeluang disaksikan masyarakat dengan mata telanjang. Direktur Public Observing di Adler Planetarium di Chicago Michele Nichols mengatakan, polusi udara dan cahaya bisa mempengaruhi bagaimana bintang tampak dari bumi. Tapi belakangan, polusi udara tengah turun seiring lebih sedikit kendaraan di jalan dan pabrik yang beroperasi.

(Baca: Pembatasan Sosial Skala Besar, Sektor Manufaktur Pangkas Produksi 30%)

Berikut penjelasan tentang beberapa fenomena langit tersebut:

1. Supermoon atau Super Pink Moon

Supermoon muncul ketika bulan purnama terjadi di malam yang sama bulan mencapai posisi terdekatnya dengan bumi alias perigee. Posisi terjauhnya disebut apogee. Pada April ini, puncak bulan purnama akan terjadi pada 8 April mendatang.

Dikutip dari Majalah Smithsonian, bulan purnama pada April memiliki nama lain pink moon. Nama "pink" merujuk pada bunga liar berwarna merah muda bernama creeping phlox yang mekar di awal April.

Ini artinya warna bulan tetap akan sama seperti biasanya. Oranye keemasan saat rendah di langit, lalu semakin terang sehingga menjadi putih saat tinggi. Yang berbeda adalah besarannya saat supermoon terjadi. Penampakan bulan akan 7% lebih besar dan 15% lebih terang dari biasanya.

2. Hujan Meteor Lyrids

Hujan meteor Lyrid terjadi pada 16-30 April dan akan mencapai puncaknya pada 21-22 April. Ini artinya bertepatan dengan peringatan Hari Bumi atau Earth Day yang jatuh pada 22 April. Ini akan menjadi hujan meteor terbesar sejak Januari dengan perkiraan 15-20 meteor per jam.

Hujan meteor Lyrid tercipta dari serpihan komet Tatcher. Nama Lyrid merujuk pada konstelasi Lyra, lokasi hujan meteor ini terjadi. Dikutip dari Farmers Almanac, hujan meteor ini telah diobservasi lebih dari 2600 tahun. Dokumen dari Tiongkok menyatakan “bintang jatuh seperti hujan” pada 687 sebelum masehi. Namun, hujan meteor Lyrid melemah di masa-masa ini. Fenomena ini terjadi kurang dari sehari, dengan penampakan 10-20 meteor per jam.

Meski begitu, pada 1982, penampakannya sempat mencapai 90 meteor dalam satu jam, dan 180-300 meteor dalam beberapa menit. Penampakan 100 meteor per jam pernah terjadi pada 1922. Penampakan yang tak bisa diprediksi ini membuat hujan meteor Lyrids menarik untuk ditunggu.

Bagi yang ketinggalan untuk menyaksikan fenomena langit ini maka harus menunggu sekitar dua pekan untuk mendapat peluang melihat hujan meteor Eta Aquarids yang terjadi di konstelasi Akuarius. Hujan meteor ini tercipta dari serpihan komet Halley.  

3. Bulan Baru

Bulan baru alias new moon adalah fenomena ketika bulan dan matahari berada di posisi yang sejajar. Dalam astronomi, new moon adalah fase pertama penampakan bulan. Pada fase ini, bulan tak terlihat dari bumi.

Fenomena new moon terjadi setiap bulan karena bulan membutuhkan waktu sekitar satu bulan untuk mengorbit bumi. Saat fenomena ini terjadi, bulan tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, kecuali dengan peralatan khusus dan pengalaman memotret bulan.

Mengutip Earth Sky, beberapa orang menggunakan istilah new moon untuk bulan sabit tipis yang terlihat di barat sesaat setelah matahari tenggelam. Sebetulnya, fenomena ini terjadi sehari atau dua hari setelah new moon. Dalam astronomi, bulan sabit tipis tersebut dikenal dengan nama young moon alias bulan muda.