Setelah bertemu dengan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Chevron Pacific Indonesia akhirnya sepakat berinvestasi di Blok Rokan pada tahun ini. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Migas atau SKK Migas pun menargetkan perusahaan migas asal Amerika Serikat itu minimal mengebor 100 sumur.
Wakil Kepala SKK Migas Fataryani Abdurrahman mengatakan Chevron bisa memulai pengeboran paling cepat November 2020 hingga proses alih kelola pada 2021. "Paling tidak pas handover sudah dibor kalau bisa minimal kurang lebih 100 sumur infill (sisipan)," kata kata Fatar ke Katadata.co.id pada Jumat (20/3).
Rencananya akan ada lima hingga 10 rig yang beroperasi untuk melaksanakan pengeboran tersebut. Dana investasi akan disediakan oleh Chevron. Nantinya dana tersebut akan dikembalikan oleh pemerintah sesuai skema kontrak cost recovery.
Biarpun begitu, Fatar belum bisa menyebut jumlah investasi perusahaan tersebut. Pasalnya, SKK Migas dan Chevron masih menghitung dan memasukkan rencana tersebut dalam revisi rencana kerja dan anggaran (work program and budget) tahun ini.
Selanjutnya, Pertamina akan mengebor Blok Rokan mulai Agustus 2021. Sejauh ini, Fatar menyebut transisi antara Chevron dan Pertamina telah berjalan melalui pemberian data-data teknis di Blok Rokan. Dia pun yakin proses alih kelola akan berjalan dengan mulus.
(Baca: Bertemu Luhut, Chevron Akhirnya Setuju Lanjutkan Investasi Blok Rokan)
Di sisi lain, Manager Corporate Communication Chevron Pacific Indonesia Sonitha Poernomo menyatakan Chevron terus memastikan transisi Blok Rokan bisa berjalan dengan selamat, andal dan lancar pada Agustus 2021. Dia juga menyebut Chevron siap berinvestasi untuk menjaga produksi minyak blok tersebut.
"Kami berterimakasih atas arahan dan inisiatif Pemerintah Indonesia yang memberikan solusi untuk berinvestasi guna mengoptimalkan produksi minyak nasional," kata Sonitha.
Lebih lanjut, Sonitha mengatakan Chevron dan SKK Migas terus bekerja sama untuk menjalankan arahan pemerintah ke dalam kerangka teknis pelaksanaan. Sebelumnya, Chevron ogah berinvestasi di Blok Rokan pada tahun ini karena kontrak perusahaan itu bakal habis pada Agustus tahun depan.
Selain enggan berinvestasi, Chevron juga sulit bersepakat dengan Pertamina terkait transisi Blok Rokan. Padahal, Pertamina telah menawarkan investasi untuk mengebor minimal 20 sumur di blok tersebut pada tahun ini.
Pertamina bahkan berniat membeli hak partisipasi Chevron agar bisa memulai investasi di blok tersebut. Pengeboran memang perlu dilaksanakan di blok yang berada di Riau itu untuk mempertahankan produksi.
Jika tidak, produksi Blok Rokan bakal terus menurun. Pertamina memproyeksi produksi minyak Blok Rokan turun 13% dari target tahun ini 160 ribu barel per hari (bopd) menjadi 140 ribu bopd.
Sedangkan SKK Migas memproyeksi produksi Blok Rokan turun hingga 15 ribu per tahun jika tak ada pengeboran sumur. Padahal, produksi Blok Rokan tahun ini sudah diproyeksi turun dari tahun lalu sebesar 190 ribu bopd menjadi 160 ribu bopd.
Sejak dikelola oleh Chevron dari 1971 hingga 31 Desember 2017, total produksi Blok Rokan mencapai 11,5 barel minyak. Produksi tersebut berasal dari 96 lapangan migas dengan tiga lapangan utama, yaitu Duri, Minas, dan Bekasap.
(Baca: Chevron - Pertamina Buntu, Pemerintah Ambil Alih Transisi Blok Rokan)