Tiga Jurus Kementan Atasi Perlambatan Ekonomi Akibat Covid-19

Katadata
Penulis: - Tim Publikasi Katadata
Editor: Arsip
13/3/2020, 09.16 WIB

Jakarta - Kementerian Pertanian mengeluarkan tiga jurus kebijakan untuk mengatasi dampak perlambatan ekonomi global. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan pertama secara internal, memaksimalkan penyerapan anggaran hingga 40 persen pada April 2020. Setidaknya total 10 triliun anggaran di Kementan yang diupayakan mendapat percepatan pelaksanaan kegiatan. Mentan menargetkan sampai dengan  Maret terserap 30 persen program kegiatan atau senilai lebih dari Rp3 triliun, yang berdampak bagi masyarakat. Adapun April senilai lebih dari Rp4 triliun.

Langkah berdampak selanjutnya, melalui optimalisasi penyerapan KUR. Pemerintah mempunyai target KUR untuk sektor pertanian sebesar Rp50 triliun, dengan rincian sektor yang diprioritaskan sebagai berikut, Rp20,37 triliun untuk komoditas perkebunan, Rp14,23 triliun tanaman pangan, Rp9,01 triliun peternakan, dan Rp6,39 triliun hortikultura.

Langkah ketiga adalah ekspansi pasar tradisional dan non tradisional untuk kegiatan ekspor ke sejumlah negara. Kementan akan menggencarkan membuka akses pasar baru bagi komoditas pertanian yang terhambat ekspornya, salah satunya  ke Cina.

Demikian pula kegiatan impor bagi komoditas yang memang produksi rendah di dalam negeri seperti bawang putih. Alternatif impor akan dilakukan dari India sebanyak 1,4 juta ton, Mesir 280,2 ribu ton, Bangladesh 381,8 ribu ton, Rusia 262,2 ribu ton, Myanmar 212,9 ribu ton. "Tiga langkah Kebijakan ini sejalan arahan Presiden Joko Widodo melihat potensi perlambatan ekonomi global ditengah wabah Covid-19," tegas Mentan Syahrul.

Mentan menambahkan, Presiden meminta untuk mengkonsentrasikan pemberian insentif pada industri manufaktur, terutama yang berkaitan dengan industri padat karya, mendorong hilirisasi industri, khususnya industri yang berada di Indonesia bagian Timur. Selain itu penguatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar mampu naik kelas dalam supply change nasional maupun supply change global, serta memprioritaskan program untuk mengembangkan industri substitusi impor.